Boikot Film, Emang Harus?

 

Suara Netizen Indonesia __ Bulan Ramadan ini santer seruan boikot pada film baru yang berjudul Kiblat. Tahu enggak sobat, mengapa sih film ini banyak mendapat kritisi warganet, padahal baru teaser-nya saja yang tayang. Nah, justru di situ masalahnya. Teaser yang seharusnya membuat pemirsa penasaran, malah gagal.  Mereka kecewa melihat kelemahan beberapa adegan di sana.

 

Sebutan teaser ini sendiri dari bahasa Inggris, ya sob. Tease artinya menggoda, sehingga tujuan teaser adalah sebagai penggoda, dengan menayangkan potongan singkat dari film, dalam durasi satu menit, bisa berisi potongan dialog, gambar, atau aksi dari adegan dalam film. Nah sob, kalau teasernya saja sudah membuat warganet kecewa, bagaimana lagi isi film itu secara keseluruhannya? Apa saja sih yang membuat warganet sepakat memboikot film ini?

 

Jika ditelisik, ternyata ada beberapa poin, sob, kita lihat ya satu persatu. Yang pertama dari sisi alur dan isi film, pemirsa tidak menemukan unsur edukasi di dalamnya. Jika menonton dalam Islam dikategorikan sebagai aktivitas mubah, maka harus dipastikan konten tayangannya bermanfaat bagi pemirsa, iya kan sob? Tetapi ketika tidak ada muatan pendidikan di dalamnya, lalu pesan apa yang dibawa di sana?

 

Ternyata nih sob, ada bahaya tersamar, yang sangat halus, yakni membuat masyarakat awam akan semakin jauh dari keislamannya. Hal ini akan berakibat buruk bagi individu muslim yang baru belajar salat, sebab mereka menjadi takut melaksanakan rukun Islam yang kedua tersebut.

 

Pun akan melemahkan iman. Kaum muslim yang sejatinya adalah khairu ummah, akan malu dengan keislamannya. Padahal sejatinya mereka sedang berproses membentuk kepribadiannya dan menemukan jati dirinya. Proses ini adalah upaya panjang yang berlangsung seumur hidup. Maka tidak boleh ada satupun pemikiran atau ide, yang merusak mekanisme tadi.

 

Kemudian pada film tersebut, terdapat pula desakralisasi. Gambaran orang ruku’ dengan wajah terbalik mirip posisi kayang, menjadikan aktivitas ibadah setara dengan gimmick. Seolah gurauan semacam itu boleh dilakukan, sebab dianggap sebagai bagian dari hiburan, atau bentuk visualisasi yang mengombinasikan antara unsur komedi dan horor.

 

Desakralisasi ini muncul dari framing buruk terhadap Islam, sob, yang menggambarkan bentuk ibadah kaum muslim, sebagai aktivitas yang menyeramkan. Ini juga bentuk penistaan agama ya sob, dan menguatkan opini islamofobia yang muncul dari kebebasan bertingkah laku. Sementara sejatinya kaum muslim harus berperang melawan fobia yang satu ini, bukan malah mendukungnya. Maka kita pun harus melawan bentuk-bentuk kebebasan lainnya.

 

Udah clear apa belum, sob? Dari sini dibutuhkan 3 pilar, ya sob, yakni keluarga, masyarakat dan negara, untuk menjaga pemahaman umat. Negara wajib menjaga akidah umat. Masyarakat melakukan muhasabah ketika hukum Allah tidak tegak. Sebab tak boleh ada pemikiran asing atau konten apapun, yang dapat merusak akidah dan membuat seseorang terhalang membentuk kepribadian muslimnya (syakhsiyah islamiyah).

 

Termasuk tidak boleh menyebarkan kedustaan, sebagaimana terdapat pada genre horor. Produser berharap filmnya akan laku di pasaran, hingga tak peduli apakah menyampaikan pesan benar atau salah, baik atau buruk. Gayung bersambut, masyarakat pun senang dibuai dengan kisah-kisah mistis. Minat masyarakat Indonesia terhadap hal-hal berbau supranatural, seperti fenomena paranormal, praktik ilmu hitam, indigo, dan sebagainya, masih sangat tinggi. Alhasil film-film jenis ini pun selalu eksis dan terus diproduksi.

 

Sayang sekali kan sob. Padahal bisa saja para produser menghasilkan film religi yang bermutu, mengedukasi dan menjadi sarana dakwah dengan cara menyampaikan keagungan Islam, serta menebarkan kebaikan-kebaikan lainnya. Harapannya tatkala usai menonton, pemirsa dapat melakukan perubahan terhadap diri dan obyek dakwahnya, kepada aktivitas positif yakni meninggikan kalimatullah.

 

Karenanya menakut-nakuti umat terhadap ajaran dan simbol-simbol Islam seperti, azan, salat dan masjid, adalah kesesatan yang nyata. Dan ini merupakan bencana besar bagi kaum muslim, sob, sebab mempengaruhi pemirsa pada takhayul dan kurafat, melalui bentuk arwah gentayangan, yang mengganggu dan mencelakakan orang yang masih hidup. Dalam Islam, wajib percaya pada hal ghaib, tetapi bukan hanya hantu, atau roh gentayangan. Ada surga, neraka, yaumul hisab, malaikat dan sebagainya yang termasuk dalam perkara ghaib, yang wajib kita imani.

 

Nah sekarang jelas kan sob, kemudharatan yang ditimbulkan dari film semacam ini. Maka kita harus berjamaah, mengembalikan pemahaman umat kepada Islam, melalui dakwah ke berbagai kalangan, untuk menyampaikan Islam sebagai agama ruhiyah (rohani) dan siasiyah (politik). Hingga masyarakat memiliki pemahaman kebangkitan yang sahih, untuk membentuk peradaban gemilang. Tidak sekadar berkutat di dunia hayali yang akan menjadi tempurung, memerangkap pemikiran kita. Allahumma ahyanaa bil Islam. [SNI]

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *