Moderasi Pendukung Pembangunan Bangsa, Penyesatan!
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Suara Netizen Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai sebuah konsep dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa. Bahkan menjadi indikator penting bahwa pembangunan di republik ini berjalan memenuhi unsur-unsur dari sejumlah kebutuhan bangsa Indonesia. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Lembaga Ta’lif WAN Nasyr (LTN) PBNU Ishaq Zubaedi Raqib (republika.co.id, 11-12-2024).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam workshop bertajuk “Penguatan Moderasi Beragama untuk Masyarakat” yang diinisiasi LTN PBNU dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI di Jakarta. Dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, masyarakat umum, dan tokoh lintas agama.
Mengapa moderasi beragama merupakan indikator krusial dalam pembangunan Indonesia? Zubaedi menjelaskan karena moderasi beragama menciptakan harmoni sosial yang menjadi prasyarat penting bagi kemajuan bangsa. Itulah sebabnya moderasi beragama telah menjadi prioritas pemerintah sejak diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No.58 tahun 2023, yang menjadikan pelaksanaan moderasi beragama lebih terukur dan terstandar.
Baca juga:
APBN untuk Bangsa dan Negara, Betul, Tapi…
Kasubdit Pengembangan Akademik Ditjen Pendis Kemenag RI Imam Bukhori mengingatkan bahwa toleransi dalam moderasi beragama harus memperhatikan kepentingan bersama dalam praktik beragama di ruang publik. Sementara praktik beragama pribadi bisa disesuaikan dengan prinsip masing-masing individu.
Moderasi Ide Sesat Pemecah Belah Bangsa
Sungguh terkesan menjadi sebuah pemaksaan, kaum muslim harus mengambil moderasi beragama hingga menjadi indikator berjalannya pembangunan bangsa dan negara ini sesuai kebutuhan.
Apakah mereka lupa, bahwa Islam adalah agama yang sempurna, diturunkan dari pemilik dunia dan seisinya kepada manusia mulia Rasulullah Saw. Allah SWT. berfirman yang artinya,”..Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…” (TQS Al-Maidah:3).
Jika pembangunan hari ini belum sesuai harapan, salah satunya menyejahterakan masyarakat, dimana letak korelasinya sehingga hanya Islam yang dijadikan kambing hitam hingga harus dikoreksi? Bahkan toleransi dibawa-bawa seolah pemahaman kaum muslim terhadap toleransilah yang salah. Secara logika pula, jika Allah SWT. sudah ridai Islam sebagai agama (pedoman hidup) maka, apakah masih layak manusia yang akalnya terbatas ini menolak dan mengatakan hukum manusia lebih baik?
Allah SWT. pun sudah mengingatkan dalam firmanNya yang artinya,”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?“. (TQS al-Maidah:50). Tak pantas kita yang menyatakan beriman kepada Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari akhir dan qada qadar kemudian mengatur apa yang baik buat manusia dan apa yang tidak.
Baca juga:
Makan Bergizi Gratis, Benarkah Tak Sekadar Janji Manis?
Terlebih jika merujuk pada apa yang disampaikan Kasubdit Pengembangan Akademik Ditjen Pendis Kemenag RI Imam Bukhori bahwa moderasi beragama dan toleransi harus memperhatikan kepentingan bersama dalam praktik beragama di ruang publik, sementara kalau di ruang privat bebas, ini lebih berbahaya, sebab mengajak kaum muslim bersikap sekuler. Memisahkan aturan agama dalam ranah umum. Padahal, justru ranah umum inilah paling krusial terjadi konflik sebab ada interaksi antar manusia.
Pembangunan sejatinya adalah tak hanya mewujudkan kemajuan secara infrastruktur semata, tapi juga manusianya. Kita bisa melihat beberapa negara adidaya di dunia ini, megah infrastrukturnya, teknologi terdepan, digitalisasi di setiap aspek kehidupannya namun ketika manusianya bobrok, mentalnya rusak bahkan kriminal, tetap saja tak bisa dikatakan kemajuan. Justru itulah kemunduran sebenarnya, manusia tak beda dengan binatang.
Islam Adalah Agama yang Sempurna
Kaum muslim harus waspada, ide moderasi beragama ini muncul dari kebijakan Barat pascaperistiwa 11 September 2001 dengan tujuan mengurangi ekstremisme. Ekstremisme yang dimaksud Barat sendiri itu mengarah pada phobia mereka kepada Islam. Gambaran yang mereka dapatkan sungguh terbalik dengan fakta Islam sebenarnya, tapi mereka tetap memaksakan. Mengajak negara lain untuk ikut mengadopsi idenya.
Akankah kita tetap mau dibodohi? Islam yang berasal dari Allah SWT. digambarkan buruk, dimonsterisasi. Inilah satu-satunya cara Barat mengikat negeri-negeri muslim agar mudah dieksploitasi kekayaan alamnya, dirusak generasinya, dan Islam tidak bangkit menguasai dunia sebagaimana sebelumnya.
Moderasi beragama amatlah berbahaya, ide ini membawa ancaman berupa krisis identitas bagi generasi muslim. Generasi penerus bangsa, malah takut dan menjauh dari agamanya sendiri. Tak heran jika penyakit mental kini semakin marak, kriminalitas jadi makanan sehari-hari, sebab apa yang mereka pegang, yaitu ide kebebasan tanpa aturan agama menjadikan mereka tak takut Allah bahkan tak takut bahwa setiap perbuatan akan dibalas Allah.
Baca juga:
Kapitalisme Mendatangkan Bencana, Umat Butuh Pemimpin Amanah
Jika generasinya sudah memiliki mental rapuh, jauh dari takwa dan produktif keimanannya, apa yang bisa diharapkan? Kemajuan yang mana? Moderasi beragama juga mendorong toleransi berlebihan yang justru melanggar prinsip-prinsip syariat Islam. Marilah kita semua benar-benar bermuhasabah, benarkah keimanan kita kepada Allah dan Rasulnya adalah sebenarnya iman? Jangan-jangan kita pun sekuler dan meninggalkan ketakwaan yang seharusnya menjadi identitas terkuat kaum muslim?
Tak ada jalan terbaik mewujudkan pembangunan yang menyejahterakan lahir batin kecuali menggunakan indikator ketakwaan kita kepada Allah, dengan menegakkan syariat kafah dan mencabut sistem sekuler yang batil ini. Wallahualam bissawab. [ SNI ].
Komentar