Tragedi Halloween

Sungguh pilu, bencana kemanusiaan masal manusia kembali terjadi, yakni tragedi Halloween di Itaewon Korsel, setidaknya 154 orang meninggal dan 82 orang terluka dari sekitar 100.000 orang yang hadir, akibat berdesakan dalam rangka merayakan Halloween pertama setelah Covid-19. (bbc.com, 31 Oktober 2022)

Berdasarkan laporan dari para saksi mata, saat itu digambarkan orang-orang putus asa akibat berdesakkan dan nyaris tidak bisa bergerak, mereka bertumpukan satu sama lain, terinjak-injak, sangat sesak, suara jeritan kepedihan dimana-mana. Polisi dan tim medis pun kewalahan mengurus kerumunan itu. Keadaan semakin pilu ketika terlihat antrean panjang korban dalam kantong mayat di trotoar-trotoar.

Tragedi Halloween jelas membuat publik prihatin, sampai-sampai penguasa negara kita pun menyampaikan belasungkawanya dengan mengatakan Indonesia bersama rakyat Korsel. Ungkapan duka seorang penguasa tidaklah salah, yang menjadi perhatian adalah sikap penguasa yang harus lebih perhatian dan lebih peduli terhadap nasib rakyat sendiri.

Sebelum tragedi di Itaewon, dalam beberapa waktu belakangan ini, publik juga dihadapkan dengan tragedi Kanjuruhan yang memakan korban meninggal dalam jumlah besar. Penguasa justru saling berlepas dari tanggung jawab kejadian naas tersebut. Aparat keamanan mencari dalil-dalil menutupi kesalahannya.

Tak hanya itu, keprihatinan selanjutnya adalah penguasa yang membiarkan perayaan serupa di Indonesia, padahal perayaan tersebut adalah budaya asing yang tak sesuai dengan budaya masyarakat dan juga tidak sesuai dengan akidah penduduk negeri ini yang mayoritas muslim, bahkan bisa dikatakan tidak memberikan manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan. Sebab perayaan semacam ini hanya mengedepankan kesenangan saja. Tidak jarang diikuti konsumsi miras, narkoba, freesex dan sejenisnya.

Inilah potret kehidupan sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan, penguasa abai akan proses pembinaan karakter para pemudanya, padahal kaum muda adalah yang akan membangun peradaban bangsa pada masa depan.

Sistem Sekuler Penyebabnya

Kapitalisme tidak mempedulikan tolak ukur agama dalam sebuah amal perbuatan, karena orientasi kehidupan manusia hanya diarahkan untuk mencari kesenangan jasadiyah atau fisik, tanpa melihat halal haram, baik buruk aturan agama. Jadilah pemuda yang berkepribadian permisive serba boleh yang gila mencari kesenangan sesaat dan semua itu diperparah dengan sekulerisme kapitalisme yang berkarakter abai terhadap urusan rakyat.

Solusi Islam

Sangat berbeda dengan sistem Islam ketika memperhatikan urusan generasi, pemerintah Islam akan melindungi generasi-generasinya dari berbagai pemikiran asing, budaya asing yang membahayakan akidah mereka.

Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda “Sesungguhnya al-imam itu adalah perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya.” (HR. Mutaffaqun ‘alaih).

Berdasarkan dalil tersebut, sistem Islam bertanggungjawab atas pembentukan kepribadian generasi melalui berbagai mekanisme, baik dalam dunia pendidikan maupun luar pendidikan.

Dalam pendidikan, penguasa Islam akan menerapkan pendidikan Islam yang memiliki kurikulum harus melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, artinya setiap anak didik dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam, akan memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam.

Anak-anak tidak akan terpengaruh dengan pemahaman, pemikiran, budaya asing, semisal sekulerisme, kapitalisme, perayaan Halloween dan sebagainya, sebab mereka paham bahwa hal itu termasuk tasyabuh bil kufar (menyerupai kaum kafir) yang haram bagi seorang muslimin mengikutinya.

Dari sistem pendidikan ini, anak-anak akan dibentuk jadi sosok manusia yang peka dengan permasalahan umat. Mereka akan dibekali ilmu-ilmu alat, sehingga bisa survive mengarungi kehidupan. Sehingga dari sistem pendidikan Islam, lahirlah generasi yang paham bahwa kemuliaan hidupnya terletak pada seberapa besar dirinya menghabiskan hidupnya hanya untuk Islam dan kaum muslimin.

Mindset ini membuat mereka fokus menjadikan diri senantiasa terikat dengan hukum syariat, tatkala mengembangkan potensi yang mereka miliki. Pendidikan Islam akan menguak bobrok dan batilnya pemikiran Barat sehingga para generasi Islam akan muak dengan sendirinya terhadap ide-ide asing Barat.

Tak hanya itu, perlindungan Islam pada generasi terhadap ide-ide asing juga terwujud dari penjagaan media.

Media dalam Islam, digunakan untuk memberikan pendidikan bagi umat, menjaga akidah dan kemuliaan akhlak, serta menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat, sehingga konten yang memuat segala yang merusak akhlak dan agama akan dilarang tayang.

Kontrol sosial masyarakat Islam aktif melakukan amar ma’ruf nahi munkar, akan semakin menguatkan kepribadian islam generasi.

Hanya Islam yang sanggup untuk membina generasi menjadi generasi mulia, sehingga mereka terhindar dari kejadian tragis yang merenggut nyawa dengan konyol.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *