Membentuk Kepribadian Islam, Kenapa Tidak?

Hai Sobat Muslim, tahu tidak. Saat ini banyak kalangan pemuda khususnya remaja dan pelajar yang mengalami krisis moral. Kalian pernah dengar kasus pelajar tawuran, pelajar melakukan zina hingga hamil duluan, pemuda melakukan tindak kriminalitas atau yang lainnya. Semua itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki moral yang baik. Betul?

Sobat, kita sebagai muslim biasanya menyebut moral dengan istilah akhlak. Akhlak sendiri dibagi menjadi dua macam. Akhlak baik atau akhlak mulia yaitu “Akhlaqul Karimah”. Sedangkan akhlak buruk atau akhlak tercela yaitu “Akhlaqul Mazmumah”.

Akhlak baik contohnya jujur, amanah, sopan, santun, dan lain-lain. Sedangkan akhlak buruk contohnya ingkar janji atau khianat, dusta atau bohong, suka mencela, dan lain sebagainya.

Nah, kalau sobat mencari teman, kira-kira kalian bakal pilih teman yang akhlak baik atau buruk? Tentunya yang akhlak baik dong. Lantas mengapa saat ini justru akhlak buruk yang nampak lebih banyak menimpa remaja?

Sobat Muslim, perlu kita pahami bersama bahwa akhlak merupakan bagian dari syariat Islam. Artinya, di dalam akhlak terdapat perintah Allah dan laranganNya. Sehingga, sudah pasti bagi seorang muslim harus memiliki akhlak yang baik atau mulia. Karena ini bagian dari ketaatan kepada Allah Swt.

Hanya saja, akhlak seseorang tidak dapat muncul dengan sendirinya. Sebab seseorang akan berpikir dan bersikap sesuai dengan apa yang dia yakini sebagai kebenaran dalam dirinya. Misalnya, jika ia berpikir bahwa shalat adalah kewajiban dan ia takut jika tidak melakukan shalat akan mendapatkan siksa, maka ia akan cenderung untuk melakukan shalat. Sebaliknya, jika ia berpikir bahwa shalat bukan kewajiban atau mungkin menganggap shalat tidak penting maka ia pun akan sulit untuk melakukan shalat. Setuju?

Sobat, sejatinya yang membentuk akhlak atau moral seseorang adalah pola pikir dan pola sikapnya. Karena pola pikir dan pola sikap ini akan membentuk kepribadian seseorang. Seseorang memiliki kepribadian Islam ataukah bukan tergantung dari pola pikir dan pola sikapnya. Lantas, apa itu pola pikir dan pola sikap?

Pola pikir atau “aqliyah” (dalam bahasa Arab) merupakan cara yang digunakan seseorang untuk memikirkan segala sesuatu sehingga orang tersebut bisa memberikan suatu keputusan atas segala permasalahan yang dihadapi berdasarkan sebuah pedoman atau kaidah tertentu yang ia yakini atau ia imani.

Jika seseorang mengambil suatu keputusan berdasarkan akidah Islam, maka ia dikatakan memiliki pola pikir yang islami atau aqliyah islamiyah. Jika seseorang mengambil keputusan tidak berlandaskan akidah Islam, maka ia tidak bisa dikatakan memiliki aqliyah islamiyah.

Sedangkan pola sikap atau “nafsiyah” merupakan cara yang dipakai seseorang untuk memenuhi kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyah) dan memenuhi semua nalurinya (gharizah) berdasarkan sebuah pedoman atau kaidah tertentu yang ia yakini atau ia imani.

Jika seseorang memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya berdasarkan akidah Islam, maka akan terbentuk pola sikap yang islami atau nafsiyah islamiyah. Jika ia memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya tidak berdasarkan akidah Islam, maka ia tidak dikatakan memiliki pola sikap yang islami.

Jika seseorang sudah memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami maka orang tersebut barulah dikatakan memiliki kepribadian yang islami atau syakhsiyah Islamiyah. Nah, terus bagaimana caranya membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami? Tentu saja dengan cara memahami Islam terlebih dahulu.

Sobat Muslim, untuk menjadikan diri agar memiliki pola pikir yang islami, maka harus selalu senantiasa belajar dan menambah tsaqafah (pemahaman) terhadap hukum-hukum Islam. Sedangkan untuk menjadikan pola sikap islami maka setelah seorang muslim tahu hukum-hukum Islam, maka harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, bergaul dengan orang-orang sholih, mengingat kematian, dan lain sebagainya.

Sobat Muslim, ketika seseorang dikatakan memiliki kepribadian yang islami, bukan berarti orang tersebut tidak luput dari salah, lupa atau kecacatan sikap. Karena, bagaimana pun juga kita adalah manusia biasa bukan manusia yang sempurna layaknya Rasulullah Saw.

Akan tetapi, selama kekurangan diri kita kadang terjadi kadang tidak, dan bukan sebuah kecacatan dalam perkara pokok misalnya dalam perkara akidah, maka ia masih bisa dikatakan sebagai muslim yang berkepribadian islami. So, mumpung masih dikasih kesempatan hidup, yuk belajar Islam.

Kalaupun kita pernah melakukan kesalahan ataupun kemaksiatan dalam hidup, asalkan kita bertaubat, memohon ampun kepada Allah, serta berusaha sekuat tenaga tidak melakukan perbuatan dosa lagi, maka Allah akan mengampuni segala dosa kita. Karena Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Az Zumar : 53). Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *