Ilusi Nasionalisme Pemersatu Bangsa

 

Sobat, piala dunia masih terus menggema. Piala dunia ini merupakan kompetisi olahraga terbesar yang dikatakan mampu menjadi pemersatu antar bangsa. Keberadaan negara-negara yang turut berlaga menyuarakan seruan nasionalisme dari ungkapan dukungan kepada negara mereka. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa nasionalisme merupakan pemersatu bangsa. Benarkah demikian?

 

Sobat, tahukah kalian kalau nasionalisme merupakan ikatan yang muncul dari naluri manusia. Yaitu naluri mempertahankan diri atau gharizah baqa‘. Naluri ini pada dasarnya juga muncul di kawanan hewan yang biasanya hidup dalam bergerombol. Ikatan nasionalisme sejatinya merupakan ikatan yang lemah karena tidak dapat mengikat manusia antara yang satu dengan yang lain. Kok bisa?

 

Sobat, ikatan nasionalisme memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut. Pertama, ikatan ini muncul dari naluri yang hanya bereaksi ketika naluri itu disinggung atau diusik. Seperti yang terjadi dalam kawasan hewan, mereka akan melakukan upaya perlindungan ketika kawanan mereka diusik oleh hewan lain yang berada di luar kawasan mereka.

Kedua, ikatan nasionalisme sifatnya juga emosional. Artinya ikatan ini akan muncul ketika suatu bangsa merasa tersulut emosinya. Jika tidak, maka ikatan ini tidak otomatis muncul.

Ketiga, ikatan ini bersifat temporal. Yaitu muncul sewaktu-waktu saja. Tidak selalu muncul di setiap aktifitas.

Keempat, ikatan ini tidak menjadi pengikat antar manusia yang baik karena tidak mencakup seluruh aturan di dalam segala aspek kehidupan.

 

Sobat, bagi umat Islam, ikatan nasionalisme justru membawa dampak buruk bagi ukhuwah islamiah. Sebab, ikatan ini membuat muslim menjadi terbagi-bagi dan tersekat dengan batas wilayah dan kepentingan di dalam suatu negara.

 

Sehingga, ketika muslim di satu daerah sedang mendapatkan perlakuan yang tidak baik, maka muslim lain yang berada di luar negara tersebut tidak dapat serta merta membantunya. Oleh karena ada batas teritorial dan aturan tertentu yang diberlakukan bagi warga negara di luar negara tersebut. Lihat saja nasib muslim Palestina, muslim Rohingya, muslim Uighur, dan muslim lainnya yang hingga kini masih mendapatkan pengusiran, penganiayaan dan yang lainnya. Mereka sulit terbebas dari hal itu karena muslim lainnya masih berada dalam ikatan nasionalisme. Sehingga ikatan ini menjadi penghalang bagi ukhuwah islamiah.

 

Oleh karena itu, ikatan nasionalisme sesungguhnya tidak layak dijadikan ikatan diantara manusia. Mengingat ikatan ini juga tidak lahir dari akidah ruhiyah tertentu. Berbeda dengan ukhuwah islamiah yang berasal dari ikatan akidah Islam yang mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Wallahu a’lam bishawab.

 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *