Ku Lepas Dengan Ikhlas

Hari ini Radit dan Ica kembali bertemu untuk kesekian kalinya. Maklum, keduanya sedang mabuk kasmaran. Ica adalah perempuan aktif yang mendekati Radit lebih dulu. Paras cantik Ica lengkap dengan dua lesung pipinya membuat Radit tak dapat menolak ketika Ica menyatakan cinta kepadanya.

Namun, selang enam bulan mereka memadu kasih, Radit mulai merasa bosan akan kehadiran Ica. Akan tetapi hal yang berbeda justru dirasakan Ica. Ia mengatakan bahwa dirinya semakin sulit untuk tidak mengingat Radit disetiap aktifitasnya.

Hubungan Radit dan Ica tetap berjalan. Hingga di suatu ketika, Radit bertemu dengan remaja masjid. Hal itu terjadi saat ia dan Ica mampir ke masjid untuk menunaikan shalat zuhur setelah pergi ke taman raya di kota hujan.

Radit mengamati aktifitas kajian remaja masjid yang ada di pojok depan bagian kanan dari masjid yang cukup besar itu. Kajian itu diikuti oleh belasan remaja putra usia SMA dan mahasiswa. Mereka terlihat asyik menyimak seorang ustadz muda yang terlihat ramah.

Sambil menunggu Ica selesai shalat, Radit memberanikan diri duduk diantara pemuda masjid. Rupanya kajian kali ini bertemakan pemuda dalam jebakan virus merah jambu. Sebenarnya ini bukanlah pertama kali ia mendapati larangan pacaran dalam Islam.

Namun ada yang beda kali ini. Entah kenapa sang ustad muda menjelaskan bagaimana kondisi yang ia rasakan saat ini. Radit pun mantap. Ia bertekad akan menghentikan aktifitas intensifnya dengan Ica selama ini.

“Ica, sori ya. Kamu harus pulang siang ini sendiri. Tadi aku udah pesenin ojek cewek buat kamu. Aku pulang dulu ya, ada urusan,” ucap Radit ketika Ica selesai shalat. Ica pun menurut saja. Sebab selama ini Radit tak pernah berbohong padanya.

Hari berganti hari. Radit mulai jarang menghubungi Ica. Ica lantas terus berusaha mengajak Radit bertemu dengannya. Sebab ia tak ingin Radit menjauh darinya. Sementara Radit, mulai menikmati masa tenangnya dengan teman baru yang tak lain adalah remaja masjid yang ia kunjungi sebelumnya.

Setelah satu bulan lamanya, Radit terkejut ketika ia pulang dari bermain futsal bersama temannya. Ia mendapati Ica telah berada di rumahnya sedang berbincang dengan mama nya. Ica lantas menanyakan sikap Radit yang telah berubah.

Tak ingin melihat pertingkaian anaknya, mama Radit lantas masuk ke dalam kamar. Radit menjelaskan bahwa ia tak ingin terjerumus dalam dosa lebih dalam karena melakukan tindakan pacaran dengan Ica. Radit menjelaskan bahwa laki-laki yang baik tidak akan memacari. Namun menikahi.

Mendengar perkataan Radit, Ica lantas mengutarakan bahwa ia siap menunggu Radit jika Radit memilihnya untuk menjadi istrinya. Namun Radit justru tertawa mendengar ucapan Ica. Radit memahamkan bahwa ia belum siap menikah.

Meski keduanya kini sudah menginjak semester 5 dari kuliahnya, Radit tak tahu kapan ia akan siap menikah. Sebab masih panjang impian yang ingin ia raih. Radit pun tak khawatir masalah jodoh. Ia yakin jika ia sudah siap, maka Allah akan memberikan kemudahan baginya.

Ica yang mendengarkan jawaban Radit hanya dapat menangis. Sebelum Ica meninggalkan rumahnya, Radit berkata kepada Ica, “Ica, aku melepas mu dengan ikhlas. Jika kau memperbaiki dirimu maka itu lebih baik. Jangan tunggu aku. Karena mungkin suamimu kelak bukanlah aku.”

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *