Oligarki Pemimpin Hari ini, Mengapa Masih Diingkari?

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan kepada mahasiswa jangan saat ini berani kritik pemerintah sebagai oligarki. Bahlil mengatakan, ketika para mahasiswa ini menjadi pejabat dan orang kaya, idealisme itu bisa luntur. Bahkan bisa melakukan hal lebih jahat dari dirinya.

 

“Jadi saya mau menyampaikan kepada kalian, jangan coba coba bilang kalau kita-kita oligarki, tunggu kalian semua tunggu. Begitu kalian jadi pejabat, jadi orang kaya, mungkin kelakuan kalian akan lebih jahat dari pada saya,” katanya dalam acara Simposium Demokrasi dan Deklarasi Pemilu damai yang dihadiri mahasiswa di Perpustakaan Nasional, Jakarta (Liputan6.com, 24/12/2023).

 

Pejabat Bijak, Ilusi Dalam Sistem Demokrasi

 

Sungguh sangat tidak bijak apa yang keluar dari lisan salah satu pejabat negara ini. Karena secara tidak langsung beliau juga mengakui bahwa menjadi pejabat otomatis menjadi jahat hingga bisa melunturkan idialisme. Dan memang inilah fakta pemimpin dalam sistem demokrasi. Mereka hanya mengunggulkan harta dan kekuasaan tanpa pernah mengingat bahwa kekuasaan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

 

Berapa banyak pejabat di negeri ini yang harus berganti baju oranye KPK karena menjadi pesakitan tersangka korupsi sebelum masa jabatannya berakhir. Mereka tak merasa bersalah, apalagi sedih. Bahkan masih bisa tersenyum sebab, hukuman untuk mereka di negeri ini ringan, hanya berupa penjara yang itu bisa dipesan untuk kebutuhan dan kelengkapan, sesuaikan saja dengan jabatannya kala ia masih menjabat.

 

Setiap tahunnya akan mendapatkan remisi, yang seumur hidup hingga bisa tersisa belasan tahun saja. Belum kalau mendapat status berkelakuan baik selama di dalam penjara, juga akan mendapatkan potongan hukuman. Mantan napi dengan alasan hak asasi juga bisa mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau pejabat lainnya.

 

Di setiap pemilu, yang sering juga disebut pesta demokrasi, karena faktanya memang banyak bergelimang uang dari mulai kampanye, tim sukses, acara debat hingga serangan fajar. Tak bisa lagi menutupi kebenaran bahwa demokrasi berbiaya mahal, nominal yang fantastis, jika kantong sendiri tak cukup bisa didapat dari kantong mana saja. Pastinya dari yang berkantong tebal, pengusaha.

 

Dan secara alamiah, relasi penguasa dengan pengusaha terbangun sebagaimana simbiosis mutualisme, saling melengkapi. Pengusaha memberikan modal, penguasa membuat regulasi. Inilah yang dimaknai dari kata oligarki. Mengapa Bahlil menolak disebut demikian ? Sementara tangannya masih bersimbah tangis dan jeritan warga Rempang yang menginginkan keadilan.

 

Penguasa Terbaik Hanya Lahir Dalam Sistem Islam

 

Bahlil semestinya memberikan wejangan, mahasiswa kelak jika menjadi pejabat semestinya lebih berintegritas, independen serta memiliki kualitas intelektual lebih baik lagi. Sebab pemimpin bukan hanya penguasa atas rakyatnya tapi sekaligus pelayannya. Rasulullah Saw bersabda,” Imam adalah pemimpin yang pasti akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya” (HR. Al-Bukhari).

 

Pertanggungjawaban kepada siapa? Allah swt. Sebagai pemilik kekuasaan yang sesungguhnya. Setiap mereka yang berkuasa adalah atas izin Allah, karena mudah saja bagi Allah untuk melempar setiap kepemimpinan ke jurang neraka. Hal inilah yang mendasari setiap pemimpin dalam Islam senantiasa menempatkan diri sebagai pelayan yang memenuhi semua kebutuhan rakyatnya.

 

Bukan malah berkhianat menjual segala apa yang disebut sebagai kepemilikan umum atau negara. Dari mulai tambang, energi, tanah, kekayaan hayati, dan semua potensi yang ada. Penguasa adalah orang yang paling takut rakyatnya lapar, sakit, bodoh, tak punya rumah, tak punya nafkah dan lainnya.

 

Kita bisa melihat kembali bagaimana pidato Umar bin Khattab saat diangkat sebagai Khalifah menggantikan Abu Bakar. “Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati.”

 

“Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan kutimpakan.”

 

Umar dengan tegas mengatakan masalah kalian menjadi masalahku. Artinya, jaminan seluruh pemenuhan kebutuhan pokok rakyat ada ditangannya hingga sejahtera menjadi nyata. Ini sekaligus menjawab pertanyaan sosok pemimpin yang bagaimana yang dilahirkan dalam sistem Islam? Yaitu bertakwa, perbuatan dan perkataannya adalah buah dari akidahnya yang kuat. Bahwa tidak ada yang patut disembah dan ditaati kecuali Allah swt. Tidakkah kita merindukan pemimpin yang seperti ini? Wallahualam bissawab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *