Stunting Mengiris Hati, Islam Harapan Negeri

Kasus stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi, masih menjadi perhatian pemerintah. Sebab, kasus ini selalu ada di setiap provinsi Indonesia. Meskipun pemerintah mengklaim telah ada penurunan prosentase stunting dari 24,4% menjadi 21,6% masalah stunting tetap harus diselesaikan sejak dini.

Tahun lalu, sejumlah usaha untuk mengatasi stunting telah dilakukan pemerintah. Mulai dari pembagian telor ayam rebus, biskuit dan susu hingga menggandeng mitra swasta dan asing. Semua hal ini dilakukan terkait dengan penyediaan nutrisi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Stunting bukanlah permasalahan temporal yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Ini merupakan perpanjangan masalah dari tidak ratanya pendistribusian pangan di tengah masyarakat. Ini juga merupakan dampak dari besarnya garis kemiskinan yang ada di dalam negeri.

Padahal, negara Indonesia adalah negeri yang terkenal akan kekayaan pangan yang ada. Tanah yang subur, iklim yang mendukung merupakan faktor utama negeri ini dapat ditanami aneka jenis tanaman yang bisa menjadi sumber pangan masyarakat. Sayangnya, kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib petani menjadi salah satu penyebab petani Indonesia enggan menanam kembali.

Ya, petani saat ini banyak yang enggan menanam kembali. Mahalnya biaya pemupukan dan perawatan dan turunnya harga jual kerap kali menjadi alasan petani merugi. Apalagi petani selalu mendapatkan tawaran menggiurkan dari para kapitalis yang ingin membeli tanah mereka untuk dijadikan industri kerap menghantui pikiran petani. Bahkan saat panen raya tiba pun, pemerintah kerap kali melakukan impor pangan meskipun petani mampu menyediakan stok pangan nasional.

Tingginya angka kemiskinan karena himpitan ekonomi juga menjadi penyebab sulitnya masyarakat memenuhi gizi keluarga. Jangankan makan makanan yang bergizi, hari ini bisa makan saja sudah bersyukur. Ini karena kebutuhan di luar pangan masyarakat sudah mencapai batas maksimal yang harus mereka penuhi. Kenaikan harga BBM saja telah membuat efek domino di semua kenaikan barang dan jasa. Tidak hanya kenaikan bahan pangan pokok. Walhasil, tak jarang ditemukan orang tua yang meracuni anaknya karena tidak mampu membiayai kebutuhan atau orang tua yang memutuskan mengakhiri hidupnya karena tidak tahan melihat anak istrinya menderita kelaparan.

Jika sudah seperti ini, lantas siapakah yang paling bertanggung jawab? Permasalahan stunting, kemiskinan, krisis pangan, dll sejatinya merupakan buah dari penerapan sistem sekularisme. Di mana semua aturan kehidupan tidak didasarkan kepada aturan Allah, Tuhan Semesta Alam. Sehingga aturan yang dihasilkan dari pemikiran manusia yang lemah hanya akan menimbulkan permasalahan, pertentangan, perselisihan dan kesengsaraan hidup manusia.

Sistem sekularisme yang merupakan akidah dasar dari ideologi kapitalisme telah menafikan peran negara di dalam kepengurusan rakyat. Sebab ideologi ini menjadikan materialisme sebagai standar perbuatan manusia termasuk negara. Negara yang mengemban ideologi kapitalisme tidak mampu menjadi negara yang berdaulat karena segala kebijakan yang ditetapkan tidak dilakukan secara independen. Melainkan dipengaruhi oleh para kapitalis yang masuk ke dalam negeri melalui program investasi, utang luar negeri, kerja sama multilateral, dll.

Oleh karena itu, perlu adanya perubahan sistemik di dalam tatanan kehidupan. Yaitu dengan cara mencampakkan sistem buatan manusia dan beralih kepada sistem buatan Allah Yang Maha Menciptakan dan Mengatur. Sistem itu ada pada sistem Islam. Islam merupakan satu-satunya agama sekaligus ideologi yang tegak atas dasar keimanan kepada Allah Swt. Melalui risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, Islam hadir sebagai solusi atas segala permasalahan hidup manusia.

Ini telah dibuktikan dengan penerapan sistem Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah saw saat beliau saw mendirikan Daulah Islam di Madinah. Rasulullah saw sebagai nabi sekaligus pemimpin negara telah mengajarkan kewajiban seorang kepala negara dalam mengurusi semua urusan rakyatnya. Sebagaimana sabda beliau saw, “Imam (kepala megara) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Rasulullah saw juga mengajarkan betapa pentingnya institusi negara sebagai penerap sistem Islam. Negara Islam wajib memberikan kemudahan kepada semua warga negara agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Termasuk dalam pemenuhan gizi anak. Negara Islam akan memberikan peluang kerja kepada semua pencari nafkah khususnya laki-laki. Negara Islam akan melakukan distribusi pangan dengan baik dan menjaga ketahanan pangan. Negara Islam akan mendukung para petani agar tetap bisa berproduksi memenuhi kebutuhan pangan nasional. Negara Islam juga akan mengelola kekayaan alam yang ada untuk kemaslahatan rakyat.

Keberadaan sistem Islam dalam negara Islam merupakan sebuah kewajiban yang bersifat fardhu kifayah di mana semua umat Islam harus berusaha menegakkannya. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208 akan perintah untuk menerapkan Islam secara keseluruhan. Begitu juga dengan surat Ali Imran ayat 110 bahwasanya umat Islam adalah umat terbaik yang senantiasa mengajak kepada kebaikan yakni Islam dan mencegah kepada yang munkar yakni yang bukan berasal dari Islam.

Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *