Menyambut Ancaman Kekeringan Indonesia, Sudah Siapkah Kita?

Musim kemarau mulai menyapa Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi potensi bencana kekeringan pada musim kemarau.  Dilansir dari laman Republika.co.id (7/6/2023), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, fenomena El Nino semakin menguat dan ditambah adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan di Indonesia.

Ancaman Kekeringan

Definisi kekeringan dari laman bpbd merupakan kondisi disuatu wilayah yang mengalami kekurangan pasokan air dalam kurun waktu yang lama sehingga dapat memberikan dampak yang negatif pada kehidupan. Fenomena ini adalah fenomena yang wajar terjadi karena perubahan kondisi iklim suatu tempat.

Begitu pula dengan fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole, keduanya adalah fenomena yang wajar terjadi. Fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik. Sedangkan, Indian Ocean Dipole dipengaruhi suhu di Samudra Hindia. Bagi Indonesia yang terletak antara dua samudera dan dua benua, fenomena alam seperti kemarau yang terjadi bersamaan dengan El Nino dan IOD pun bukan peristiwa perdana. Tahun 2019 yang lalu, Indonesia pernah mengalami hal serupa.

Jika sudah pernah terjadi peristiwa serupa, dampaknya pun seharusnya sudah bisa diprediksi dan diantisipasi agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat.

Dampak Kekeringan

Dampak dari fenomena kemarau dengan el Nino dan IOD yakni semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini. Bahkan, sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal atau lebih kering dari kondisi normalnya.

Bukan hanya air yang akan hilang karena cuaca yang panas. Tapi, ada berbagai dampak lainnya mengingat air adalah sumber kehidupan makhluk hidup. Potensi kebakaran hutan akan semakin besar, lahan pertanian negeri yang masih mengandalkan air hujan akan kekeringan, gagal panen. Hal ini tentu berpengaruh pada ketahanan pangan. Masyarakat akan kesulitan mendapati hasil pertanian sebagai sumber makanannya. Hewan ternak pun tak ketinggalan kena dampak kesulitan sumber pangan.

Jika sumber pangan mengalami kelangkaan, maka harganya akan semakin mahal. Sudahlah sulit didapatkan, mahal pula. Padahal, masyarakat sedang dihadapi dengan problem himpitan ekonomi yang kian parah. Inflasi dan krisis finansial Mengintai masyarakat di berbagai sisi.

Menanti Keseriusan Pemerintah

Sebagai wakil rakyat, pemerintah harus serius mengantisipasi dampak fenomena alam ini. Tak cukup hanya mengimbau hemat air bersih pada rakyat, sementara pemerintah membiarkan perusahaan besar membabat habis hutan-hutan resapan. Lahan resapan air diijinkan menjadi perumahan dan perkebunan. Bahkan, Hak Guna Usaha yang dimiliki para kapitalis dengan durasi hampir abadi.

Apalagi mitigasi negeri ini masih minim. Mari berkaca pada fenomena alam yang membuat banyak rakyat jadi korban, seperti korban bencana gempa di Cianjur tahun 2022. Kegagapan pemerintah bertindak cepat dan tepat membuat rakyat geram sendiri.

Inilah potret Buram penerapan kapitalisme di bumi pertiwi. Pemerintah memposisikan diri sebagai supervisor, membiarkan Rakyat berjuang sendirian memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pemerintah juga lebih pro pada para kapitalis karena hubungan simbiosis mutualisme yang terjalin erat antara penguasa dan pengusaha.

Dimana penguasa butuh modal besar untuk menduduki jabatan di pemerintahan. Dan pengusaha butuh kebijakan yang memuluskan kepentingannya. Wajar jika nasib rakyat kelimpungan.

Islam Atasi Bencana

Islam datang bukan hanya sebagai agama yang mengatur sholat, puasa, zakat dan haji saja. Islam datang sebagai aturan kehidupan yang detail. Bahkan, Islam memiliki aturan untuk menghadapi bencana alam.

Islam mengajarkan kita harus rida kepada qadha yang menimpa kita, baik buruknya semua dari Allah. Bersabar atas ketetapan Allah yang tidak mengenakkan bagi kita. Yakin Allah berikan pahala atas kesabaran yang ada.

Dalam fenomena kehidupan kita, ada daerah yang kita kuasai dan daerah yang menguasai kita. Di daerah yang kita kuasai, kita diwajibkan untuk ikhtiar. Karena Allah pun berfirman dalam quran surat Ar Ra’d ayat 11, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Sehingga sikap sabar dan rida harus ditemani dengan ikhtiar maksimal. Dalam hal penanganan bencana alam, berarti mitigasi harus dioptimalkan. Sehingga kerusakan bisa diminimalisir. Jika sudah optimal dalam ikhtiar namun kerusakan tetap terjadi, maka itu diluar kuasa kita. Insyaallah Allah takkan mempertanyakan. Yang akan Allah pertanyakan adalah sikap rida dan sabar kita. Tapi, jika kita tidak optimal dalam berikhtiar, Allah akan meminta pertanggungjawaban di hari akhir nanti.

Siapa yang harus berikhtiar optimal mengadakan mitigasi bencana? Tentu pemerintah sebagai pemangku jabatan. Apalagi dalam Islam, pemerintah diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, baik itu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, juga keamanan.

Bukan hanya memperhatikan rakyat, pemerintah dalam Islam juga diperintahkan memperhatikan makhluk hidup lainnya, termasuk hewan dan tumbuhan. Islam mengeluarkan kebijakan yang menjaga keberlangsungan hewan dan tumbuhan. Bahkan, saat berjihad di medan perang pun dilarang menyakiti dan merusak lingkungan dengan brutal. Karena semua makhluk Allah yang wajib dijaga.

Inilah komprehensifnya islam menjadi solusi terbaik untuk mengatasi problematika kehidupan, termasuk mempersiapkan dan mengatasi fenomena alam yang terjadi.

Wallahua’lam bish shawab.

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Krisis Air Mengancam, Akibat Sistem yang Makin Kejam

Sistem kapitalisme sekuler pun “mengizinkan” pembangunan yang berlebihan tanpa mengindahkan dampaknya bagi lingkungan. Dengan pembukaan dan pembebasan lahan yang luas. Tentu saja, semua ini berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Konsep ini pun diperparah lagi dengan program liberalisasi sumberdaya alam. Sistem ekonomi kapitalisme melegalkan pengelolaan sumberdaya air oleh pihak swasta.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *