Asmara Darah Muda, Membawa Bencana

Tri Agus Triono, seorang warga Tulungagung merasa terkejut saat ia tanpa sengaja menjadi saksi terbongkar perzinahan remaja pada Minggu 13 Agustus 2023, sekitar pukul 02.30 WIB. Ketika itu Agus menemukan dua remaja putri dan tiga remaja laki-laki tengah bermesraan di sebuah bangku di lapangan.

 

Dari keterangan Agus, terungkap bahwa empat dari kelima remaja tersebut masih berusia di bawah batas umur, “Mereka mengakui bahwa mereka telah melakukan persetubuhan di masjid tersebut,” tutur Agus. Bahkan yang lebih mengejutkan dua diantara lima itu remaja adalah kakak beradik , yang dengan tegas mengakui bahwa mereka telah melakukan tindakan asusila di dalam sebuah masjid di Tulungagung ini (medianekita.com, 14/8/2023).

 

Makin Muda, Syahwat Makin Merajalela, Mengapa?

 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan mayoritas anak remaja di Indonesia sudah berhubungan seksual. Untuk remaja 14-15 tahun jumlahnya 20 persen anak, dan 16-17 tahun jumlahnya mencapai 60 persen. Sekretaris LPA Batam, Erry Syahrial tak menampik fakta ini. Menurutnya, inilah yang berdampak pada tingginya angka kasus pencabulan, pernikahan dini, hingga kasus penjualan atau pembuangan bayi (Batampos.co.id, 6/8/2023).

 

Menurut Erry, tingginya angka anak melakukan hubungan seksual ini harus menjadi perhatian orangtua. Orangtua diminta untuk menguatkan pendidikan karakter dan pendidikan agama anak. “Orangtua yang memiliki peran besar, sekolah atau guru juga harus berperan memberikan edukasi ke anak,” jelasnya.

 

Ketua BKKBN Hasto Wardoyo juga mengatakan,“Usia hubungan seks semakin maju, sementara itu usia nikah semakin mundur, dengan kata lain semakin banyak seks di luar nikah,” ( merdeka.com, 5/8/2023). Fenomena maraknya seks bebas di kalangan remaja disebabkan menurut Hasto ada beberapa faktor yang memengaruhinya, dimulai dari adanya perubahan pada tubuh wanita yang setiap tahunnya mengalami kemajuan masa pubertas, akibat masa menstruasi yang semakin maju usianya. Kemudian, pengaruh media sosial, yang menyebabkan muncul seks bebas. Seperti yang terlihat dalam gaya berpacaran. Anak-anak yang kekurangan kasih sayang dari orang tua atau broken home juga turut menjadi pemicu. Karena keluarga merupakan tempat terbaik bagi anak untuk berbagi cerita.

 

Inti Persoalan Ada Pada Sistem Sekuler

 

Miris, semakin ke sini, usia pelaku seks bebas makin muda. Namun masih saja ada penilaian kurang tepat yang dianggap sebagai faktor penyebabnya. Seperti usia haid yang kian maju yang berakibat pada majunya usia puber. Kurangnya komunikasi orangtua dengan anak atau pendidikan karakter. Meski ada benarnya namun tidak seratus persen. Contoh haid usia muda, jika ditangani dengan tepat, usia muda mengalami haid bukanlah masalah. Sebab, bisa jadi hari ini memang banyak pemicunya, sehingga hormon pada anak mengalami perubahan. Semisal gizi yang membaik, makanan junk food, instan dan lainnya.

 

Pendampingan masa haid tak sekadar teknis bagaimana menyiapkannya, tapi juga berkaitan mental atau life skill anak menghadapi transisi dari anak menuju remaja yang jelas memiliki tanggung jawab yang berbeda dibandingkan sebelumnya. Inilah yang krusial, keluarga atau guru di sekolah tentulah belum cukup untuk mengantisipasinya.

 

Namun jangan lupa, rangsangan dari luar juga sangat deras, seperti media sosial, dan lingkungan sosial yang kurang mendukung tumbuh kembang anak. Sekulerisme yang menjadi sistem aturan bernegara dan bermasyarakat menciptakan generasi tak takut Ilahi. Hilang arah untuk apa dia diciptakan di dunia, darimana ia berasal dan kemana ia kembali kelak. Hidup dianggap hari ini saja, sehingga bebas berperilaku hingga tanpa batas.

 

Islam Cetak Generasi Bersyaksiyah Islam

 

Kita patut prihatin, bahkan tak boleh tinggal diam, sebab ini adalah pertanda kerusakan perilaku yang sangat parah, yang bersumber dari rusaknya asas kehidupan. Asas yang dibangun seharusnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Allah dan yang paling berhak atas hidup kita adalah Pencipta kita.

 

Kurikulum hari ini yang membahas pendidikan seks dan reproduksi dan sekaligus ditawarkan sebagai solusi, hanya akan menambah parah persoalan karena lahir dari paradigma Barat yang bertentangan dengan Islam. Ya, mereka berlindung di balik HAM, padahal sejatinya HAM hanyalah alat bagi kaum kafir untuk membodohi kaum Muslim dan memperturutkan hawa nafsu mereka. Janganlah kita tertipu!

 

Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan kehidupan, yang memancarkan tata aturan kehidupan yang terpancar darinya. Sejatinya Islam tak sekadar bahas akidah, tapi juga bahas solusi bagi setiap persoalan umat, termasuk zina dengan pelaku remaja.

 

Islam juga disebut sebagai mabda atau ideologi. Penerapan mabda Islam dalam kehidupan menjaga kemuliaan generasi dan peradaban. Selain hukum dan sanksi yang tegas bagi para pezina yang pasti menjerakan, juga akan terus menerus disuasanakan keimanan yang kuat oleh pemimpin negara atau Khalifah. Melalui kajian umum, pengiriman duta besar untuk dakwah di satu daerah, pemisahan pria dan wanita di ranah umum kecuali pada aktivitas yang dibolehkan syara seperti kesehatan, pendidikan dan lainnya.

 

Pendidikan menjadi fokus negara, dengan kurikulum berbasis akidah Islam, maka akan tercetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang berbasis akidah pula, inilah kepribadian yang khas, sebab memandang dunia tak hanya ajang untuk bersenang-senang tapi sekaligus bertanggung jawab, sebab tujuan akhirat juga menjadi fokusnya. Wallahu a’lam bish showab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *