Liberalisme Menjadikan Pergaulan Bebas Kian Bablas

Remaja adalah generasi penerus bangsa, harapan kemajuan masa depan bangsa ada dipundak mereka. Namun, sungguh disayangkan moral remaja masa kini terkikis sedikit demi sedikit.

Pergaulan bebas remaja yang kian bablas terus meningkat.  Mereka berada dalam belenggu pergaulan bebas, LGBT, hamil diluar nikah hingga aborsi dan narkoba yang nyata telah menghancurkan masa depan generasi saat ini dan akan datang. Sungguh sangat menyesakkan dada.

Dilansir dari detik.com, 13/1/2023, Pengadilan Agama (PA) Ponorogo menerima 191 permohonan anak menikah dini selama 2022. Sebagian besar alasan dispensasi nikah itu karena anak hamil duluan dan melahirkan. Sisanya karena sudah berpacaran dan lebih memilih menikah daripada melanjutkan sekolah.

Lebih mirisnya, Berdasarkan data PA Ponorogo, dari total 191 permohonan dispensasi nikah yang masuk, anak-anak dengan pendidikan terakhir SMP menjadi yang terbanyak mengajukan dispensasi nikah. Jumlahnya mencapai 106 perkara. Lainnya, pendidikan terakhir SD sebanyak 54 perkara, SMA 25 perkara, dan tidak sekolah 6 perkara.

Sungguh, itu bukanlah yang sedikit. Begitu rusaknya generasi muda saat ini. Hamil diluar nikah seolah menjadi hal yang lumrah di tengah-tengah masyarakat, terutama kalangan remaja.

Bahkan dengan mudahnya meminta dispensasi nikah dengan alasan telanjur hamil duluan. Iman tak lagi jadi pertahanan hingga urat malu pun terputus. Tidak ada lagi rasa takut dalam diri mereka untuk berbuat maksiat.

Tak hanya hamil, hingga tataran aborsi, membunuh dan membuang bayi sendiri sudah menjadi hal yang biasa. Inilah potret kelam generasi muda masa kini.

Jika ditelisik, berbagai kerusakan yang terjadi tak lepas dari pengaruh kian pesatnya kemajuan teknologi yang semakin mudah diakses. Era digital telah mengubah segalanya. Internet dan media sosial sangat berperan besar dalam penyebaran berbagai informasi yang ternyata bisa memberikan pengaruh yang berbahaya dan merusak bagi generasi.

Konten pornografi dan pornoaksi dengan mudah diakses, suguhan kehidupan hedonis yang merupakan budaya barat sukses membuat generasi jauh  dari nilai-nilai moral, tayangan-tayangan televisi rata-rata tak jauh dari nilai-nilai kebebasan, seperti pacaran lengkap dengan pergaulan bebasnya.

Benar, teknologi saat ini bisa bernilai positif namun juga bisa membawa dampak yang negatif bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Sungguh hal ini telah meruntuhkan bangunan akidah yang telah dibangun dalam keluarga.

Semua ini terjadi akibat berkembangnya paham liberalisme yang merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan. Dengan standar perbuatan yang berlandaskan pada asas manfaat atau materi. Hingga remaja terbawa pada gaya hidup hedonis dan liberal ala barat. 

Hal ini pun diperkuat dengan keberadaan negara yang memberikan ruang pada kebebasan individu. Atas nama hak asasi manusia (HAM) negara tak mampu memberikan jaminan hukum untuk menhgapus segala hal yang menjadi jalan masuk maraknya seks bebas. Pun, tak ada sanksi tegas atas setiap perilaku seks bebas. Maka, tak heran jika seks bebas terus saja terjadi dan semakin marak.

Jika dalam sistem kapitalisme sekuler individu dijamin kebebasannya dalam berperilaku meski melabrak norma agama, maka lain halnya dengan Islam. Islam datang sebagai agama bukan hanya sekadar mengatur ibadah ritual semata. Tapi, juga sebagai solusi atas setiap persoalan dalam segala aspek kehidupan. Islam senantiasa menjaga agar manusia tetap berada dalam perilaku mulia dan memuliakan. Segala perilaku yang menyimpang dari aturan-Nya tidak akan mendapatkan ruang sedikit pun.

Untuk menghasilkan generasi yang bersih dan berkepribadian Islam, membuat mereka jauh dari seks bebas, dibutuhkan penanaman akidah yang kokoh dan ketakwaan pada diri remaja. Dan ini menjadi kewajiban orang tua sebagai sekolah utama dan pertama bagi anak-anaknya. Sehingga terbentuk pribadi yang islami pada diri anak, membuat mereka senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang bertentangan dengan aturan-Nya. Tak akan mudah terjatuh dalam tindak asusila, terlebih zina.

Juga masyarakat berperan penting sebagai pengontrol dalam menjaga dan melindungi anak-anak agar akidah mereka tetap terjaga. Mengawasi dan mencegah terjadinya kemaksiatan. Sehingga anak-anak dijauhkan dari pengaruh buruk yang dapat merusak akidah mereka. Dan, yang paling utama adanya peran negara dalam menerapkan sanksi tegas terhadap pelaku kemaksiatan. Semata untuk menjaga akhlak masyarakatnya.

Demikianlah, jika keluarga terutama orang tua, masyarakat dan negara menjalankan fungsinya dengan benar, maka ini mampu menyelesaikan akar masalah terjadinya seks bebas dikalangan generasi muda. Ini hanya akan terwujud dengan sempurna, manakala umat islam kembali berhukum pada hukum-hukum Allah. Menjadikan Islam sebagai asas dalam segala aspek kehidupan.  Wallahu a’lam

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *