Ketika Zina Terjadi di Antara Tembok Intelektualitas
Suara Netizen Indonesia–Rasulullah saw. bersabda “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan hancur umat ini hingga kaum pria mendatangi kaum wanita, lalu dia menggaulinya di jalan. Orang yang paling baik di antara mereka saat itu berkata, ‘Seandainya engkau menutupinya di belakang tembok ini.” [Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Al Haitsami berkata, ‘dan perawinya adalah perawi yang ash-Shahih.” Lihat Maj’mauz Zawaa-id (VII/331)].
Baru-baru ini viral di media sosial, sebuah video beredar dan mempertontonkan tindakan asusila sepasang mahasiswa di lingkungan kampusnya. Tak tanggung-tanggung , kampus itu adalah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya.
Berdasarkan penuturan salah satu mahasiswa, Atok, ada dua video yang beredar, video pertama diduga direkam di belakang gedung Fakultas Dakwah di kampus Uinsa di Jalan Ahmad Yani. Video berdurasi 18 detik ini menampilkan seorang mahasiswa mengelus bagian tubuh mahasiswi masih berkerudung.
Sedangkan, video kedua berdurasi 24 detik menampilkan sepasang mahasiswa sedang asyik berciuman di atas gedung saat malam hari. Diduga lokasi kejadian bertempat di Fakultas Saintek dan Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum), kampus Uinsa di Gunung Anyar.
Seolah menggambarkan begitu panasnya jalinan asmara di antara keduanya hingga tak tahan untuk mengungkapnya segera tak peduli dimana tempat dan kapan waktunya. Apakah ini karena cinta tak mampu memilih? Ataukah karena dunia sudah tua dan beranjak menuju kehancuran sebagaimana hadis Rasulullah Saw. di atas?
Yang jelas investigasi mendalam pun segera dilakukan. Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Abdul Muhid membenarkan adanya video yang beredar tersebut. Ia menuturkan salah satu video diduga kuat direkam di gedung Uinsa Kampus Gunung Anyar, Surabaya (CNN Indonesia.com, 17/5/2024).
Tembok Kampus Menjadi Saksi Liberalnya Generasi
Zina begitu marak terjadi hari ini, tak malu-malu lagi bagi mereka yang sedang jatuh cinta untuk meluapkan perasaanya. Namun sayang, dengan keterbatasan ilmu agama yang mereka miliki, dengan bodohnya mencampur adukkan yang batil dan yang haq. Sebagaimana juga yang viral bersamaan waktunya , yaitu berangkat ke Tanah Suci Mekah al- Mukaramah bersama pasangan tak halal alias pacar.
Dengan kata lain,liberalisasi pergaulan di kalangan generasi hari ini bukan ilusi lagi, tapi sudah pada tahap mengkhawatirkan. Bisa jadi memang inilah jalan menuju kehancuran jika kita tak segera menyadari akar permasalahannya.
Boleh jadi lembaga pendidikan ini berbasis agama Islam, namun tetap tak bisa menahan arus rusaknya pemikiran di kalangan generasi penerus ini. Yang kerusakan itu membuat mereka tak peduli lagi akan tempat dan waktu, jangankan merasa diawasi oleh Allah Swt. dengan sistem sanksi dunia pun mereka tak peduli.
Tak bisa dipungkiri, lemahnya sistem hukum negeri ini membuat tak adanya rasa takut ketika melakukan pelanggaran. Terlebih stimulasi berbuat bebas sekehendak hati itu marak dipertontonkan, melalui film, game, buku bacaan, media sosial dan lainnya. Sementara agama, terutama Islam, satu-satunya agama yang mengajarkan sistem sanksi dan hukum hanya dibuat menjadi urusan pribadi.
Apalagi jika melihat sistem sanksi dan hukum global, yang begitu menyanjung Hak Asasi Manusia ( HAM) , dimana seseorang berkuasa atas dirinya sendiri dan berhak melakukan apapun, my body my authority istilahnya, semakin menjauhkan dari sifat manusia yang secara fitrah dikaruniai akal sehingga bisa membedakan mana tindakan terpuji dan tercela.
Di sisi lain fakta ini menunjukkan adanya kegagalan pembentukan kepribadian dalam sistem pendidikan, apalagi di UINSA sebagaimana di perguruan tinggi lainnya, ada pakta integritas, sebagai syarat wajib bagi mahasiswa baru (Maba) , dan segala ketentuan yang ada dalam pernyataan tersebut, harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang ada di Universitas tersebut.
Pengisian pakta integritas juga sebagai salah satu syarat pengambilan sertifikat bagi mahasiswa baru yang dinyatakan lulus dalam kegiatan PKKMB, tentu semua itu untuk menjaga kemuliaan dan martabat mahasiswa. Nyatanya tak cukup ampuh, ada yang lebih kejam lagi mempengaruhi mahasiswa melakukan tindakan asusila tanpa berpikir panjang.
Yaitu sistem kapitalisme yang berkelindan mesra dengan sistem politik demokrasi. Asas keduanya adalah sekuler atau pemisahan agama (Islam) dari kehidupan. Demokrasi hanya sukses menghadirkan pemimpin pelanjut kebijakan rezim sebelumnya, sebab ia duduk di tampuk pimpinan pun dengan cara yang sama dengan rezim sebelumnya.
Yaitu menggunakan pendanaan sejak mendaftarkan sebagai calon penguasa dari para pengusaha. Dengan janji akan mempermudah jalan mencari nafkah para penguasa itu sendiri, bukan untuk rakyat. Lantas rakyat dapat apa? Mendapatkan kualitas pendidikan seadanya, tak ada kurikulum baku yang meletakkan akidah Islam sebagai dasar pembuatannya. Kapitalisasi pendidikan, menjadikan pendidikan tak menyentuh tujuan pendidikan yang hakiki, yaitu pembentukan kepribadian Islam yang unggul.
Islam Solusi Hilangkan Zina
Islam memiliki sistem pendidikan yang dibangun atas asas akidah Islam yang meniscayakan terbentuknya kepribadian Islam, termasuk memahami tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sangat krusial, sebab dampak yang muncul akibat liberalisme sangatlah mengerikan, mulai dari penyakit menular dan berbahaya hingga hilangnya nasab seorang bayi yang lahir dari seks bebas.
Kemaksiatan tidak akan dilakukan apalagi di wilayah pendidikan. Sebab pendidikan Islam juga menanamkan satu keyakinan bahwa setiap nyawa akan mati dan setiap amal perbuatannya baik atau buruk akan diberi balasan oleh Allah Swt.
Islam memiliki tiga pilar penjaga ketaatan pada aturan Allah di manapun berada. Pertama manusia yang bertakwa, sadar bahwa dia hanyalah hamba Allah di dunia, sedang di akhirat akan diberi balasan. Kedua pilar masyarakat yang menumbuhkan sikap berani beramar makruf nahi mungkar, setidaknya mereka bisa peka jika ada kesalahan sebab peraturan,perasaan dan pemikiran yang tumbuh di dalam masyarakat tersebut sama.
Yang ketiga adalah negara yang menerapkan syariat. Hanya dengan syariat seorang pemimpin bisa adil dan fokus pada fungsinya sebagai pemimpin sebagaimana Rasulullah Saw. Bersabda,“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Selain itu, zina yang kian merebak karena sistem sanksi yang lemah, tebang pilih dan bisa ditawar jika ada maslahat yang lebih tinggi. Hal ini karena Islam merupakan sistem yang tegas dan menjerakan sehingga dapat mencegah pelanggaran hukum syara. Salah satunya jika pelaku pezina belum menikah akan diberi hukuman cambuk. Sedangkan jika sudah menikah akan dirajam. Semua ini tak akan bisa terwujud tanpa adanya kesadaran pentingnya mencabut kapitalisme demokrasi dan menggantinya dengan syariat Islam. Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar