Ozan Ilmuwan Cilik Muslim

 

Hari itu, Ozan, Rio, Ilham dan yang lainnya belajar seperti biasa di sekolah. Mereka belajar mengenal waktu. Ozan sangat antusias. Ia adalah salah satu siswa yang gemar dengan berhitung dan sejenisnya. Sama seperti temannya, Karimah.

 

“Jadi, dalam agama Islam, waktu itu sangat berharga ya anak-anak. Kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin,” kata ustazah Ina.

 

Setelah ustazah Ina menjelaskan tentang pentingnya waktu, ustazah lalu menjelaskan cara membaca waktu. Ustazah mengambil sebuah jam dinding yang ada di ruang kelas dua lalu menerangkan semua komponen jam.

 

Setelah mempelajari waktu, bel istirahat pun berbunyi. Sebagian anak keluar kelas tapi tidak dengan Ozan dan Ilham.

 

Ozan mencari kardus bekas di sekitar kelas. Rupanya ada kardus bekas minuman gelas bekas syukuran kelahiran Maryam, teman Ozan. Ozan mengambil kardus itu lalu mengguntingnya menjadi beberapa bagian. Ia juga menuliskan angka dan gambar lainnya.

 

“Wah, Ozan mau bikin jam ya?” tanya Ilham.

 

“Iya, aku mau bikin jam buat praktek kelas kita. Biar teman-teman yang belum bisa baca jam, jadi bisa baca,” jawab Ozan.

 

Ilham memberikan tanda jempol kepada Ozan. Ia tidak menyangka. Ozan sangat kreatif membuat jam manual.

 

Bel sekolah kembali berbunyi. Tanda jam pelajaran kembali di mulai. Semua anak kelas dua kagum dengan jam hasil buatan Ozan.

 

Jam itu sangat bermanfaat untuk membantu teman-teman Ozan yang masih bingung membaca jam. Semua anak kelas dua senang dengan adanya jam buatan Ozan.

 

“Ozan, bisa tidak kamu bikin alat belajar untuk perkalian dan pembagian? Aku masih bingung nih,” kata Elang.

 

“Bisa. Tapi aku bikinnya nanti di rumah aja ya. Kamu mau bantuin?” tanya Ozan.

 

Elang pun mengangguk kegirangan. Ia memang lemah dalam pelajaran berhitung. Ia senang, Ozan mau membantunya.

 

“Kalau gitu, nanti jam dua siang, kamu datang ke rumah aku, ya. Kita bikin alat hitung perkalian dan pembagian!” ajak Ozan.

 

“Oke, Ozan. Terima kasih. Semoga nanti kita bisa selesai bikin alat belajarnya sebelum jam empat sore. Soalnya nanti kita kan juga harus ke masjid untuk ngaji Al-Qur’an,” jawab Elang.

 

Ozan pun memberikan tanda jempol kepada Elang. Ozan, memang dikenal anak yang kreatif karena ia selalu memang lomba karya seni di sekolah. Tak hanya kreatif, Ozan juga pandai di berbagai mata pelajaran. Ia ingin menjadi seorang ilmuwan muslim yang andal.

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *