Rungkad, Potret Sengkarut Negeri

Rungkad… entek-entekan…

Rungkad mendadak ramai berseliweran di semua platform media sosial. Apa pasal? Konon lagu dengan genre dangdut jazz itu sukses menggoyang Istana Merdeka saat peringatan HUT RI ke-78 lalu. Entah apa tujuan di balik konsep memadukan upacara memperingati hari kemerdekaan dengan bernyanyi dan bergoyang massal.

 

Maklum bila tak sedikit dari kalangan masyarakat yang kritis, mengungkap keprihatinannya. Salah satunya datang dari Dokter Tifa yang mengunggah opininya di akun X (twitter)- nya, 19 Agustus lalu. Beliau prihatin mengapa lagu Rungkad yang dinyanyikan di acara yang dulunya begitu hikmat dan sakral, sekarang berubah jadi karnaval baju daerah macam anak SD dan joget koplo. Miris.

 

Baiklah, Rungkad memang hanya sebuah lagu. Liriknya menggambarkan apa yang kerap dialami generasi kekinian yang ditinggal kekasih, galau. Tetapi jika didalami makna kata Rungkad itu sendiri, malah bisa membuat yang peduli nasib negeri ini risau. Hasil penelusuran dari kamus dua bahasa daerah Jawa dan Sunda, ditemukan makna yang satu. Tepatnya, hancur!

 

Tak heran para pegiat sosial media di hampir semua platform digital urun komentar. Mayoritas mengaitkan arti rungkad dengan kondisi negeri yang terbelit masalah seolah tak ada habisnya. Dari hulu hingga ke hilir, dari yang tua sampai yang muda. Problem korupsi merajalela, utang negara yang menggunung, dan rusaknya generasi muda sejak usia dini, hanya beberapa yang menonjol di antaranya.

 

Apakah Rungkad bisa dianggap simbol representasi keadaan negeri? Entahlah, namun yang jelas peliknya persoalan negeri ini tentu tak butuh lagu, melainkan solusi. Rakyat tak perlu sekedar hiburan yang mengajak bergoyang sementara akal sehat disumbat, harga-harga kebutuhan semakin mahal dan moral terjungkal di jurang dalam tak bertepi. Celakanya, di tengah sengkarut masalah yang karut marut, terhadap apa yang diharapkan menjadi solusi terbaik justru abai. Bahkan tidak henti-hentinya diberi stigma negatif. Orang-orang yang menyerukan untuk berpegang teguh kepadanya dicap radikal, mabuk agama dan intoleran.

 

Padahal dengannya, lebih dari tiga belas abad dunia menerima sumbangsih besarnya. Pengakuan itu datang dari LlMary McAleese, mantan Presiden Irlandia, yang menyatakan bahwa Khalifah di masa Utsmaniy pernah mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Droghed. Saat itu Irlandia sedang ditimpa bencana kelaparan yang amat hebat (Great Famine) Sehingga mereka sampai kapan pun tidak akan pernah melupakan inisiatif kemurahan hati itu.

 

Sudah tentu yang dimaksud itu Islam. Sebab khilafah yang dipimpin Khalifah sejatinya ajaran Islam. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. pernah bersabda,“… dan sepeninggalku akan ada para khalifah lalu jumlah mereka akan banyak.”(Muttafaq ‘alaih). Begitulah Khilafah yang dipimpin seorang yang disebut Khalifah hadir guna menjamin tegaknya syariah secara kafah. Maklum, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Karena Islam diturunkan Allah Swt., Dzat yang telah menciptakan manusia, maka syariatnya pun sempurna hadir sebagai jalan keluar bagi permasalahan manusia.

 

Selama berabad-abad Islam berhasil membangun peradaban mulia yang mampu bertahan lama di dunia. Hal yang tak bisa ditandingi lainnya, bahkan oleh ideologi kapitalisme mendominasi saat ini yang nyata hanya membuahkan rungkad dan kesengsaraan yang disebut sebelumnya.

 

Tengok di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tak seorang penduduk pun yang merasa berhak menerima zakat melainkan wajib berzakat. Ini menandakan setiap warga hidup berkecukupan tanpa kekurangan suatu apa pun. Ditambah lagi, selama kejayaan Islam bertaburan mutiara umat yang menjadi penemu dan pelopor di bidangnya. Ibnu Sina untuk kedokteran, Alkhawarizmy untuk matematika, Jabir Ibn Hayyan untuk Kimia, Ibn Al Haytham untuk optik, Ibnu Firnas untuk teknologi penerbangan, dan masih banyak lagi.

 

Maka rungkad sungguh tak akan terjadi ketika Islam diadopsi. Baik di level individu, masyarakat maupun negara. Setiap yang bernaung di bawah naungan penerapan syariah kafah, niscaya terbentuk jadi pribadi, masyarakat maupun negara yang anti galau, tangguh dan berjaya di masa depan. Karena yakin menaati Islam tanpa pilah dan pilih adalah satu-satunya jalan yang akan mengundang turunnya berkah dari langit juga bumi. Seperti kata Umar bin Khattab ra., “Kita adalah umat yang pernah hina dan lemah, lalu Allah menguatkan dan memuliakan kita dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain dengan agama ini, Allah akan menghinakan kita lagi.”Wallahua’lam.

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *