Bunuh Diri pada Anak, Alarm Bahaya bagi Generasi

 

Kepolisian Resor Pekalongan, Jawa Tengah, memastikan penyebab kasus meninggal dunia seorang anak sekolah dasar berinisial K (10) di Kecamatan Doro karena bunuh diri setelah telepon genggam milik korban disita oleh orang tuanya. (Antarajateng, 23-11-2023)

 

Hal yang sama terjadi pada SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang meregang nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, pada Selasa (26-9-2023). Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat terkait. Ada dugaan kuat ia bunuh diri.

 

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Diyah Puspitarini, Kamis (28-9-2023) menjelaskan, kasus bunuh diri anak dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Namun, sekitar 60 persen kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh perundungan yang dialami oleh korban. Faktor lain adalah ekonomi keluarga dan asmara di antara remaja. Bunuh diri anak di sepanjang 2023 sudah 10 kejadian. Angka ini 10 persen lebih tinggi ketimbang 2022

 

Peristiwa bunuh diri anak cenderung meningkat akhir-akhir ini terjadi di beberapa wilayah seperti Jakarta, Tanah Toraja, Sulawesi Selatan; Kebumen, Jawa Tengah; dan Banyuwangi, Jawa Timur. Miris memang, melihat fenomena yang terjadi. Sementara baru-baru ini kita memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023.

 

Berbagai persoalan yang belum bisa terselesaikan seringkali dikaitkan dengan kesehatan mental. Namun meskipun solusi terhadap mental health terus mencuat secara massif, faktanya pelaku bunuh diri malah tak mampu dihentikan. Bahkan kini kasus tersebut menyasar pada siswa berseragam putih-merah.

 

Sedih, depresi, dan berbagai kejadian yang memicu traumatis, membuat generasi mudah putus asa. Akibatnya, banyak yang latah melakukan kegiatan senang-senang dengan dalih “self-healing”. Bersantai untuk mengejar bahagia demi menjaga kesehatan jiwa. Hal ini pun patut kita cermati, sebab terlalu sering healing, juga pertanda bahaya. Sebab dapat mengalihkan perhatian generasi dari fokus perhatian utamanya yakni kebangkitan umat. Maka perlu upaya-upaya sistematis untuk menyelamatkan generasi dari kehancuran.

 

Sekularisme Penyebab Maraknya Bunuh Diri

Beragamnya penyebab bunuh diri, tak lepas dari akibat semakin jauhnya generasi dari tuntunan Islam. Gaya hidup serba bebas, tidak terikat syariat, terbukti ampuh memunculkan pribadi rapuh yang mudah putus asa. Tanpa kekuatan iman, mereka tak lagi bergantung pada Allah. Maka ketika mendapatkan masalah, solusi mengakhiri hidup, akhirnya menjadi pilihan.

 

Gaya hidup hedonisme kini telah menyasar pula pada anak usia belia. Melalui media, kehidupan serba boleh yang materialistis tak pelak menyerang generasi. Hingga mereka terjerat rumitnya kehidupan buah karya sekularisme. Label generasi stroberi akhirnya dilekatkan kepada mereka.

 

Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Menegasikan peran Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari, membuat manusia gamang berjalan dalam kancah kehidupannya. Tanpa bekal keimanan, manusia menjadi lemah, tak berdaya menyelesaikan urusannya.

 

Islam Menjadikan Generasi Tangguh

Islam memerhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan yang berkualitas. Islam pun memiliki sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam yang melahirkan generasi hebat yang mampu berkarya, dan memiliki kekuatan mental.

Outpun pendidikan Islam, memiliki kapasitas ilmu dan ketaatan kepada Allah SWT. Mereka senantiasa sadar akan hubungannya dengan Allah (idrak silah billah). Sehingga akan berhati-hati ketika beraktivitas dan memutuskan sebuah perkara. Individu yang seperti ini hanya akan lahir dari Islam. Inilah umat terbaik yang disapa Allah SWT di dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 110.

 

Islam juga memberi perlindungan atas nyawa manusia, menjaga fitrah manusia, menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Mekanisme yang seperti ini, mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk menjaga kesehatan mental rakyat, serta menjamin hak mereka. Karakter kepemimpinan dalam negara Khilafah sebagai perisai (junnah) dan pengurus (raa’in), menjadikan rakyat mudah memenuhi kebutuhan hidupnya.

 

Inilah kehidupan yang diberkahi Allah SWT, penuh dengan kebaikan dan menghasilkan banyak kebaikan pula. Yakni hidup di bawah naungan Khilafah ala Minhajin Nubuwwah dengan penerapan Islam secara kaffah. Negara menjaga generasi, dan membentuk mereka menjadi pemimpin-pemimpin peradaban.

Artikel Lainnya

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *