Proyek di Ujung Tanduk, Surga Bagi Siapa?
“Ini seperti di surga,” ujar Menkopolhukam,Mahfud MD, saat ditanya awak media di sela-sela kunjungan ke Ibu Kota Negara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono Kamis (13/4/2023).
Kalimat di atas terlontar saat Mahfud mendatangi kawasan Titik Nol IKN, Istana Presiden, dan apartemen pekerja IKN. Mahfud turut mendukung percepatan proses pembangunan IKN, ia meyakini pekerjaan pembangunan IKN ini berjalan lancar. Hal ini setelah dirinya melihat secara langsung progres pembangunan di IKN ( Kompas.com,13/4/2023).
Proyek Berdarah-darah Bagi Masa Depan Indonesia
Sungguh pernyataan yang menyayat hati, jika kita mengikuti perjalanan panjang proyek ambisius penguasa ini, dari sejak keputusan pemindahan ibukota negara yang tidak terlalu urgen dibandingkan dengan persoalan umat, biaya yang membengkak, padahal janji presiden semula tidak akan menggunakan APBN, nyatanya kian hari kian bengkak, hingga tersiar berita pemerintah Cina menuntut agar Indonesia menjadikan APBN sebagai jaminan pembayaran utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Surga dari mana jika faktanya IKN adalah proyek Berdarah-darah bagi masa depan bangsa, karena jika benar APBN kita menjadi jaminan utang kepada Cina, habislah sudah kedaulatan negeri ini, bahkan bisa jadi nasibnya akan menyusul beberapa negara seperti Srilanka, Uganda, Kenya dan Maladewa?
Meski Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tuntutan China tersebut tak bisa langsung dipenuhi, namun kita tidak pasti ke depannya bagaimana. Sebab, Luhut menawarkan alternatif dengan penjaminan utang melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) atau PII. “Masih ada masalah psikologis, kemarin mereka (China) mau dari APBN, tetapi kita jelaskan kalau dari APBN itu prosedurnya jadi panjang makanya mereka juga sedang pikir-pikir. Kami dorong melalui PT PII karena ini struktur yang baru dibuat pemerintah Indonesia sejak 2018,” beber Luhut (Kompas.com,12/4/2023).
Berbicara tentang utang Cina, maka maknanya akan semakin dengan utang beriba. Dalam hal ini Luhut pun mengakui gagal melakukan negosiasi. Sehingga pemerintah China masih berkukuh bunga yang harus dibayarkan sebesar 3,4 persen per tahun.“Ya maunya kita kan 2 persen, tapi kan enggak semua kita capai. Karena kalau pinjam keluar juga bunganya itu sekarang bisa 6 persen. Jadi kalau kita dapat 3,4 persen misalnya sampai situ ya we’re doing okay, walaupun tidak oke-oke amat,” ucap Luhut. “Tapi kita masih mau negosiasi lagi,” imbuhnya.
Proyek KCJB ini mengalami pembengkakan biaya sebesar Rp1,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp18,02 triliun. Biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dolar AS atau setara Rp108,14 triliun. Direktur The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai risiko menjadikan APBN sebagai jaminan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), akan sangat besar.“Yang pertama ya, dari segi jaminan APBN, itu dimaksudkan agar sepanjang kerja sama ini ketika ada cost (biaya) tambahan lagi, bukan hanya tadi disebutkan Rp9 triliun, tapi dalam masa kerja sama itu apa pun yang terjadi kalau misalnya di luar bisnis itu terjadi kenaikan utang maka APBN harus mengganti,” jelasnya (Kompas TV, 14/4/2023).
Kapitalisme Sekuler Biang Penderitaan Bak Neraka Setiap Saat
Jika kemudian dikaitkan dengan hasil survei nasional lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) yang digelar sepanjang 1-7 Maret 2023 dengan menggunakan metode Multistage random sampling (MRS) itu menunjukkan bahwa kondisi politik hari ini di Indonesia tidak buruk. 42 persen responden menilai kondisi politik hari ini baik dan 1 persen menilai sangat baik. Ini jelas hanya teori, sebab tak ada jaminan bagi kita bisa melakukan di luar dan tanpa sepengatuan rakyat kini meraja lela, landasan pemimpin hari ini bukan ketakwaan individu, namun asas manfaat yang berasal dari sistem kapitalisme.
Kapitalisme hanya mengandalkan kekuatan modal, tak peduli berapa persentase rakyat yang yakin proyek ini akan terlaksana dan berapa persentase yang tidak yakin , sebab proyek kereta cepat ini hanya satu dari sekian banyak Mega proyek yang digarap Indonesia, bagaimana dengan pembangunan IKN? Sementara beberapa dari Mega proyek sebelumnya yang sudah jadi seperti jalan tol, bandara, bendungan dan jalan yang mangkrak tak terpakai. Jangankan untuk balik modal, pembiayaan dari utang saja bisa jadi belum terbayarkan.
Bagaimana Solusi Dalam Islam?
Berlanjut dengan sikap para pemimpinnya yang gila kekuasaan, haus harta, sehingga flexing jadi budaya, ujung-ujungnya menjadi pesakitan KPK karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Rakyat lagi-lagi menjadi korban kerakusan pemimpin dan kebuasan sistem. Ya, dalam sistem kapitalisme tak mengenal halal dan haram, padahal Allah SWT memerintahkan hal sebaliknya, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,”Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (Qs al-Maidah: 49).
Maka, wajib bagi seorang pemimpin untuk menerapkan syariat secara Kaffah atau menyeluruh (Qs al-Baqarah:208). Sebab, tanpa ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT, mustahil seseorang yang diberikan kekuasaan mampu memimpin rakyat tanpa ada pedoman baku tentang bagaimana ia memimpin, bisa jadi ia justru memunculkan kezaliman kepada rakyatnya baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Lisan para pemimpin hendaklah pula berisi tentang sesuatu yang berasal dari Alquran dan As Sunnah, mengungkapkan segala sesuatu itu sesuai fakta di lapangan. Namun sayang, kata-kata di depan umum itu runtuh begitu saja karena selalu tidak sinkron dengan fakta ini. Tak ada link antara penguasa dengan rakyat, setelah terbongkar keburukan pemerintah, bagaimana perhatian utamanya.
Dari pengalaman hari ini, dimana tangan-tangan kecil rakyat tengadah ke langit akibat kebijakan sekuler dan lisan para pemimpin yang telah mati hati, semestinya menjadi muhasabah, dan mengembalikan kesadarannya kepada kebutuhan kita kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bish showab
Komentar