Masa Depan Suram, Generasi Tanpa Visi

Lagi dan lagi, kematian konyol demi konten menimpa seorang remaja berinisial M, ia tewas usai menghentikan paksa satu unit truk yang tengah melaju dari Exit Tol Gunung Putri, Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Kades Gunung Putri, Daman Huri, mengakui selama beberapa bulan terakhir pihaknya melakukan pengawasan melalui CCTV Exit Tol pada malam hari. Namun, peristiwa tertabraknya M pada Sabtu (14/1/2023) terjadi pada siang hari. Diduga, remaja tersebut mengadang dan menghentikan paksa truk untuk membuat konten.

 

Menurut Daman, aksi yang dilakukan para remaja usia 12-15 tahunan itu sangat berbahaya bahkan hingga menyebabkan korban meninggal dunia. “Dua bulan terakhir ini kami sudah melakukan razia-razia di atas jam 00.00 WIB. Maka kami akan panggil (anak-anak tersebut) dan kami berikan pembinaan sebelum dikembalikan. Kami juga berikan sanksi untuk membuat jera.” (republika.co.id, 15/1/2023).

 

Belum lagi dengan aksi tawuran remaja, hampir di setiap kota tersiar berita ini, tak hanya di kota, di kampung pun aksi remaja ini meresahkan warga . Perkara sepele menjadi besar hanya karena gengsi ataupun eksistensi agar terlihat kuat dan berpengaruh. Seperti aksi tawuran berdarah di kota Palembang yang makin masif, sempat mereda selama pandemi kini mulai marak lagi. Pada tanggal 15 Januari 2023, dikabarkan satu orang tewas akibat aksi tawuran tersebut. Tercatat kejadian tawuran ini berkali-kali, meski sempat beberapa kali digagalkan anggota polisi, terus saja berulang seolah mereka kebal hukum ( sumeks.co, 15/1/2023).

 

Dampak Hilangnya Rasa Takut Kepada Allah swt

 

Miris melihat perilaku generasi saat ini yang minim visi, sibuk mengejar duniawi dan eksistensi serta harga diri. Yang nampak justru hanya potret betapa bobroknya generasi hari ini. Dan hal ini makin parah ketika negara juga tak punya visi penyelamat generasi. Jadilah generasi mengikuti kemana arus bertiup, abai terhadap bahaya yang mengancam. Allah SWT berfirman,”Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Az Zariyat 56). Inilah visi dan misi manusia diciptakan Allah SWT di dunia, yaitu menjadi hamba Allah, bukan yang lain. Menjadi hamba artinya lagi tunduk, patuh dan terus-menerus terikat dengan hukum-hukum Allah, hari ini inilah yang hilang dari anak-anak kita.

 

Mungkin ada yang berpikiran, ah, mereka bukan anakku, apa urusannya denganku? Jangan lupa, yang terlihat dari fenomena ini adalah masyarakat yang rusak. Anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya. Apa jadinya jika di rumah dia didik dengan penuh kasih sayang, begitu keluar dan bersentuhan dengan masyarakat banyak, yang diingat bukan pendidikan keluarga, namun sudah beralih kepada hukum sosial dimana anak itu tinggal, tentulah kehancuran bagi anak-anak, karena masyarakatnya tidak sepemahaman, sepemikiran bahkan seperaturan dengan keluarga. Inilah awal bencana, yaitu anggapan masyarakat tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak.

 

Pembinaan yang dilakukan masyarakat tak mampu mengembalikan kesadaran generasi muda bahwa mereka telah tersesat sangat jauh, sesungguhnya mereka telah kehilangan visi dan misi dalam hidup ini. Padahal hidup ini singkat, tak ada yang bisa menjamin seseorang bisa hidup lebih lama dari yang lain. Sebab itu adalah rahasia Allah, maka, banyak alim ulama yang mengingatkan tentang hari yang abadi, akhirat.

Rasulullah SAW ditanya salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar menemuinya, “Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan paling siap menghadapinya. Merekalah orang paling cerdas.”Jelas, kecerdasan hakiki bukan soal nilai akademik yang di atas rata-rata, melainkan orang yang dengan akal yang dikaruniai Allah menjadi orang yang paling rajin mencari bekal akhirat, generasi kita jauh dari keadaan ideal ini.

 

Sistem kapitalisme berperan utama menciptakan generasi monster. Sebab, asasnya yang sekuler, memisahkan agama dari kehidupan, agama dari negara merasuki semua aspek kehidupan masyarakat. Terutama pendidikan dan ekonomi. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan sistem negara, jika negara mengambil kapitalisme, jelas kurikulum akan disusun mengikutinya. Kurikulum merdeka, yang jelas mengkerdilkan agama (Islam) sangat mempengaruhi cara pandang siswa didik. Yang ditanamkan adalah bahwa pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan, memiliki daya saing di dunia digital yang butuh kreatifitas dan inovasi.

 

Sementara aklak dan iman disingkirkan karena dianggap penghalang kreatifitas ( baca: kebebasan) itu sendiri. Akan ada banyak “ aturan” atas nama agama yang justru menjadikan anak tak bisa berprestasi. Padahal, tanpa pendidikan agama yang Kaffah, terbukti generasi hari ini tanpa misi. Karakter mereka yang tak takut risiko terus distimulasi menjadi tak takut Allah, semakin ekstrim semakin baik. Ya, kapitalisme mengajarkan prinsip bahwa kebahagiaan adalah diperolehnya materi dan popularitas sebanyak mungkin.

 

Dan ini jelas tidak mungkin menyandarkan perbuatan pada halal dan haram. Kapitalisme yang begitu mendewakan kapital ( modal) yang akan memberikan jalan kepada kebahagiaan, menstimulasi ketakutan manusia untuk terus menerus eksplore apapun. Dalam ekonomi, tentu sumber daya alam suatu negeri. Negara yang mengemban kapitalisme akan sangat tampak dari ketundukkan para pemimpinnya kepada asing, investor asing dan oligarki. Fungsi mereka bukan lagi pelayan bagi rakyatnya tapi pebisnis dan obyek bisnis, sehingga yang nampak hanya perhitungan untung rugi saja.

 

APBN negara, dimana pos pendapatan terbesarnya dari pajak rakyat, ketika digunakan untuk kepentingan rakyat, misal bansos maka penguasa akan kompak mengatakan ini beban negara, maka harus segera dicabut subsidi sebab tak tepat sasaran, yang kaya ikut menikmati. Faktanya, rakyat yang paling banyak justru yang miskin. Dan apakah rakyat tak boleh kaya, sehingga selalu dikatakan salah sasaran? Jika kita berbicara kekayaan alam, jelas itu adalah hal semua rakyat, bahkan sudah menjadi amanat dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi,”Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis yang terkandung di dalam bumi Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai negara.”

 

Sepertinya ada ketidak jelasan terkait dikuasai negara, sebab sebetulnya bukan dengan kekuasaan itu kemudian diswastanisasi. Diprivatisasi, atas nama investasi, semua perusahaan negara asing diundang, untuk mengelola ( baca: eksploitasi) kekayaan alam negeri ini. Maka, sebetulnya kita tidak boleh bangga dengan kerjasama G20, APEC dan organisasi dunia lain, apa yang mereka sebut kerjasama untuk dunia lebih baik sesungguhnya jalan panjang yang sedang mereka rintis untuk terus bisa menghegemoni negeri kita. Negeri-negeri Muslim pada umumnya, karena karunia Allah SWT ternyata begitu melimpah di negeri-negeri ini.

 

Ketika ekonomi kapitalisme bercokol, menguasai hajat hidup orang banyak, mengangkut seluruh kekayaan negeri ini maka rakyat menjadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, pasca pandemi dimana perusahaan banyak yang merugi, sebab saham anjlok dan ekonomi riil sulit dalam distribusi akibat banyaknya pembatasan, lapangan pekerjaan semakin sempit. Ternyata, juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak, guna memenuhi kebutuhan rumah tangga, di saat ayah tak punya lagi banyak kesempatan untuk bekerja menafkahi keluarganya, keluarlah ibu untuk membantu, ketika peran ibu yang utama tercabut, maka hancurlah pendidikan awal seorang anak. Sering pula kasus kriminal terjadi ketika orangtua sibuk bekerja dan anak hanya berteman dengan gadged tanpa pengawasan.

 

Sebagaimana kasus yang terjadi di Mojokerto, Jawa Timur, dimana anak usia SD memperkosa anak usia TK, yang mereka adalah teman sepermainan. Kemudian para pelajar SMP dan SMA di Ponorogo yang ramai-ramai meminta dispensasi pernikahan, dikarenakan dalam UU pernikahan di Indonesia minimal 19 ditetapkan sebagai usia yang boleh menikah, apakah masalah perzinahan selesai? Tentu tidak, malah semakin rumit. Karena menikahkan anak yang hamil di luar nikah, status sang anak tetap bukan anak ayahnya namun hanya ibu. Akhirnya hilanglah hak wali, waris sang anak.

 

Islam Solusi Hakiki Wujudkan Generasi Cemerlang

 

Mengapa Islam? Karena Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammada Saw yang pasti akan membawa manusia dalam keadaan Rahmatan Lin Aalamin. Dan itu hanya negara Islam yang memiliki visi mulia atas pemuda, juga memilki metode untuk menyelamatkanan generasi. Penguasa sebagai pelayan umat tentu akan fokus pada pendidikan generasi sebagai pokok menuju terwujudnya generasi cemerlang, dari mulai akses belajar yang bisa dicapai oleh rakyat manapun.

 

Demikian pula dengan sistem hukum dan sanksi . Para pezina yang belum memiliki pasangan akan dicambuk, sedangkan yang sudah menikah akan dihukum rajam. Apakah ini kejam? Justru inilah keadilan dalam Islam, sebab dampak kerusakannya sungguh luar biasa. Negara akan mengontrol perkembangan media sosial dengan bentuk kecanggihan teknologi yang lebih mutakhir, agar mampu memblokir situs-situs yang bertentangan dengan syariat, berbeda dengan kapitalis yang justru menjadikan konten porno, perjudian dan lainnya sebagai ladang pendapatan yaitu pajak.

 

Maka, semestinya, bertolak dari fakta ini, sudah semestinya kita mengencangkan ikat pinggang untuk menegakkan kalimat Allah aza wa jalla. Menjadikan syariat tegak di atas bumi Allah dan menjaga akidah dan kehidupan kaum Muslimin. Banyak tokoh muda Muslim yang mengukir sejarah gemilang, bisa dibuktikan hingga hari ini bahwa misi visi mereka adalah dunia keabadian di surga sebagaimana yang disediakan berikut dijanjikan oleh Allah SWT. Seperti Sultan Muhammad Al Fatih, pembebas konstantinopel, Mushab bin Umair duta Islam pertama dan masih banyak lagi. Wallahu a’lam bish showab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *