Kondisi Moral Generasi Ketika Sistem Pendidikan Disekulerisasi

SUARA NETIZEN INDONESIA-Sungguh miris kondisi generasi beberapa waktu lalu yang diberitakan dari laman kompas.com – N, pelajar SMP yang berusia 15 tahun di Kabupaten Lampung Utara diperkosa oleh 10 pria. Korban ditemukan dalam kondisi sangat mengenaskan di sebuah gubuk di wilayah Lampung Utara pada Sabtu (17/2/2024).

Sementara di wilayah lain Jakarta, mengutip cnnindonesia.com menyampaikan bahwa perang sarung antar pelajar di Kabupaten Bekasi memakan korban. Satu orang tewas dalam tawuran perang sarung itu, yang terjadi di jalan arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Salah satu korban tewas tersebut berinisial AA, seorang pelajar berumur 17 tahun. Perang sarung tersebut terjadi sekitar pukul 00.30 WIB, pada Jumat (15/3/2024).

Masih pada wilayah Jakarta, tvOnenews.com mengabarkan telah terjadi kembali perilaku keji pemerkosaan terhadap seorang siswi SMP di Lampung, 6 dari total 10 pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian. Mirisnya, 3 dari 6 orang pelaku yang sudah ditangkap polisi atas kasus pemerkosaan siswi SMP di Lampung tersebut masih memiliki usia di bawah umur.

Sebagaimana diketahui bahwasanya pemuda hari ini adalah generasi penerus peradaban, sebagai aset bangsa. Sebuah pepatah Arab yang masyhur dari Syaikh Musthofa Al Ghulayain menyatakan;

شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ أِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sesungguhnya di tanganmulah urusan bangsa dan dalam langkahmu tertanggung masa depan bangsa.”
Senada pula dengan syair Imam Asy-Syauqiy
وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ، فَاِنْ هُمُ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
“Sesungguhnya kejayaan suatu bangsa terletak pada akhlak manusianya. Jika mereka telah kehilangan akhlaknya maka hancurlah bangsanya.”

Ini bermakna nasib sebuah bangsa di masa mendatang tergantung kualitas generasi hari ini. Pemuda seharusnya wajib dijaga, dilindungi dan dibina sehingga mereka memiliki pola pikir dan pola sikap yang benar. Sayangnya kondisi pola pikir maupun pola sikap generasi saat ini mengalami kerusakan yang begitu parah, sehingga banyak di antara mereka menjadi pelaku beragam kejahatan.

Rusaknya moral generasi sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Sebagaimana yang dirasakan bersama bahwa kurikulum pendidikan saat ini berasas pada sekulerisme yaitu sebuah akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Padahal fitrah manusia terikat dengan aturan sang pencipta, ketika aturan tersebut dipisahkan dari kehidupan niscaya menghasilkan kekacauan yang luar biasa hebat. Dengan masifnya fakta kerusakan moral generasi, pendidikan saat ini telah terbukti gagal mencetak generasi yang berkualitas.

Generasi yang hanya dididik menjadi sosok yang pandai dan cerdas dalam ilmu, namun minim dalam keimanan dan akhlak. Akibatnya lahirlah generasi yang memiliki moral bejat meski masih duduk di bangku SMP atau SMA, mereka sudah menjadi pelaku kriminal seperti pemerkosa atau pelaku tawuran. Semua itu terjadi karena di dalam benak generasi tidak ada rasa takut terhadap dosa dan perbuatan yang sudah dilarang oleh Allah.

Di sisi lain lingkungan yang sekuler sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Perilaku individualis dan liberalis menjadi suasana bagi generasi untuk berbuat kemaksiatan, sebab tidak ada nasihat antar sesama dan pembiaran atas nama kebebasan berperilaku. Ditambah lagi tayangan dengan konten kekerasan dan seksual sudah menjadi bahan konsumsi sehari-hari, maka wajar generasi saat ini menjadi pemuda perusak dan gemar melakukan kerusakan.

Sangat berbeda kondisinya ketika kehidupan generasi diatur dengan sistem Islam yang diterapkan secara praktis oleh negara, termasuk dalam sistem pendidikan. Islam mengajarkan kepada pemuluknya untuk tidak memisahkan aturan Allah dari kehidupan, justru sebaliknya Islam mewajibkan agar semua hal dikaitkan dengan aturan Allah sehingga keberadaan negara yang bersasaskan pada aturan Islam (Khilafah) adalah sebagai instansi yang menerapkan hukum Allah.

Islam memandang generasi sebagai aset peradaban karena itu Islam memerintahkan negara berperan untuk menjaga, mendidik dan membentuk generasi berkualitas. Strategi efektif yang digunakan untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pendidikan, karena melalui pendidikan manusia bisa mendapatkan ilmu dan dengan ilmu itu mereka bisa terbebas dari kebodohan dan kekufuran. Negara Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam, salah satu indikator kurikulum sistem pendidikan Islam bertujuan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Kepribadian Islam akan menuntun generasi memiki pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam.

Standar mereka bukan lagi kepuasan dunia semata namun Ridha Allah. Mereka akan ikhlas dan bersabar dalam mengamalkan apa yang diperintahkan Allah serta menjauhi apa yang dilarang Allah. Mereka akan berupaya terus menerus berlomba dalam amal kebaikan di saat yang sama mereka juga bersemangat meninggalkan kemaksiatan untuk membentuk kualitas.

Kemudian Islam menentukan metode pengajaran yang dilakukan secara talaqqiyan fikriyan, metode ini menjadikan semua ilmu yang diajarkan pada anak didik harus diarahkan untuk membangun pemahamannya tentang kehidupan sekaligus menjadi landasan sikap dan perilaku sesuai syari’at Islam. Selain itu semua ilmu diajarkan dan diarahkan untuk mencerdaskan akal dan meningkatkan taraf berpikir anak didik sehingga mereka mampu menggunakan ilmu tersebut untuk menyelesaikan masalah kehidupan.

Sementara itu Khilafah juga menjaga ketat tayangan media dengan melarang semua tayangan yang merusak generasi, seperti konten porno, kekerasan dan sejenisnya. Konten yang boleh dikonsumsi seputar edukasi syariat Islam, berita sehari-hari, perkembangan sains dan teknologi. Kewibawaan Khilafah di mata dunia maupun kehebatan pasukan Khilafah dalam berjihad dengan begitu, maka menjadikan benak generasi akan diliputi kebaikan-kebaikan karena mereka berada dalam suasana keimanan dan ketaatan. Demikianlah Khilafah membentuk generasi berkepribadian Islam yang mulia. [SNI]

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *