Hijrahku Meraih Berkah Mewujudkan Generasi Khairu Ummah

Suara Netizen Indonesia–Bioskop Real Masjid 2.0 Condong Catur, Depok, Sleman, DIY beberapa waktu yang lalu mengadakan kegiatan Tazkirah Muharram 1446 Hijriyah yang diselenggarakan oleh Sekolah Tahfizh Plus Khairu Ummah dan Ma’had Tahfizh At-Tasniim. Tema yang diusung yakni ‘‘Hijrah KU, Meraih Berkah Wujudkan Generasi Khairu Ummah’’.

 

Kegiatan tersebut dibersamai oleh Gus Qomarudin Ibnu Alie Mubaligh, Pengurus Madin Al-Hidayah Magelang & Bantul Amateur Astronomi Club. Gus Qomar mengawali pembahasan materi dengan tafsir Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2-3, tentang petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

 

Inilah Al-Qur’an yang agung dan tidak ada keraguannya, sebab Al-Qur’an adalah Kalamullah. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk dan pembimbing menuju kebaikan. Allah Swt. menciptakan alam semesta, manusia, dan kehidupan dunia ini bukan untuk hal yang sia-sia. Sehingga dalam mengurusnya, perlu adanya aturan yang sempurna.

 

“Al-Qur’an membimbing orang-orang yang bertakwa kepada Allah Swt.. Menjaga diri mereka dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Meninggalkan kemaksiatan, kemudian mereka mengambil manfaat darinya dengan sebenar-benarnya. Maka orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang mendapat hidayah dan yang mau menerima hidayah.” Tegasnya.

Baca Juga: 

Nikah Dini Salahnya Dimana?

 

Kemudian Allah menggambarkan ciri orang-orang yang bertakwa. Yaitu, mereka yang memiliki keyakinan dan petunjuk dalam amalan batin maupun amalan lahir. Agar pemahaman dari Al-Qur’an terbentuk pada diri manusia, serta menjadikannya sebagai standar kehidupan, tidaklah cukup jika amalan itu hanya sekedar berzikir sepanjang hari, sibuk memperbaiki diri, tanpa memperbaiki orang lain dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pentingnya pembinaan akidah tauhid pada umat, agar terciptanya ketaatan dan tegaknya syariat.

 

Gus Qomar juga menyampaikan di balik makna hijrah dalam sejarah. Bukan sekedar berpindah tempat, tetapi juga hijrah meninggalkan dosa dan pelanggaran terhadap syariah. Seperti halnya berdirinya Madinah. Madinah bukan sekadar dibangun dari kokohnya fisik, tetapi dari syakhsiyah Islamiyah. Karena Islam bukanlah sekadar produk yang setelah digunakan menyisakan sampah peradaban, tetapi dengan Islam yang mampu mewujudkan generasi peradaban cemerlang.

 

Allah Swt. berfirman yang artinya, “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (TQS Ar-Rad:29).

 

Oleh karena itu, menjadi orang tua yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya harus mengerjakan kebajikan serta amal saleh untuk meraih berkah dan mewujudkan generasi Khoiru Ummah.

 

Berawal dari; mendirikan salat 5 waktu, menjadikan Al-Qur’an sebagai kebiasaan dalam kehidupan, menghidupkan qiyamulail, mendirikan salat Dhuha, makanan-minuman halalan thoyibah dari harta yang halal, memberikan kasih sayang, mendoakan anak setiap saat, melakukan sunah sebelum tidur, menuntut ilmu, berdakwah, dan lain-lain. 

 

Dari penjelasan tersebut, untuk mewujudkan generasi Khairu Ummah harus memperhatikan beberapa hal, yaitu akidah yang kuat, keterkaitan akidah dengan amal, kelengkapan syariat pemahaman untuk dekat serta mengingat Allah Swt., masyarakat yang melakukan amar makruf nahi munkar, serta negara sebagai pengurus dan melindungi umat. Bukan melakukan amal salih dengan orientasi materi dunia semata, melainkan berorientasi pada akhirat.

Baca juga: 

Relaksasi Impor, China Rekor, Indonesia Tekor

Gus Qomar menutup kajian dengan mengingatkan para orang tua wali dan pendidik dengan meluruskan niat dalam setiap amalan. Bahwasanya cita-cita tertinggi manusia adalah menjadi orang yang bertakwa dan harus siap mengatur kehidupan dunia, serta memperbaiki umat manusia dengan petunjuk Al-Qur’an.

 

Termasuk dalam meraih berkah, mewujudkan generasi Khoiru Ummah, dengan bersinergi antara orang tua, guru, dan lingkungan masyarakat yang baik yang didukung oleh negara. Karena anak-anak adalah amanah yang Allah Swt. titipkan kepada kita.

 

Sesi tanya jawab disambut dengan antusias oleh peserta. Dengan tanggapan terhadap kegelisahan orang tua wali, terhadap kondisi generasi anak didik saat ini. Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan. Dengan dimasukkan ke pesantren, rumah tahfizh atau sudah mendapat pendidikan yang baik di rumah. Tapi kondisi anak-anak sekarang belum sepenuhnya aman, di tengah gempuran sistem kehidupan kapitalis sekuler liberal. Sehingga mereka masih tetap terkontaminasi dengan pergaulan yang rusak.

 

Gus Qomar menjelaskan bahwa serangan terhadap generasi terus terjadi secara masif. Sehingga mengikis akidah serta menjauhkan generasi dari ke-Islamannya. Tujuan hidup hanya berorientasi pada materi dan kebebasan individu.

 

Menjadikan kepribadian mereka jauh dari gambaran Khairu Ummah. Inilah yang disebut dengan ghawzul fikr atau perang pemikiran. Propaganda akan terus dilakukan di negeri-negeri kaum muslim, termasuk aturan tata kelola yang diterapkan oleh negara. Maka seluruh keluarga muslim harus mewaspadai dan mencarikan solusi hakiki dalam mengatasi hal ini.

Baca juga: 

Jika Bangun Pencitraan Mudah, Mengapa Bangun Negara?

 

Solusi yang dapat kita lakukan saat ini untuk membentengi generasi umat muslim adalah membentuk kepribadian generasi muslim. Dengan pemahaman Islam kafah, sejak dari rumah. Pemahaman Islam dari akar hingga daunnya dibutuhkan para ibu sebagai pendidik utama. Agar bisa mengajarkan kepada anak generasinya sebagai penguatan pemahaman akidah, syakhsyiyah, nafsiyah, dan pemikiran. Maka dari itu, para ibu harus dibekali dengan pemahaman Islam, melalui berbagai pembinaan.

 

Pemahaman Islam kafah juga dibutuhkan ayah sebagai seorang pemimpin di keluarganya. Agar memahami konsep rezeki yang halal dan menggunakan untuk sesuatu yang halal. Menjaga makanan-minuman yang halalan thoyyibah. Orang tua juga melakukan penjagaan perilaku dan keberkahan, dengan berdakwah untuk memperbaiki umat, guna menangkis serangan dari perang pemikiran (ghazwul fikri).Wallahu A’lam bish shawab. [SNI].

Artikel Lainnya

Beribadah dengan Fokus, Stop Tajassus !

Dilansir dari SOREANG,AYOBANDUNG.COM– tarawih pertama di bulan suci Ramadhan pada Rabu 22 Maret 2023 malam di Kabupaten Bandung dijaga oleh petugas kepolisian.

Padahal Masjid begitu mulia dimata kaum Muslim. Lantas bagaimana hukum tajassus (memata-matai) dalam Islam?
Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (Tajassus)….” (TQS. Al-Hujarat [49]:12).

Dalam sistem sekuler, tidak heran kini hukum dibuat oleh manusia sendiri yang memiliki hawa nafsu, maka dipastikan condong pada kepentingan individu atau kelompok tertentu saja serta tidak memandang halal dan haram.

berbeda jika dalam sistem Islam, apabila kita melihat kembali bahwa masjid adalah tempat yang mulia bagi kaum muslim tempat kaum muslim bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah, tidak hanya untuk sholat dan baca Al Qur’an saja namun menjadi pusat aktivitas kaum muslim. Tempat dimana menjadikan kita beribadah dengan fokus, bukan malah tajassus.

Fungsi Masjid menjadi Sempit

Umat Islam seharusnya menyadari fungsi masjid yang sebenarnya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada masa kepemimpinan beliau sebagai Kepala Negara Islam di Madinah, Masjid Nabawi tidak hanya digunakan sebagai tempat salat dan beribadah namun juga mengurusi dengan kaum muslimin.
Dalam Sirah tercatat setidaknya ada 10 fungsi masjid pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *