Makanan dari Langit

 

Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/3/2024), para korban dibawa ke rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, kata kepala perawat ruang gawat darurat, Mohammed al-Sheikh, kepada AFP. Bantuan kemanusiaan yang dijatuhkan dari udara ke wilayah Palestina tersebut telah menewaskan lima orang dan melukai 10 orang lainnya.

 

Sheikh mengatakan insiden mematikan itu terjadi di utara kamp pengungsi Al-Shati. Seorang saksi dari kamp tersebut mengatakan kepada AFP, bahwa dia dan saudaranya mengikuti bantuan yang diikat dengan tali parasut tersebut dengan harapan mendapatkan sekantong tepung. Lalu tiba-tiba parasutnya tidak terbuka dan jatuh seperti roket di atap salah satu rumah, kata Mohammed al-Ghoul. (Detik.com, 9-3-2024)

 

Amerika Serikat dan Yordania termasuk di antara negara-negara yang melakukan pengiriman bantuan dengan menjatuhkannya dari udara di Gaza utara, di mana ratusan ribu orang menanti bantuan setelah lebih dari lima bulan serangan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Cara ini masih dinilai efektif, menurut mereka, sebab tak perlu melintasi gerbang yang dijaga ketat oleh Zionis Israel.

 

Sedangkan kondisi masyarakat Gaza saat ini, sangat mengenaskan. Korban jiwa tak terhitung jumlahnya. Belum lagi yang sakit, kedinginan, bahkan kelaparan, serta buruknya sanitasi. Dunia masih belum bergerak. Semua tampak diam membeku, hanya menyaksikan penderitaan tak terperi, melalui gawai. Hak asasi manusia yang digadang-gadang Barat, pun seolah lumpuh tak bertaji.

 

Hingga saat ini, penduduk Gaza menjerit hidup dalam kondisi papa. Sewaktu-waktu akan mendapat serangan dari Zionis Israel. Bahkan ketika mereka berkumpul menanti tepung. Berbagai upaya individual ala kadarnya, dilakukan demi menolong muslim Gaza. Salah satunya penjual jeruk di Mesir yang melemparkan jeruk-jeruknya ke truk yang sedang berjalanan menuju Rafah. Syu’ur keislamanan menggerakkannya mengirimkan makanan yang jumlahnya tak seberapa. Termasuk bantuan yang dikirim melalui organisasi kemanusiaan berupa kebutuhan pokok warga yang menderita akibat perang.

 

Namun lebih dari itu, mereka membutuhkan kemerdekaan. Bebas dari serangan, dan berdaulat di atas tanah yang merdeka. Maka tak pelak berharap pada lembaga dunia ataupun penguasa muslim saat ini, sungguh jauh panggang dari api.

 

Meski saat ini penduduk Gaza mengejar bantuan yang dijatuhkan dari udara. Namun sejatinya mereka membutuhkan lebih dari itu. Mereka membutuhkan tentara yang mampu mengusir musuh, kesempatan untuk hidup layak, serta menjaga keislaman mereka dan Masjid Al-Aqsha. Hal ini hanya akan terwujud dengan adanya institusi yang akan menyatukan umat, serta kepemimpinan yang berlandaskan Kitabullah.

 

Sementara dahulu, beratus tahun yang silam, Khalifah Umar bin Khaththab pernah memasak dalam jumlah besar di kediamannya, di pusat pemerintahan, untuk memberi makan rakyat yang lapar. Tungku penguasa terus menyala karena berbondong-bondong masyarakat membutuhkan makan. Saat itu wilayah Hijaz diliputi kekeringan dan paceklik. Permukaan tanah menghitam karena kemarau yang panjang. Maka tahun itu pun terkenal dengan sebutan tahun kelabu.

 

Tanah menjadi gersang, hewan ternak mati. Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab, menceritakan situasi tersebut, bahwa Umar bin Khaththab memiliki kebiasaan baru, yaitu seusai mengimami salat isya, dia langsung pulang dan melakukan salat malam sampai menjelang subuh, kemudian Umar keluar menelusuri lorong-lorong jalan, memperhatikan rakyatnya.

 

Umar pun mengirimkan surat kepada para Wali di berbagai wilayah, yakni Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Ubaidah bin Jarrah di Syam, juga kepada Sa’ad bin Abi Waqqash di Irak. Abu Ubaidah bin Jarah paling cepat memenuhi seruan Umar dengan mengirimkan empat ribu unta bermuatan penuh bahan pangan. Dari Palestina, Amr bin Ash mengirimkan makanan, tepung, lemak dan seribu unta, lewat jalur darat dan laut. Dari Syam, Mu’awiyah juga mengirim tiga ribu unta. Sedangkan Sa’d mengirim seribu unta bermuatan tepung, mantel, selimut.

(10 Shahabat yang dijamin masuk surga, karya Abdus Sattar Asy-Syaikh)

 

Tidak hanya makanan, Umar bin Khaththab pun menjamin keamanan warga. Pasukan jihad ditakuti musuh. Heraklius dengan pasukan Romawinya pun enggan berhadapan dengannya. Ahmad bin Marwan al-Maliki meriwayatkan dalam Al-Mujalasah, dia berkata, bahwasanya telah berkata kepada kami Abu Ismail at-Tirmizi, dia berkata, “Telah berkata kepada kami Abu Muawiyah bin Amru dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak satupun musuh yang dapat duduk tegar di atas untanya ketika berhadapan dengan para sahabat Nabi.””

 

Kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan rakyat Gaza, termasuk kaum muslim di berbagai penjuru dunia. Pemimpin yang melindungi, dengan menjadikan dirinya sebagai perisai (junnah) dan mampu mengelola urusan umat (raa’in). Tidak takut terhadap musuh dan tidak pula menjatuhkan bantuan melalui udara. Kepemimpinan yang siap memberantas segala bentuk kemungkaran yang menghalangi tegaknya Islam. Allahumma ahyanaa bil Islam.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *