Gizi Buruk Akut di Gaza: Bagaimana Sistem Islam Dapat Membawa Perubahan

Tingkat kekurangan gizi di Gaza sangat tinggi, terutama di kalangan anak-anak, dan proporsi anak dengan gizi buruk akut meningkat, demikian laporan PBB. Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB dalam konferensi pers di New York sebagaimana dilansir Wafa mengatakan bahwa pada Juli dari 136.000 anak yang diperiksa hampir 12.000 anak berusia bayi dan balita berusia 6-59 bulan mengalami kekurangan gizi akut yang signifikan.
Di antara mereka, lebih dari 2.500 anak terdiagnosis gizi buruk akut parah. 40 anak memerlukan rawat inap di pusat stabilisasi. Kondisi ini merupakan bentuk yang paling mengancam jiwa anak-anak. Menurut Farhan Haq, proporsi anak dengan gizi buruk akut meningkat, dengan 18% di antaranya mengalami gizi akut parah pada Juni dan Juli. Dibandingkan dengan 12% pada bulan Maret dan Mei, ia mengecam penjajah Zionis atas pembatasan yang mereka terapkan terhadap akses kemanusiaan.
Haq mengatakan bahwa pada bulan Juli mitra hanya mampu menjangkau 3% atau 8.700 dari 290.000 Ibu anak di bawah usia 5 tahun yang membutuhkan makanan dan suplemen mikronutrien. Penyebabnya adalah keterbatasan pasokan suplemen nutrisi berbasis lipid ke Gaza. Kondisi Gaza seharusnya menjadi tamparan keras bagi umat Islam. Sebanyak 2 miliar kaum muslimin di dunia ini tidak mampu memberi makan saudaranya yang kelaparan di Gaza. Bahkan mereka juga tidak mampu melaksanakan kewajiban jihad untuk membebaskan saudara mereka dari penjajahan Zionis dan Amerika Serikat. Adakah bencana yang lebih besar dari perkara ini?
Padahal Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah berpesan bahwa sesama kaum muslimin adalah saudara. Beliau bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” Hadis riwayat Bukhari nomor 2262.
Kaum muslimin di Gaza menahan lapar hingga sekarat. Mereka harus membayar dengan nyawa dan kehinaan akibat keterlambatan umat Islam dalam memenuhi kewajibannya, yaitu melawan penjajah dan sistem kufurnya, sistem sekularisme kapitalisme. Pemimpin negeri-negeri muslim juga tidak mampu membuka blokade bantuan makanan bahkan menahan pasukan mereka membuka blokade dan membalas serangan Zionis. Mereka malah berkhianat kepada kaum muslimin di Gaza dengan terus melakukan normalisasi hubungan dengan Zionis. Pemimpin negeri-negeri muslim justru membiarkan kaum muslimin di Gaza terus dilaparkan dan dibunuh. Mereka membiarkan saudara seimannya dimusnahkan oleh penjajah biadab Zionis.
Sungguh kehinaan seperti ini tidak pernah dialami oleh umat Islam ketika mereka hidup dalam naungan daulah khilafah. Sebab khilafah adalah perisai kaum muslimin. Ia akan melindungi kaum muslimin dari mara bahayanya. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu adalah perisai. Dia akan dijadikan perisai di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah azza waalla dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Tetapi jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya.” Hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
Ketika ada khilafah, Salahuddin al-Ayyubi membebaskan tanah Palestina dari tentara salib dengan jihad. Pertemuan antara Salahuddin dan Paus Gregory VIII terjadi dalam konteks perang di Hitin, bukan dalam upaya diplomasi atau pembagian tanah. Beliau mengalahkan semua tentara salib dan mencabut kerajaan tentara salib di seluruh wilayah negeri muslim. Inilah bentuk khilafah sebagai perisai kaum muslimin. Namun saat ini kaum muslimin tidak memiliki pemimpin seperti Salahuddin al-Ayyubi. Umat Islam perlu memahami bahwa bantuan dan donasi tidak cukup untuk mengatasi masalah pelaparan dan malnutrisi di Gaza; diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, seperti perubahan kebijakan dan advokasi untuk mengakhiri blokade dan konflik.
Semua kehinaan dan kepedihan ini hanya akan tuntas jika umat Islam memiliki perisai daulah khilafah. Maka umat Islam harus fokus melakukan perjuangan untuk mengembalikan perisai itu. Perjuangan ini menuntut umat Islam berjuang bersama kelompok Islam ideologis. Sebuah kelompok yang menapaki dakwah mengikuti metode Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan khilafah. Kelompok ini terus-menerus mendakwahi umat dan membina umat agar umat memiliki pemahaman Islam yang benar dan kafah dan ingin terbebas dari belenggu sistem sekuler kapitalisme hari ini.
Keistiqamahan dakwah kelompok Islam ideologis bersama umat insyaaallah akan mengetuk hati para pemilik kekuasaan atau ahlunnusrah sehingga mereka mau memberikan kekuasaan itu sebagai tariqah atau metode untuk menerapkan Islam secara kafah. Dan pada gilirannya khilafah ini akan mengomando tentara muslim untuk jihad ke Palestina insyaaallah. Wallahu alam
Komentar