Krisis Air Mengancam, Akibat Sistem yang Makin Kejam

Krisis air bersih kian mengancam kehidupan manusia. Dan menjadi nyata saat perubahan iklim mengganggu siklus hidrologi. Hal tersebut disampaikan Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG dalam acara 10th World Water Forum Kick Off Meeting di Jakarta Convention Center, 15/2/2023 (cnbcindonesia.com, 15/2/2023).

 

Krisis air ini pun menjadi ancaman lingkungan secara global. Tak hanya di wilayah Indonesia saja. Fenomena meningkatnya emisi gas rumah kaca mengakibatkan perubahan iklim yang terus berlanjut. Dan hal ini menyebabkan semakin cepatnya penguapan air permukaan. Demikian lanjut Dwikorita. Sehingga berakibat semakin berkurangnya ketersediaan air dengan cepat. Namun, hal sebaliknya terjadi di belahan wilayah lain, yaitu hujan ekstrim. Karena perubahan iklim, kejadian ekstrim sering terjadi. Seperti kekeringan dan banjir.

 

Ketersediaan air tanah yang terus menipis tentu akan mempengaruhi ketersediaan air bersih di berbagai wilayah. BMKG memprediksi, musim kemarau tahun ini akan jauh lebih kering daripada tahun-tahun sebelumnya (bmkg.go.id, 15/2/2023). Ada banyak hal yang memantik timbulnya krisis air bersih di berbagai wilayah dunia. Diantaranya, menjamurnya industrialisasi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Limbah membludak dimana-mana yang mencemari berbagai area. Tanpa ada pengolahan limbah yang tepat. Akhirnya banyak sungai tercemar. Tak hanya itu, berbagai pembangunan gedung perkantoran, gedung-gedung komersil, dan pemukiman yang tak mengindahkan lingkungan sekitar. Tak ramah lingkungan. Mengakibatkan air hujan tak dapat meresap optimal di dalam tanah.  Buruknya pengolahan air limbah domestik semakin meningkatkan pencemaran air.

 

Sementara, deforestasi dan konsesi hutan telah meminimalisasi potensi cadangan air dari hutan. Semua hal ini tentu menimbulkan kondisi ekstrim hampir di seluruh belahan dunia.

 

Segala yang terjadi tak lepas sebagai akibat dari penerapan ideologi kapitalis sekuler yang hanya mementingkan keuntungan materi semata. Tanpa peduli akibat buruk yang ditimbulkan. Kerusakan lingkungan yang secara langsung berakibat buruk pada kehidupan manusia. Keadaan lingkungan yang ekstrim yang terus memburuk tentu akan mengganggu kesehatan masyarakat. Juga berdampak secara ekonomi. Karena mengganggu ketersediaan pangan masyarakat.

 

Siklus kerusakan yang terjadi hanya dibiarkan begitu saja. Tanpa ada kebijakan positif yang berusaha menolong keadaan masyarakat. Negara selayaknya mempunyai kebijakan untuk mengatasi kekeringan akut yang disebabkan keadaan fisiologis suatu wilayah. Negara pun seharusnya mempunyai kebijakan untuk mengurangi dampak siklus iklim yang ekstrim. Demi keselamatan seluruh rakyatnya. Namun semua ini mustahil diterapkan selama sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme barat yang sekuler.

 

Perubahan iklim yang ekstrim tak bisa dilepaskan dari laju deforestasi yang sangat cepat. Sistem ekonomi kapitalistik melegalkan segala bentuk eksploitasi lingkungan yang tak terkendali. Sistem ini pun “mengizinkan” pembangunan yang berlebihan tanpa mengindahkan dampaknya bagi lingkungan. Dengan pembukaan dan pembebasan lahan yang luas. Tentu saja, semua ini berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Konsep ini pun diperparah lagi dengan program liberalisasi sumberdaya alam. Sistem ekonomi kapitalisme melegalkan pengelolaan sumberdaya air oleh pihak swasta. Akibatnya, terjadi eksploitasi mata air oleh para pebisnis air minun kemasan. Wajar saja, saat banyak orang tak mampu mengakses air bersih untuk kebutuhan sanitasi dan kebutuhan air setiap hari.

 

Kekeringan ini pun terus berulang setiap musim kemarau datang. Dan musim kemarau yang terjadi memiliki siklus yang lebih parah. Lebih lama dan cuaca yang ditimbulkan pun lebih kering.

 

Krisis air bersih hanya dapat dihentikan dengan mengembalikan fungsi alam sesuai dengan fitrahnya. Mengembalikan pengaturan alam dan lingkungan dengan pengaturan sistem Islam yang amanah menjaga lingkungan. Demi kelestariannya. Demi memenuhi seluruh kepentingan manusia di bumi. Sistem Islam inilah satu-satunya sistem yang menetapkan bahwa setiap sumberdaya alam yang dimiliki suatu wilayah, wajib dikelola dan diatur regulasinya oleh negara. Agar dapat terjaga fungsinya.

 

Hanya sistem Islam yang menyajikan solusi sistemis di setiap masalah kehidupan. Sistem Islam dalam wadah institusi khas, yaitu Khilafah Islamiyah. Khilafah akan mengembalikan fungsi hutan secara umum. Fungsi hutan sebagai penjaga kestabilan ekologi dan hidrologi. Demikian pula dengan sumber mata air yang tersebar di seluruh wilayah. Khilafah menetapkan pengelolaan sumber mata air wajib diurus oleh negara dan diperuntukkan demi memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat secara luas. Tanpa ada pungutan biaya yang mahal. Sehingga krisis air pun dapat terhindarkan karena amanah dan adilnya pengurusan.

 

Hutan, danau dan lautan secara umum adalah milik seluruh umat. Dan seluruh pengelolaannya wajib dikelola negara dengan adil dan bijaksana. Mengacu pada seluruh kebutuhan masyarakat.

Rasulullah SAW. bersabda,

Kaum muslimin berserikat dalam 3 perkara, yaitu padang rumput (hutan), air dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

 

Sehingga tak dibenarkan, kepemilikan sumber air, hutan dan sumber energi lainnya diprivatisasi oleh individu, lembaga swasta, ataupun asing. Seluruh rakyat berhak atas pemanfaatan sumberdaya yang amanah. Agar optimal termanfaatkan merata untuk semua rakyat. Negara pun tak berhak memberikan hak konsesi lahan, hutan, dan sumber air lainnya. Negara wajib hadir sebagai pihak yang menjaga sumberdaya alam serta mengelolanya dengan amanah.

 

Semua konsep amanah yang adil dan bijaksana hanya dapat terwujud dalam sistem Islam. Karena pengaturan berdasarkan syariat Islam adalah satu-satunya pengaturan yang amanah. Yang mengutamakan seluruh kepentingan rakyat. Demi penjagaan seluruh nyawa umat.

 

Wallahu a’lam bisshowwab.

Artikel Lainnya

Menyambut Ancaman Kekeringan Indonesia, Sudah Siapkah Kita?

Musim kemarau mulai menyapa Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi potensi bencana kekeringan pada musim kemarau.  Dilansir dari laman Republika.co.id (7/6/2023), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, fenomena El Nino semakin menguat dan ditambah adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan di Indonesia.

Kajian: Tanya Jawab Akar Sampai Daun

Mengkaji Islam merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan bagi setiap kaum muslim. Dari forum kajian seorang muslim bisa belajar hukum dan aturan yang telah Allah Swt. turunkan sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Seperti halnya agenda rutin yang diadakan sebulan sekali oleh para muslimah di Pakem, Sleman, DIY.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *