Wanita Terjebak Pesona Kecantikan ala Dunia

Wanita mencintai Mahkota, apalagi untuk menunjukkan kecantikannya yang padahal hal itu adalah bagian dari keinginan Syaitan. FOTO/Net

CANTIK bisa diartikan beragam. Setiap zaman menghadirkan kriteria kecantikan sendiri, Bahkan oleh wanita itu sendiri, yang notabene makluk paling identik dengan kecantikan. Mulai dari tatanan rambut, bentuk bahu, bentuk wajah dan lain sebagainya mereka memiliki perbedaan.

Dilansir dari Bored Panda, Selasa (3/2/2015), semisal zaman Mesir Kuno (c. 1292-1069 B.C.), dimana perempyan cantik adalah mereka yang memiliki memiliki tubuh yang ramping dengan bahu sempit. Dengan bentuk wajah simetris, tatanan rambut para wanita Mesir biasanya didominasi dengan rambut panjang berwarna gelap. Atau zaman Golden Age Of Hollywood (c. 1930s – 1950s), dimana wanita yang cantik adalah yang memiliki bentuk payudara dan bokong yang seksi. Sementara berbicara tentang rambut, para wanita ini cenderung memiliki jenis rambut ikal, blonde yang dipotong pendek seperti aktris cantik Marilyn Monroe (Liputan6.com, 3/2/2015). Dan lain sebagainya. 

Beragamnya standar kecantikan dan begitu ambisinya perempuan untuk tampil cantik dan menarik, bisa jadi inilah awal dibuatnya kontes kecantikan, muncullah berbagai even Miss, seperti Miss World, Miss Universe, dan lain sebagainya. harapannya bisa menjadi tred setter kecantikan yang valid. Dengan mengusung nilai Beauty, Brain and Behavior, berbagai acara kontes kecantikan ini sukses mendulang peserta dari berbagai belahan dunia yang ingin berkompetensi dan menjadi yang tercantik di dunia. 

Setelah bertahun-tahun berjalan, beberapa waktu lalu muncul berita tak sedap, dengan adanya peristiwa tak senonoh kepada sejumlah finalis kontes kecantikan Miss Universe Indonesia (MUID) 2023. Dimana pada saat sesi body checking tanpa busana, sebagian finalis bahkan diambil fotonya dalam kondisi tak berbusana. Sontak berita itu mengundang keprihatinan selebriti tanah air yang pernah berkompetisi dalam ajang kontes kecantikan. Salah satunya Vena Melinda, pemenang kontes kecantikan Puteri Indonesia 1994, “Yang pasti saya turut prihatin atas kasus yang terjadi ya,”katanya. (Republika.co.id, 9/8/2023)

Di sisi lain, Venna mengapresiasi keberanian para finalis untuk angkat bicara mengenai isu yang mereka hadapi meski mungkin tidak mudah. Menurut Venna, keberanian para finalis tersebut juga mencerminkan bahwa mereka memahami apa yang menjadi hak mereka di negara hukum.

Mellisa Anggraini sebagai kuasa hukum yang ditunjuk sejumlah kontestan telah melaporkan kejadian pelecehan seksual tersebut ke Polda Metro Jaya, pada Senin 7 Agustus 2023 kemarin. “Alhamdulilah sudah diterima laporan kami di SPKT tadi terkait dengan adanya dugaan tindak pidana tindak kekerasan seksual,” kata Mellisa (liputan6.com, 10/8/2023). 

Mellisa menduga ada keterlibatan pihak penyelenggara di balik pelecehan yang terjadi pada 1 Agustus 2023 lalu tersebut. bersuara sejauh ini baik-baik saja. Diketahui, dugaan pelecehan terjadi di sebuah ballroom salah satu hotel mewah di kawasan Jakarta Pusat. Para kontestan Miss Universe Indonesia 2023 diminta melakukan body checking dengan tanpa sehelai pakaian pun menempel di badan. Sontak, 30 kontestan merasa terlecehkan dan merasa tidak dihargai. Terlebih lagi pengecekan badan dilaksanakan tidak di tempat privat.

Mellisa menduga ada keterlibatan pihak penyelenggara di balik pelecehan yang terjadi pada 1 Agustus 2023 lalu tersebut. Apalagi peristiwa itu dua hari jelang grand final mendadak ada body screening. “Logikanya kalau mau melakukan body screening mestinya di awal. SOP harus jelas, menerapkan asas kehati-hatian, dan ruangan harus steril dari orang-orang yang tidak berkepentingan,” katanya. Steril yang dimaksud yakni termasuk bersih dari penggunaan kamera dan ponsel dari mereka yang tak berkepentingan mengingat yang diperiksa adalah area privat. Mellisa Anggraini mengingatkan, finalis mesti mendapat rasa aman saat menjalani sesi body screening.

Pelecehan Dalam Wadah Kebebasan ala HAM

Jika dirunut, Ajang Miss Universe awalnya merupakan kegiatan ajang kecantikan internasional tahunan yang sekarang di bawah Organisasi Miss Universe di Amerika Serikat, awalnya merupakan acara Pacific Mills yang mempromosikan pakaian renang Catalina 1952. Kemudian tahun 2015 kepemilikan beralih kepada agensi model yakni IMG Models Worldwide hingga sekarang yang mana sebelumnya saham dimiliki oleh Donald Trump pada tahun 1996

Miss Universe secara dasar punya misi bukan sekadar jadi ajang kontes kecantikan, juga memiliki bermisi berslogan Confidently Beautiful. Mengutip dari laman missuniverse.com, menyebutkan bahwa adanya Miss Universe bantu wujudkan ambisi dan bangun kepercayaan diri, bertindak sebagai katalis untuk kesuksesan dan pemberdayaan satu sama lain di masa depan.

Artinya, ajang Miss Universe dan sejenisnya sejak awal memang berniat menjadi wadah pemberdayaan perempuan dengan kedok kontes kecantikan. Seolah, mengatakan kepada dunia, mengapa harus susah payah menjadi berharga jika kita memiliki kecantikan yang pantas dihargai? Apapun misinya, tetaplah akar persoalannya adalah gender dan gerakan feminisme. 

Dalam banyak tradisi, perempuan seringkali dianggap kaum yang lemah, terlebih di negara atau wilayah yang patrialismenya tinggi, terutama apa yang diajarkan dalam agama Islam bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Status ini membawa konsekwensi tersendiri di antaranya posisi perempuan seolah terbelenggu dan tak bisa bebas berekspresi padahal sama seperti pria yang juga memiliki potensi. 

Namun sangatlah rendah jika menjadikan ajang kecantikan ini sebagai motor penggerak pemberdayaan perempuan. Justru inilah pelecehan tingkat tinggi sedunia. Agar lolos dalam kontes setiap peserta diwajibkan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku, diantaranya boleh tubuhnya diperiksa agar bisa dinilai sesuai standar. Bahkan salah satu penjuriannya dengan mengenakan pakaian renang yang berarti harus memperlihatkan auratnya di hadapan orang asing atau non mahram. Jika tak sesuai anda gugur, jika sesuai anda maju. Apa bedanya dengan pemilihan kambing atau sapi yang siap disembelih atau diperjualbelikan? Mereka bahkan lebih mulia karena tak harus telanjang.

Ada sikap permisif atas tubuh mereka, my body my authority tapi justru kepada tindakan membolehkan pelecehan atas tubuhnya sendiri, jelas itu bukan bentuk mencintai tubuh kita sendiri, bahkan sebenarnya kita samasekali tak berhak atas tubuh ini. Dalam Islam, memasukkan makanan atau minuman pun harus halal dan toyyibah agar bisa beribadah dengan lancar, demikian pula cara berpakaian, tak sekadar menutup anggota badan. 

Apa yang mereka cari selain ketenaran? Eksistensi diri dan harta, hal itu tak bisa dinafikan. Ketika seseorang dinyatakan menang sebagai juara ataupun kontestan, seribu peluang sudah menanti, segudang hadiah berbaris bahkan ia berjalan di dunia ini seolah ratu, akses dimudahkan hingga sanjungan disediakan. Siapa pula yang merasa bahagia dengan pengadaan even yang kontinyu ini? Jelas mereka yang berinvestasi besar-besaran. Kecantikan menjadi komoditas, Hak Asasi Manusia menjadi payung hukumnya. 

Negara Hukum Jika Berdasarkan Hukum Sekuler Tak Akan Tuntaskan Persoalan

Persoalannya, meskipun Indonesia adalah negara hukum, segala sesuatu ada hukumnya namun tak akan membawa dampak signifikan bagi terwujudnya keadilan. Jangankan pelecehan seksual, pembunuhan yang polisi oleh polisi tahun lalu saja, berakhir dengan pengurangan hukuman mati menjadi seumur hidup. Bicara Miss Universe maka artinya ini bicara kapitalisme besar-besaran. Penjajahan harkat dan martabat perempuan sebagai salah satu makluk ciptaan Allah swt. 

Meski pula Miss Universe telah berganti hak lisensinya, namun penggantinya tetap dengan mindset yang sama maka tak ada perubahan signifikan. Perempuan kian dilecehkan karena tak ubahnya barang, dinilai tinggi jika bermanfaat secara finansial. 

Islam Muliakan Wanita Dunia Akhirat

Islam tak menampik bahwa kecantikan adalah bagian dari kesenangan dunia, namun juga mengingatkan bahwa paras rupawan kelak akan menua, namun aklak dan ketaatan kepada Rabbnya adalah kekal. Terutama kedudukan perempuan sangatlah dimuliakan hingga ia tak wajib bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri dan anak-anaknya sepanjang usianya. 

Wanita diperintahkan menutup aurat dengan sempurna bukan untuk membatasi geraknya, namun untuk melindungi dari fitnah sehingga ia bisa berkontribusi kepada keluarga, umat dan negara dengan seluruh potensinya. Banyak nama-nama masyhur yang lahir dari peradaban Islam. Mereka sosok taat kepada Rabbnya dan merupakan mutiara umat karena apa yang mereka amalkan. Sebut saja Siti Aisyah Ra istri Rasulullah Saw., selain cantik parasnya juga memiliki kecerdasan luarbiasa, beliau termasuk perawi hadist terbanyak dari kalangan istri Rasul dan sahabat. 

Kemudian Ummu Imaroh, yang menjadikan badannya tameng bagi Rasulullah di perang Uhud. Ada Laila al-Ghifariyah seorang mujahidah (pejuang perempuan) yang keluar berperang bersama Rasulullah dalam beberapa peperangan. Tugasnya mengobati orang-orang yang terluka dan merawat orang-orang sakit. Mereka bukan perempuaj biasa, bisa jadi para bidadari di surga iri melihat nilai mereka yang menjulang tinggi dunia akhirat. Justru ketaatan dan ketundukan mereka kepada syariat adalah kecantikan yang sesungguhnya. 

Kontes kecantikan jelas tak akan dibiarkan dalam sistem Islam, Allah SWT menciptakan pria dan wanita sudah dengan segala potensi masing-masing untuk kelestarian jenis manusia itu sendiri berikut untuk keseimbangan alam. Negara akan memberikan kesejahteraan maksimal, dengan menyediakan lapangan pekerjaan hanya bagi pria baligh, kalaulah perempuan ingin bekerja bukan pada ranah yang mengharuskan ia mengumbar aurat dan merendahkan kemuliannya. 

Tugas mulia perempuan dalam Islam yang tak akan bisa digantikan oleh pria, sekalipun mereka adalah pemimpin atas kaum wanita adalah menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. Di dalam pengasuhannyalah tercetak generasi cemerlang dan bertakwa. Sudah banyak buktinya, dibelakang pria hebat pasti ada wanita kuat dan cerdas. Sebut saja Imam Syafi’i, Muhammad Al Fatih dan lainnya. 

Selama sistem sekuler ditegakkan, hanya menyisakan perempuan sebagai komoditas dagangan maka selam itu tidak ada kemuliaan bagi wanita. Maka, tidak ada cara lain selain menerapkan syariat Islam. Wallahu a’lam bish showab.[]

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *