“Bunuh Diri” Rapuhnya Mental di Kalangan Pelajar

Peristiwa bunuh diri anak cenderung meningkat akhir-akhir ini. Tidak hanya di Jakarta, kasus ini juga terjadi di beberapa daerah, seperti Tanah Toraja, Sulawesi Selatan; Kebumen, Jawa Tengah; dan Banyuwangi, Jawa Timur. Peran media sosial sangat berpengaruh dalam mendorong seorang anak melakukan tindakan bunuh diri. Dalam beberapa kasus, ada beberapa anak melihat cara-cara bunuh diri di internet sebelum menerapkannya di kehidupan nyata. Kasus seperti ini sangat rentan terjadi pada saat anak beranjak remaja (prapubertas) (kompas.id, 28/92023).

 

Rapuhnya mental di kalangan pelajar hingga melakukan bunuh diri di sejumlah tempat, sungguh merupakan masalah besar bagi negara, yang memerlukan kajian khusus sampai dengan akar permasalahan ini tercabut dan tidak terulang kembali menjadi trend solusi masalah. Baik dipicu masalah bully atau putus asa hingga terinspirasi dari sosial media yang melatar belakangi aksi bunuh diri tersebut, seharusnya kasus demi kasus menjadi pelecut untuk tidak terulang kembali di usia-usia sekolah.

Sebuah cara pandang yang salah berkaitan dengan tujuan hidup bagi para pelakulah yang seharusnya menjadi sorotan, bahwa sistem sekuler hari ini telah mendorong para generasi untuk meninggalkan ketundukannya kepada Sang Kholiq sekaligus Sang Mudabir. Pelaku yang melakukan aksi bunuh diri dimungkinkan tidak paham akan tujuan penciptaan sebagai hamba Allah yang harus mengambil konsep kehidupan.

 

Selain itu, hari ini masyarakat semakin abai dengan problem generasi, tatanan masyarakat sekuler justru semakin menjauhkan generasi muslim dengan identitas muslim itu sendiri. Tatanan masyarakat hanyalah sebagai subjek pelaksana kebijakan negara secara teknis, sehingga problem generasi hari ini terabaikan, karena secara terstuktur telah disetir oleh pemangku kebijakan.

Terlebih negara yang ditopang dengan sebuah sistem sekuler yang hingga saat ini dengan kurikulum moderasi dan kebudayaan lokalnya yang sangat tidak nyambung terhadap peran akidah sebagai pondasi keimanan generasi. Negara sebagai pihak yang bertanggung jawab, malah justru sebagai fasilitator menihilkan peran akidah dalam kurikulum, padahal fungsinya sangat fundamental.

 

Alhasil, banyak kasus bunuh diri terjadi karena adanya kesalahan tatanan kehidupan, baik dalam keimanan individu generasi dalam internal keluarga, kemudian masyarakat yang kian abai dan negara yang perannya paling bertanggung jawab atas pendidikan yang dicanangkannya.

Generasi hanya akan terpelihara keimanannya dengan mengambil pedoman Islam dalam skala individu ,  keluarganya juga masyarakat. Terlebih negara yang harus mengambil Islam secara total dalam mengambil kebijakan untuk mengantarkan setiap individu kepada jalan yang kokoh, yang kuat mental dengan pondasi keimanan. Islam berikut dengan sistem kurikulumnya sangat memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidkan anak yang berkualitas.

Islam memiliki sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkarya dan kuat iman dan kuat mental.
Wallahu’alam bi showab

Artikel Lainnya

Kajian: Tanya Jawab Akar Sampai Daun

Mengkaji Islam merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan bagi setiap kaum muslim. Dari forum kajian seorang muslim bisa belajar hukum dan aturan yang telah Allah Swt. turunkan sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Seperti halnya agenda rutin yang diadakan sebulan sekali oleh para muslimah di Pakem, Sleman, DIY.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *