NTC Digelar Lagi, Penguatan Profil Pemuda Sisi Mana?

Promotor Dyandra Global Edutainment meminta maaf berkait konser NCT 127 yang dihentikan sebelum waktunya. “Kami menyampaikan permohonan maaf yang sebenar-besarnya atas pemberhentian konser hari ini sebelum waktunya,” tulis pernyataan promotor dikutip dari Instagram @dyandraglobal, Jumat (4/11/2022).

Seorang NCTzen asal Bandung, Audia, mengungkapkan perasaan sedihnya karena konser harus diakhiri sebelum waktunya. “Kecewa saja sih gara-gara keegoisan orang, ngorbanin orang lain lagi. Bisa kan kita nontonnya santai saja,” ujar Audia. Kerusuhan yang diakibatkan dorong-dorongan terjadi di section CAT 1 C, untuk kategori standing (berdiri). “Kasihan orang yang sudah nabung, bela-belain cuti segala macam,”tambahnya, “Kenapa semua section yang kena? Kenapa enggak section mereka saja yang dibubarin?” kata Audia yang berada di section seating (duduk).

Namun, selang sehari, Konser (Neo Culture Technology) NCT 127 hari kedua, Sabtu, 5 November 2022 dipastikan akan digelar meski dengan beberapa ketentuan. Menurut Kabit Humas Polda Metro Jaya, Endra Zulpan, Izin untuk diselenggarakan telah diberikan dan terdapat aturan konser NTC 127 hari ke dua. Tetap ada beberapa evaluasi kepada pihak penyelenggara, diantaranya harus panggung utama yang diperlebar dan personil keamanan berikut medis diperbanyak. Juga tidak boleh ada aksi lempar bola dan sejenisnya yang memancing kerusuhan seperti saat hari pertama.

Kapitalisme-Liberal Sekali Lagi “Menang”

Korean Wave memang sangat luar biasa pesonanya. Banyak anak muda yang orientasinya berputar 180° dari yang seharusnya. Mereka lebih memilih menabung dana, membolos, berjuang dengan segala cara menyiapkan menghadapi event yang bahkan tak memberinya manfaat. Bahkan semakin didorong untuk terus berputar pada sang idola yang kemudian memunculkan celah bagi kapitalis untuk memanfaatkannya. Entah apakah para orangtua menyadari hal itu atau menganggapnya sebagai bagian dari pencarian jati diri anak muda?

Lebih miris, ketika disandingkan dengan fakta anak-anak Sudirman Fashion Week yang tak hafal rukun iman bahkan beberapa diantaranya mengaku sudah lama tidak shalat. Kemudian anak-anak gadis yang rela menjual keperawanannya untuk diganti dengan I-Phone atau tiket konser artis Korea. Belum lagi dengan remaja punk yang kerap mengemis di lampu merah untuk makan dan juga nonton konser. Dan masih banyak potret generasi bangsa ini yang jauh dari kata sukses moral.

Aparat begitu sigap menghentikan acara yang bertajuk Islam, hanya karena beberapa kelompok atau ormas tidak setuju. Padahal baru dugaan, belum jadi kenyataan. Sangat jelas adanya perbedaan sikap jika itu menyangkut syiar dan edukasi Islam.

Kita pun harus evaluasi kurikulum merdeka besutan terbaru mas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Kariem dimana isi pokoknya adalah projek penguatan profil pelajar pancasila atau biasa disingkat dengan P5. Sangat tidak relevan. Dimana dikatakan tujuan dari P5 adalah menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa yang unggul dan produktif. Selain itu, diharapkan peserta didik dapat berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkesinambungan.

Projek P5 ini dianggap sangat bermanfaat antara lain untuk memperkuat karakter dan mengembangkan kompetensi sebagai warga dunia yang aktif, melatih kemampuan pemecahan masalah dalam berbagai kondisi, serta memperlihatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di sekitar. Dengan cara bagaimana? Ini adalah misi yang kabur, sebab tanpa metode yang jelas.

Dengan fakta anak yang tak peduli lagi pada potensi terbesarnya sebagai agent of change kini larut dalam pelukan budaya barat yang merusak. Tujuan hidupnya tak jauh dari sepuasnya memperoleh kesenangan jasmani. Begitu dihadapkan pada realita kehidupan, bahwa hidup adalah perjuangan mereka menolak. Bagi yang Muslim ditambah dengan narasi sesat radikal, terorisme dan lain sebagainya jika mereka mendekat untuk lebih paham agamanya. Yang kesemuanya membuat stigmatisasi buruk terhadap Islam dan ajarannya. Janganlah bangkit untuk membela agamanya, paham agamanya saja tidak, terlanjur termakan narasi-narasi buruk yang juga diembuskan para petinggi negeri ini.

Sudah jamak diketahui, jika menjelang akhir tahun maka drama penangkapan terorisme akan sering dimainkan. Selalu saja ada sasaran, namun tak pernah ada pengadilan bahkan sanggahan merekalah pelaku teroris sesungguhnya pada setiap mereka yang dituduh pun tidak ada, karena terkadang sudah meninggal dunia lebih dulu. Islam digambarkan buruk, penyebab hilangnya rasa aman.

Pembajakan potensi pemuda tidak hanya terjadi dari sisi sosial dan akademiknya, dari sisi ekonomi pun tak kalah gencar. Upaya-upaya guna mendorong generasi muda berdaya ekonomi sangatlah luar biasa, salah satunya kegiatan Y-20 besutan PBB, yang mengumpulkan anak-anak muda yang peduli, untuk sama-sama memperbincangkan masa depan dunia, sebab merekalah kelak yang memegang kendali. Namun, mereka tak sadar telah diseret dalam pusaran ekonomi dimana merekalah bumper penyelesaian persoalan ( baca: kelemahan) ekonomi kapitalisme yaitu krisis dan resesi.

Islam Wujudkan Generasi Bertakwa dan Produktif

Sebelum terlambat, semestinya kita sadar dan mengambil langkah terdepan untuk mengembalikan orientasi hidup generasi muda hari ini. Tak ada yang lebih baik selain mengajaknya kembali memahami tiga pertanyaan besar dalam hidup ini yaitu darimana kita berasal, untuk apa kita diciptakan dan kemana setelah meninggal dunia. Jawaban dari semua itu hanyalah Allah SWT. Kita berasal dari Allah ( Qs al-Qiyamah: 37-39), kita diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah (QS.Adz Dzariyat: 56) dan kita pun kembalinya kepada Allah (QS az-Zumar: 54).

Ketika akidah kuat dan ketakwaan menjadi penghias pribadi individu muslim, tak heran jika kita hari ini mengenal tokoh-tokoh muslim yang sekaligus pembela agama yang ikhlas, seperti Abu Bakar as Sidiq, Umar Bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al Fatih, Umar Abdul Aziz, Ibnu Sina, Imam Syafi’i dan lain sebagainya. Hidup mereka dipenuhi dengan amal produktif yang berhubungan dengan kemaslahatan umat. Hingga tegak berdiri peradaban cemerlang yang belum ada bandingnya hingga hari ini. Wallahu a’lam bish showab.

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *