Miss Universe, Ilusi Pemberdayaan Perempuan

Publik pasti sangat hafal dengan ajang lomba putri tercantik se-Indonesia, terdiri dari para wanita muda usia, berparas cantik dan ayu, berlomba menjadi yang pertama dan tercantik di Indonesia mengandalkan kecerdasan dan berbagai potensi yang dimilikinya. Meski Yayasan Putri Indonesia ( YPI ) masih tetap menyelenggarakan Pemilihan Puteri Indonesia 2023 pada Bulan Mei mendatang, namun kali ini tidak mengirimkan pemenang putri Indonesia ke ajang Miss Universe, karena setelah 30 tahun hak cipta Miss Universe tersebut ada pada Yayasan Puteri Indonesia (YPI) kini berpindah tangan kepada PT Capella Swastika Karya (CSK).

 

Ketua Bidang Komunikasi YPI, Mega Angkasa menjelaskan jika perubahan situasi ini menandakan perbedaan visi misi Miss Universe Organization yang tak lagi selaras dengan YPI. Ia tak terlalu mengkhawatirkan masa depan kontes kecantikan ini karena akan mengirimkan wakilnya ke ajang kontes dunia lainnya. Ketua Dewan Penasehat Yayasan Puteri Indonesia, Putri Kus Wisnu Wardani menegaskan bahwa Yayasan Puteri Indonesia akan mengirimkan Pemenang Top 3 untuk mengikuti ajang international lainnya, selain Miss Universe. 

 

Diketahui, Miliarder asal Thailand Anne Jakrajutatip telah membeli hak atas Miss Universe, Miss USA, dan Miss Teen USA seharga USD20 juta. Dimana sistem kontes kecantikan itu sebelumnya dimiliki mantan Presiden AS Donald Trump. Jakrajutatip, yang sebelumnya menjadi tuan rumah Project Runway versi Thailand, berjanji melanjutkan warisan kontes pemberdayaan perempuan dan “mengevolusi merek untuk generasi berikutnya.” Tercatat, Jakrajutatip membuat sejarah pada Oktober 2022 ketika dia menjadi wanita pertama yang memiliki organisasi Miss Universe setelah JKN Global Group, di mana dia adalah CEOnya, membeli sistem kontes itu. 

 

Jakrajutatip menggambarkan kontes tersebut sebagai “Olimpiade kecantikan nomor 1 di dunia” tetapi dia menambahkan, “Sistem ini bukan hanya tentang kecantikan, ini tentang wanita ikonik, kecantikan, otak, dan kepemimpinan.” Dan jika anda tahu, Anne Jakapong Jakrajutatip, adalah seorang transgender asal Thailand yang menjelma jadi miliarder di usia 38 tahun. Ia memiliki dua anak dari spermanya sendiri yang diambil sebelum dia operasi menjadi wanita. Menurut laporan Bangkok Post, seorang dokter Amerika mengumpulkan spermanya sebelum operasi penggantian kelaminnya dan kemudian digunakan untuk membuahi sel telur yang disumbangkan oleh seorang wanita Jerman. Proses tersebut memungkinkan Jakrajutatip untuk mewujudkan mimpinya menjadi “orang tua kandung”.

 

Kapitalisme Ciptakan Perilaku Tak Wajar

 

Sangat kentara sekali, bahwa ajang kompetesi yang diklaim sebagai salah satu bentuk pemberdayaan perempuan hanyalah piala bergilir bagi para miliader dunia. Dengan kekayaannya mereka sangat yakin bakal mendulang keuntungan berkali lipat dari ajang pencarian bakat dan kecantikan dunia. Dimana di sisi lain, menggambarkan sisi buruk wanita yang hanya dinilai fisiknya saja, meskipun ia pandai dan bertalenta, jika tak cantik, menarik dan tubuh tidak proporsional maka jangan harap bisa bergabung menjadi pesertanya. 

 

Pun, tak penting apakah pemilik lisensi ajang “bergengsi” dunia ini adalah transgender, sangat pas jika kemudian dikaitkan dengan berbagai upaya negara-negara Eropa yang mempropagandakan perilaku menyimpang ini sebagai kaum yang normal dan dilindungi HAM. Dunia memang sedang dikuasai sistem kapitalisme, tak ada standar halal haram, hanya berfokus pada perolehan keuntungan tanpa peduli dampak buruknya kepada masyarakat. 

 

Adakah hubungan Miss universe dengan kesejahteraan perempuan? Jelas tidak, ada atau tidak ada Miss universe keadaan perempuan tak ubahnya mesin uang, budak bagi para kapitalis,  dihargai sebagai wanita hanya jika menghasilkan uang. Perempuan di tarik paksa dari fitrahnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, selalu diidentikkan dengan sia-sia saat perempuan bersekolah tinggi namun memilih menjadi ibu rumah tangga, mendidik anak-anaknya dan memgurus rumah suaminya. Seolah tak berharga, tak pandai balas budi kepada orangtua dan lain sebagainya. Sejatinya, hanya di dalam sistem kapitalismelah perempuan terjajah, dan kebebasan baginya hanya ilusi, aturan kapitalisme tak akan membiarkan perempuan meraih impiannya jika tidak cantik, terbuka, bebas dan tak terikat dengan aturan apapun, termasuk agama (baca: Islam). 

 

Jadi jelas, ajang Miss universe dan lainnya, hanyalah kedok para kapitalis yang ingin mengangguk keuntungan semata, bayangkan saja, even ini akan berafiliasi dengan banyak rumah produksi, perusahaan yang bergerak di bidang garmen, pariwisata, souvenir, media massa bahkan apapun yang dibutuhkan termasuk bagi kaum pelangi. Bahkan pemenangnya otomatis menjadi pekerja kontrak, yang kembali mengkampanyekan kebebasan ilusi ala kapitalisme. 

 

Islam Memuliakan Perempuan

Begitu terobsesinya perempuan untuk tampil cantik bahkan menjadi nomor satu di dunia. Sebab dengannya, ia akan mudah menjalani hidup mewah, mudah dan nyaman. Sementara sisi gelap para mantan putri Indonesia dan ajang yang sejenis tak terlalu diekspos. Di antaranya, kontes kecantikan selalu mengutamakan faktor fisik dan sering kali mengobjektivikasi perempuan (atau laki-laki), terutama karena keharusan mengenakan pakaian renang di berbagai kontes kecantikan internasional. Kontroversi yang terjadi di Indonesia sebagai negeri muslim terbesar terkalahkan dengan kampanye nilai positif ajang kontes kecantikan ini, terutama jika dilihat dari nilai pariwisata dan ekonominya. 

 

Dalam pandangan Islam, sangatlah rendah jika menilai kemuliaan atau keunggulan seseorang hanya melalui tampilan fisiknya, pandainya ia berorasi, cerdasnya dalam berpikir dan lain sebagainya. Sebab, jika semua keunggulan yang ia miliki jika tidak disandarkan kepada syariat nilainya nol. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564). Dua dalil ini menunjukkan fakta sekeras apapun manusia berusaha memenuhi kriteria mulia ala manusia maka sekeras itu pula tertolak di hadapan Allah SWT, tidak ada nilainya samasekali. 

 

Terlebih, perempuan dalam Islam sangatlah dijaga dan dimuliakan. Meskipun ia memiliki banyak talenta atau potensi, ia tidak wajib menafkahi dirinya dan anak, jika ia seorang istri. Melainkan wali, orangtuanya, suaminya hingga negara. Dan perempuan memang harus cerdas, sebab ia mengemban amanah mendidik generasi, kita bisa melihat bagaimana generasi hari ini yang sangat rapuh hingga mendapat julukan generasi strawberry, di luar begitu cantik, namun di dalam begitu miskin visi dan misi hidup. Tentu tak semata-mata kesalahan orangtua namun juga negara, yang tak memfokuskan pendidikan generasi berbasis akidah yang kuat. Terlebih viral seorang tokoh yang meremehkan pendidikan (kajian) bagi seorang perempuan atau ibu. Sungguh disayangkan!

 

Ketika perempuan harus meninggalkan kodratnya, kemudian beramai-ramai menciptakan kebebasan ala kapitalisme disinilah negara bisa dikatakan gagal meriayah, sebab, meski dalam Islam perempuan tidak terlarang untuk berprestasi dan berkontribusi kepada masyarakat baik sebagai anggota masyarakat maupun tenaga ahli, tetap ia harus memperhatikan standar halal haram, di antaranya harus menutup aurat dengan sempurna, tidak bercampur baur, tidak berkhalwat, tidak menekuni pekerjaan yang mengekploitasi kecantikan wajah dan tubuhnya meski menghasilkan banyak uang, penghargaan dan lainnya. Demikian pula perempuan dilarang tabaruj, dilarang berserikat dalam perusahaan atau bisnis yang diharamkan Allah dan lain sebagainya. 

 

Keadaan ini tak akan mungkin bisa terwujud selama kapitalisme masih menjadi aturan baku, hanya satu cara yaitu mencabutnya dan mengganti dengan aturan Allah saja. Allah SWT berfirman yang artinya,” Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah:50).  Wallahu a’lam bish showab. 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *