Era Khilafah

 

 

Apa yang salah dengan dakwah Khilafah ini? Khilafah adalah ajaran Islam. Dan Khilafah itu substansinya sangat jelas dan sangat tegas, sangat diperlukan oleh umat Islam. Yaitu untuk penerapan syariat Islam secara kaffah, terwujudnya ukhuwah secara nyata, dan untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia,” demikian disampaikan Ustaz Ismail Yusanto.

_____________________________

 

Apa lagi sekarang memang sudah masuk era ‘Khilafah’. Umat memperbincangkan hal ini. Dari masyarakat akar rumput, hingga petinggi negeri membicarakan Khilafah. Dari emak-emak rumpi hingga diskusi publik, mengangkat tema Khilafah. Kita pun tentu harus ambil bagian. Sebab ‘Khilafah’ menjadi menu kita sehari-hari. Kita yang lebih mengenalnya.

 

Khilafah memang sedang naik daun. Bersamaan dengan suhu politik yang suam-suam kuku di negeri ini, Khilafah menjadi buah bibir di kalangan umat. Pro dan kontra. Ada yang benci, ada yang cinta. Tapi semuanya berhasil melambungkan opini, tanpa bisa dicegah. Yang tidak tahupun akhirnya mencari tahu. Tak kenal maka tak sayang.

 

Bagi yang sudah melalui periode tastqif, belajar bab awal Nizhomul Islam, pasti akan tahu bahwa benci dan cinta seseorang terkait pada mafhum. Seseorang akan beraktivitas cinta, jika mafhumnya cinta terhadap sesuatu. Mafhum cinta tadi, dibentuk oleh pemikiran cinta. Begitu pun sebaliknya. Jika yang diemban adalah pemikiran benci, maka mafhum yang ada adalah benci. Pada akhirnya, aktivitas yang muncul pun aktivitas benci.

 

Sebagaimana yang baru-baru ini dilontarkan oleh orang pintar di negeri ini, Mahfudz MD. Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, menyatakan bahwa Islam sebenarnya tidak mengenal khilafah sebagai sistem bernegara. Hal itu disampaikannya dalam rangkaian acara Jelajah Nusantara 2019 bertemakan ‘Merawat Moderasi Agama’ saat singgah di Stasiun Cirebon, Jawa Barat.

 

“Dalam Islam itu ada ajaran tentang khilafah, tetapi tidak ada ajaran tentang sistem khilafah. Bedakan ajaran dan sistem,” tutur Mahfud di lokasi, Selasa (19/2). Dengan memahami hal tersebut, Mahfud berharap tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan Islam untuk menakut-nakuti warga lainnya atau membentuk gerakan-gerakan tertentu mengatasnamakan Islam tanpa mengerti khilafah. (Merdeka.com 19/2).

 

Jika tidak memiliki mafhum yang benar tentang Islam, maka yang disampaikan pun akan keliru. Jika tidak pernah mendapat maklumat yang benar tentang Khilafah, maka tidak akan pernah mampu bapak ini memikirkan Khilafah sebagai sesuatu yang dirindukan. Sebab beliau tidak paham, akhirnya pun tidak cinta.

 

Khilafah ditunggu. Umat semakin penasaran, ‘Khilafah itu apa sih’. Maka sekaranglah saatnya, opini Khilafah harus terus disuarakan melalui tulisan atau aktivitas kontak kita. Umat yang amnesia, lupa bahwa dulu pada masanya Khilafah pernah memayungi kehidupan mereka. Terbukti musuh Islam telah berhasil menjauhkan gambaran Khilafah dari benak umat.

 

Padahal Khilafah selalu ada dari masa ke masa. Sejak Rasulullah wafat, para sahabat selalu membai’at Khalifah. Silih bergantinya kepemimpinan pada masa itu, menunjukkan bahwa Daulah itu tetap ada, syariat selalu diterapkan, pemimpin dipilih melalui bai’at, Islam diterapkan pada sistem pemerintahan dan pengurusan umat. Daulah Islam tetap ada, tetap berlangsung.

 

Bahkan ketika terjadi sejumlah peristiwa internal pada tubuh Daulah, akibat munculnya aktivitas ijtihad. Para mujtahid kala itu tetap sepakat bahwa bentuk negara tetap Khilafah, pemimpin dipilih selalu melalui bai’at, hukum syara’ sebagai landasan hukum, dan Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara. Daulah tetap istimrar, terus berlangsung.

 

Hingga ada satu masa, terjadi buruknya penerapan akibat buruknya pemahaman Islam. Akan tetapi, tetap saja penerapan Islam terus dilakukan. Daulah terus mengadakan hubungan luar negeri untuk penyebaran Islam. Hingga kekuasaannya pun mencapai Persia, Kaukasus, sampai ke perbatasan Cina dan Rusia. Dan akhirnya meliputi 2/3 dunia. Kekhilafahan tetap tegak, keberlangsungannya tetap ada.

 

Pada saat itu, kreativitas umat untuk melakukan ijtihad didukung penuh oleh Khalifah. Umat didorong untuk pandai. Keimanan mereka dijaga. Hal-hal baru ditemukan, membuat Daulah bersinar bak mentari. Kekuatan pemikiran umat mendorong mereka menuju peradaban mulia. Sementara pada saat yang bersamaan, Eropa sedang mengalami masa kegelapan dan kemunduran.

 

Bahkan ketika bandul kejayaan bergerak ke barat, saat Khilafah mundur akibat serangan bertubi-tubi dari pasukan Salib, Tartar dan yang lainnya. Daulah tetap menerapkan Islam. Khalifah pun diangkat melalui baiat. Aktivitas penyebaran Islam dan futuhat tetap dilakukan. Sumber hukum syara’menjadi dasar negaranya. Saat itu pun Daulah masih tetap istimrar.

 

Menurunnya kondisi tubuh Daulah terjadi ketika pemikiran umat menurun. Pintu ijtihad ditutup, tabani khalifah berhenti. Saat itulah masa indah Daulah berakhir di tangan Mustafa Kemal. Daulah yang menyatukan kaum muslim dari ujung timur hingga ujung barat, berakhir. Ketika itu penerapan Islam ditinggalkan, pemimpin tidak lagi dipilih melalui baiat. Negara tidak berasaskan syara’.

 

Saat ini adalah episode lanjutan dari gambaran kegelapan yang meliputi kehidupan umat. Di masa ini umat tidak lagi mengenal Khilafah. Bahkan tatkala dirasakan sempit di seluruh lini. Serta solusi pragmatis selalu ditawarkan penguasa yang tidak menerapkan Islam. Umat tidak ingat masa kejayaan Khilafah. Tidak terpikir untuk kembali ke sana.

 

Akhirnya umat berputar di kondisi rendah. Merosotnya pemikiran membuat umat sulit ke luar dari persoalan. Keimanan yang sulit dijaga, karena tidak adanya penerapan Islam. Maka perlu bagi umat untuk segera beranjak dari keruwetan yang tak berujung. Perlu dakwah mengajak umat pada solusi hakiki yang ditetapkan Syara’.

 

Dakwah Khilafah memang berhasil membuat tremor negeri ini. Maka jika opini Khilafah terus disebarkan dengan cara-cara cerdas yang dikemas menarik, pada saatnya benar-benar akan mengguncang dunia dengan kekuatan yang amat dahsyat.

 

Jadi, sudah seharusnya opini kita mengalahkan opini bapak yang ternyata tidak pintar tadi. Tanpa aktivitas dakwah, maka gambaran umat tentang khilafah, akan seperti bapak tadi. Umat tidak memiliki mafhum tentang Khilafah, sehingga aktivitas yang muncul juga salah. Dan pada akhirnya, memperjuangkan penegakannya pun mereka enggan.

 

Oleh sebab itu, sampaikan bahwa Khilafah ajaran Islam. Islam bukan teror dan tidak menakutkan. Hanya orang-orang yang bersalah dan melakukan pelanggaran syara’ yang takut Khilafah. Khilafah adalah bentuk negara yang dicontohkan oleh Rasul dan diperintahkan Allah untuk menegakkannya.

 

Saat ini Khilafah justru dirindukan muslim Rohingya, Suriah, Palestina, Uyghur dan yang ada di seluruh penjuru dunia. Sebab Khilafah sebagai raa’in dan junnah, akan mengembalikan izzul Islam wal muslim. Tsumma takuunu khilafatan ‘ala minhajin nubuwwah.

 

Nabi saw. bersabda:
(عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِيِّنَ مِنْ بَعْدِيْ، وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ) [رواه أبو داود والترمذي]

Kalian wajib berpegang teguh dengan sunahku dan sunah para Khalifah Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah sunah itu dengan gigi geraham.” [Hr. Abu Dawud dan at-Tirmidzi]

__________

Tulisan tahun 2019, fp. Suara Muslimah Kota Wali

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *