Gen Z: Bangun Negeri dengan Digitalisasi

KOMINFO melaporkan pada tahun 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta orang, yaitu 74,4 persen dari penduduk Indonesia. Sejumlah 80% dari pengguna ini adalah anak muda berusia 15-19 tahun. Remaja menghabiskan waktunya di media sosial dengan sifat berubah-ubah dan membutuhkan bimbingan yang dapat mengendalikannya.

Penggunaan internet oleh anak muda banyak digunakan untuk mengakses jejaring sosial, ketika fenomena ini terjadi, kita harus siap dengan penggunaan teknologi generasi yang cerdas, dimana pada faktanya remaja Indonesia yang paling banyak menggunakan internet dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Hal ini terlihat dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dimana penetrasi internet di kalangan usia 13-18 tahun mencapai 99,16 persen pada 2021-2022. Di urutan kedua adalah usia 19-3 tahun dengan penetrasi internet 98,6%. (Bayu, 2022).

Oleh sebab itu kini pemuda disebut sebagai generasi digital, di mana generasi sekarang lahir dengan fasilitas yang bagus, segala hal mudah dan cepat dilakukan. Semakin lama dunia digital semakin berkembang dan maju. Hal ini tersebab dunia yang semakin modern, tentu saja segala hal berhubungan dengan teknologi, mau tidak mau harus diikuti oleh semua orang tanpa terkecuali.

Lalu, apa itu digital? Digital ialah bentuk modernisasi atau pembaharuan, dari penggunaan teknologi di mana sering dikaitkan dengan adanya internet dan komputer. Dimana segala hal dapat dilakukan, melalui eletronik canggih, untuk memudahkan urusan publik. Revolusi digital inilah yang mendorong cara pandang seseorang terhadap banyak hal mengalami perubahan.

Tentu saja, dengan kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini, perubahan besar terjadi di seluruh dunia. Mulai dari mengedepankan kepentingan bersama atau sebaliknya memperparah keadaan, hingga menimbulkan masalah karena tidak dapat menggunakan fasilitas yang semakin canggih dengan baik dan benar.

Adapun Generasi Z adalah generasi yang lahir di masa ketika teknologi semakin maju, televisi sudah berwarna, handphone semakin canggih dan mudah mengakses internet, semua bisa ditemukan atau diakses melalui media sosial dan memberikan informasi tanpa batas, baik dan buruk.

Sehingga disatu sisi Gen Z memiliki potensi energi yang tidak terbatas, waktu yang banyak, kaya akan ide-ide unik dan kreatif, namun di sisi lain terdapat fakta yang cukup mengkhawatirkan pasalnya, Gen Z cenderung malas untuk mengetahui kebenaran berita yang mereka terima dan hanya mendapatkan informasi dari satu sumber saja yaitu media sosial.

Oleh sebab itu, alih-alih digitalisasi memberikan efek positif, justru yang kita saksikan tidak sedikit efek negatifnya. Sebagai contoh banyaknya kasus penipuan, sikap atau perilaku buruk Gen Z, seperti sikap yang kurang santun, cenderung ceroboh, bertindak bebas, karena hobi meniru dan mengadopsi segala sesuatu secara copy paste.

Disisi lain moralitas Gen Z juga tak kalah memprihatinkan. Apa saja dilakukan tanpa menghiraukan halal dan haram, karena hanya terfokus pada materi. Mereka menjadi sulit untuk fokus bahkan hal terkecil yang diposting di jejaring sosial dapat memengaruhi suasana hati seseorang. Faktanya Gen Z tidak dapat mengendalikan lingkungan di luar diri mereka, kebijaksanaan untuk merespons dan bereaksi adalah cara yang harus dipelajari di zaman serba instan ini.

Bisa jadi hal ini karena karena Gen Z tidak memiliki filter untuk menyaring semua informasi di dunia digital. Padahal filter itu sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam kerusakan. Sebaik-baik filter adalah pendidikan, yaitu pendidikan agama. Penancapan akidah yang benar akan membuat Gen Z selamat dari jebakan-jebakan digital baik liberalisasi pergaulan, hedonisme, agar tidak terinfeksi isme-isme menyimpang lainnya seperti LGBT .

Dengan potensi yang dimilikinya Gen Z dapat menciptakan ruang digital yang memberikan informasi positif kepada pengguna media digital di seluruh dunia. Gen Z dapat melakukan apa saja sesuai dengan keahlian dan minatnya untuk menjangkau masyarakat global, sehingga Gen Z dipandang sebagai agen perubahan di era digital ini yang kontribusinya selalu diharapkan.

Oleh karena itu, literasi perlu ditingkatkan untuk menyeimbangkan keterampilan digital dengan hal-hal positif. Misalnya, dakwah, wirausaha digital sukses inspiratif, motivator intelektual muda yang cerdas, berpengalaman di dunia pendidikan dan sosial serta berpikir kritis terhadap isu-isu yang sedang berkembang.

Digitalisasi sejatinya adalah peluang besar bagi Gen Z untuk mulai berpartisipasi dengan talenta mereka di bidang muamalah, baik bisnis, pendidikan, manajemen, kesehatan, dan berbagai bidang lainnya. Selain itu, mereka bisa melakukan banyak hal seperti menjadi influencer, mengaktifkan intelektualitas pemuda, memberikan pendidikan digital, dengan bijak mengarahkan kepemimpinan pemuda di era digital.

Sedangkan kepemimpinan pemuda di era digital ini dapat dilakukan dengan mendiskusikan cara berpikir atau merespon, sesuai dengan etika yang baik dan pemecahan masalah yang benar. Mereka juga bisa bekerja, berbisnis dan memperluas koneksi ke luar negeri. Generasi Gen Z harus kreatif, interaktif dan berorientasi pada solusi untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.

Oleh karena itu, sudah saatnya generasi Gen Z turut serta mendorong kreativitas, inovasi dengan ide-ide kreatif dan pengelolaan teknologi yang optimal, agar menjadi kunci keberhasilan Gen Z dalam menjawab tantangan era digital.

Inovasi yang dilakukan untuk memberdayakan Generasi Z secara cerdas dalam teknologi melalui media digital harus terus dikembangkan. Media sosial atau digital dipilih sebagai platform kampanye karena kekuatan dan kecepatannya yang luar biasa. Media sosial menjadi sarana untuk menyalurkan hal-hal positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Hingga pada akhirnya Gen Z dapat benar-benar memberdayakan dirinya untuk membangun negeri.

Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling Islam, Institut Agama Islam Negeri Langsa, KPM IAIN Langsa, Semester Ganjil 2022-2023.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *