Ibu-ibu Rajin Pengajian Diprotes, Makna Pengajian Dikerdilkan

Sungguh prihatin ketika beredar sebuah video pernyataan salah satu ketua umum parpol yang mengatakan, bahwa ibu-ibu di Indonesia yang suka mengikuti pengajian lupa mengurus pekerjaan rumah dan anaknya. Pernyataan ini disampaikan pada Kamis 16 Februari 2023. Tentu hal ini menuai kontra di beberapa kalangan. Banyak yang menilai bahwa pernyataan tersebut tidaklah benar, dengan alasan diantaranya bahwa ibu-ibu ikut pengajian menjadi tahu, cerdas, kreatif dan peduli mengurus anak, ngaji itu melatih hati dan pikiran.

 

Ngaji adalah aktivitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim termasuk muslimah, Rasulullah saw bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).

Begitu pula firman Allah Swt dalam al- Quran Surah Thaha ayat 114, yang artinya, “Dan Katakanlah wahai Robku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” Ibnu Hajar Al asqalani rohimahullah dalam kitab Fathul Bari Juz 1 halaman 92 menjelaskan firman Allah ta’ala yang artinya, wahai Robku tambahkanlah kepadaku ilmu, mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu, karena sesungguhnya Allah Swt tidaklah memerintahkan nabiNya saw untuk meminta tambahan sesuatu kecuali tambahan ilmu.

 

Adapun yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’I, yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukalaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepadanya dan mensucikannya dari berbagai kekurangan.

 

Maka sosok muslimah yang menuntut ilmu Islam secara Kaffah dan memahaminya, tentu tidak akan melupakan aktivitas mengurus keluarga dan anaknya, sebab kedua aktivitas tersebut merupakan bagian dari kewajiban seorang perempuan.

 

Pengajian saat ini juga menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah Swt secara Kaffah yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan, termasuk dalam mendidik anak. Dengan mengaji, para ibu akan faham bagaimana menjalankan perannya agar selalu dalam ridho Allah Swt, sayangnya aktivitas yang sangat penting ini justru dikerdilkan dan tidak dianggap penting oleh kehidupan sekulerisme liberal saat ini.

 

Buktinya, kurikulum pendidikan sekuler hanya memberi waktu 2 jam per minggu untuk pendidikan ilmu agama dan bahkan di wacanakan untuk dihapus dari kurikulum, hal tersebut terjadi sebab sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga membuat manusia melihat agama hanya sebatas norma, sementara kehidupan manusia diatur sesuai dengan persepsi manusia sendiri, termasuk dalam mendidik anak.

 

Ketika keluarga, khususnya seorang ibu tidak mendidik anak-anaknya dengan landasan agama, maka akan bermunculan fenomena amoral di kalangan remaja, seperti hamil diluar nikah alias zina, tawuran, narkoba, pergaulan bebas dan kenakalan remaja lainnya. Anak-anak didikan sekulerisme, hanya menjadi generasi yang materialistik, tidak paham tujuan hidup dan memiliki mental yang rapuh.

 

Hal ini tentu akan berbeda gambarannya dalam negara Islam, kewajiban mengkaji Islam secara kaffah merupakan bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara lainnya. Secara teknis akan diterapkan sistem pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam akan menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam.

 

Kepribadian ini dibentuk dengan menanamkan tsaqofah-tsaqofah Islam, seperti Alquran, hadits, bahasa Arab, sirah dan sejenisnya, kepada generasi dengan metode talakian fikrian atau proses penerimaan dengan berpikir. Selain itu para generasi juga akan dibekali ilmu pengetahuan serta keterampilan, agar mereka mampu menyelesaikan semua masalah masyarakat.

 

Dari pendidikan seperti ini, maka akan lahir sosok-sosok generasi yang siap mengemban tugas besar, termasuk menjadi sosok seorang ibu, bahkan Syeikh Atha Kholil mengatakan dalam kitabnya Sistem Pendidikan Dasar Daulah Khilafah, salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan Islam adalah rumah tangga, mata pelajaran ini disediakan untuk membentuk para perempuan siap menjadi seorang ibu dengan segala tanggung jawabnya.

 

Tidak hanya lembaga Pendidikan, sistem Islam juga akan mendorong para ulama, untuk memberikan pengajian di pelataran-pelataran Masjid, sehingga siapapun yang ingin menambah pengetahuan dan tsaqofah Islam, bisa mengikuti pengajian tersebut. Karena itu tidak heran jika Sistem Islam, mampu menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya. Semua ini merupakan bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim yang berkepribadian Islam, calon pemimpin masa depan.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *