Krisis Moral Generasi Buah Buruk Sistem Pendidikan Sekuler

Oleh : Shofia

 

Suara Netizen Indonesia __Sudah tak jarang lagi kita temui bahwa para pelajar dan anak muda saat ini kerap sekali terjerat kasus dan melakukan berbagai macam tindakan kriminal yang merugikan. Bulan lalu pada hari Rabu (14/2/24) telah terjadi pemerkosaan bergilir oleh 10 orang terhadap siswi SMP umur 15 tahun di Lampung yang menyebabkan dirinya mengalami depresi mendalam (kompas.com, 15/02/2024).

Beberapa waktu lalu pada hari Jum’at (15/3/24) tepat pukul 00.30 WIB telah terjadi ‘Perang Sarung’ sesama pelajar di Kabupaten Bekasi yang memakan korban. Perang sarung ini menewaskan 1 orang yang terjadi di jalan arteri tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi (cnnindonesia.com, 16/03/2024).

Hal ini mencerminkan rusaknya moral generasi saat ini. Selain itu, hal ini juga membuktikan akan gagalnya sistem pendidikan saat ini yang seharusnya mampu mencetak generasi yang berkualitas dan kompeten. Di sisi lain, lingkungan yang buruk juga mempengaruhi dalam pembentukan karakter seseorang, seperti halnya tontonan maupun aktivitas yang hanya bernilai negatif.

Kerusakan moral generasi muda merupakan isu yang kompleks dan dapat berasal dari berbagai faktor, termasuk perubahan budaya, perkembangan teknologi, dan tekanan sosial. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan moral generasi muda antara lain:

1. Pengaruh media : Eksploitasi media massa yang menampilkan perilaku negatif dan kekerasan dapat memengaruhi persepsi dan nilai-nilai moral generasi muda.

2. Kurangnya pendidikan moral : Kurikulum pendidikan yang kurang fokus pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral dapat menyebabkan generasi muda kehilangan pemahaman tentang pentingnya integritas dan etika.

3. Pengaruh teman sebaya : Adanya dorongan dari teman sebaya yang mungkin terlibat dalam perilaku negatif atau menyimpang dapat mempengaruhi rusaknya moral generasi muda.

4. Krisis nilai : Perubahan dalam nilai-nilai masyarakat dan penurunan keterlibatan keluarga dalam pembentukan karakter anak juga dapat menyebabkan kerusakan moral.

5. Perkembangan teknologi : Penggunaan teknologi seperti internet dan media sosial dapat mengarah pada eksposur yang berlebihan terhadap konten yang tidak sesuai dan mempengaruhi perilaku moral.

Untuk mengatasi kerusakan moral generasi muda, diperlukan upaya optimal dari segi pendidikan, keluarga, agama, dan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan moral yang kuat, dukungan keluarga yang positif, dan pemodelan perilaku moral yang baik oleh tokoh masyarakat dapat membantu memperbaiki situasi ini. Selain itu, perlu juga adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap konten media massa dan pengembangan program-program yang mendorong keterlibatan positif generasi muda dalam aktivitas sosial dan budaya.

Namun, peran untuk mengentaskan kerusakan moral tidak hanya berlaku pada lingkungan sekitar yang kondusif untuk pembentukan karakter generasi muda saat ini. Perlu adanya wewenang yang lebih besar untuk mengarahkan dan mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna dalam mengentaskan krisis moral yang tengah terjadi, yakni peran negara.

Peran negara dalam mencerdaskan generasi sangat penting, karena pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Negara bertanggung jawab untuk menyediakan akses pendidikan yang merata, memastikan kualitas pendidikan yang baik, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan intelektual dan moral generasi muda. Ini dapat dilakukan melalui penyediaan sarana pendidikan, pembangunan kurikulum yang relevan, pelatihan guru yang berkualitas, dan program-program pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Dan sampai sekarang belum kita temukan sistem pendidikan yang sempurna, karena pada saat ini masih menganut sistem pendidikan yang berbasis pada kebebasan berpendapat, kebebasan tingkah laku, kebebasan dalam berpakaian, dsb.

Selain itu juga, sistem pendidikan saat ini tidak berbasis pada sistem pendidikan Islam. Karenanya di dalam pendidikan Islam menghasilkan individu yang memiliki moralitas tinggi dan perilaku terpuji. Dalam Islam, tujuan utama dari pembentukan karakter manusia adalah menciptakan generasi yang penuh ketakwaan, memiliki kendali diri yang kuat karena iman yang kokoh, bertanggung jawab, dan memiliki profil yang mencerminkan keunggulan.

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan suatu sistem yang mendukung secara menyeluruh. Tanpa sistem yang benar-benar memadai, segala upaya untuk menciptakan generasi yang berkualitas akan terhambat. Menyelamatkan dan melindungi generasi dari berbagai bentuk kerusakan, lanjutnya, hanya mungkin dilakukan dengan menerapkan sistem Islam secara komprehensif (kaffah). Jika tidak dilakukan secara menyeluruh, hasil dari pembangunan generasi ini akan berpotensi menjadi sekular.

Kesalehan individu bukanlah hal yang dapat berdiri sendiri, tetapi terbentuk bersama dengan kesalehan komunal yang didukung oleh sistem yang mencakup segala aspek kehidupan dalam Islam. Dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah, akan dihasilkan generasi yang sesuai dengan tujuan Islam dalam menciptakan manusia yang unggul dan berkualitas.

Wallahua’lam bishshawab (SNI)

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *