Mental Illness? No Way!

 

 

Hai Sobat, apakah kalian pernah cemas, stres, insecure atau yang lainnya? Sepertinya hampir semua orang pernah mengalaminya. Namun, apakah kalian dapat mengelola gejolak gangguan kesehatan mental tersebut? Hem, mungkin sebagian orang belum bisa mengelolanya. Kenapa? Karena di luar sana masih saja ditemukan kasus bunuh diri akibat tidak bisa mengelola kesehatan mentalnya.

Sobat, gangguan kesehatan mental yang biasa dikenal mental illness sebenarnya dapat dicegah dan diatasi. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan melihat akar masalahnya.

Sobat, himpitan kehidupan yang semakin sulit memang menyebabkan seseorang mudah mengalami stres. Kebutuhan pokok yang harganya terus melangit, sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, marak terjadinya kasus kekerasan atau bullying, dan lain sebagainya merupakan gambaran sebagian masalah yang menimpa masyarakat saat ini. Termasuk di kalangan remaja.

Bahkan sebagian remaja atau pemuda ada yang mengalami gangguan kesehatan mental karena urusan percintaan, masalah idola, tak dapat membeli sesuatu atau hal lain. Hingga sebagian remaja tersebut melakukan bunuh diri. Astaghfirullahal ‘adzim. Kalau sudah seperti itu, lantas bagaimana solusinya?

Sobat, perlu diketahui bersama bahwa kesulitan hidup yang dirasakan saat ini tak lepas dari kebijakan sistem yang ada. Benarkah? Coba sobat pikirkan bersama. Kenaikan kebutuhan bahan pokok terjadi karena pengaturan sistem ekonomi suatu negeri.

Begitu juga dengan adanya pergaulan bebas, tindak kekerasan atau bullying, narkoba dal yang lainnya maka hal itu tak lepas dari sistem sosial yang ada. Sama halnya dengan maraknya kasus korupsi, pencurian, kejahatan yang lainnya juga dipengaruhi dari sistem hukum yang ada.

Nah, semua sistem itu bermuara kepada aqidah atau keyakinan yang satu yaitu sekularisme. Apakah itu? Yaitu suatu pandangan hidup yang menjadikan aturan agama terpisah dari kehidupan. Maksudnya, agama hanya boleh mengatur ibadah spiritual belaka. Sedangkan untuk urusan dunia seperti urusan ekonomi, pendidikan, hukum, sosial dan yang lainnya menggunakan aturan buatan manusia sendiri.

Terus apa dampak dari sekularisme? Yang pasti karena agama tidak boleh ikut campur maka manusia boleh membuat aturan semau akalnya. Padahal sepintar-pintarnya akal manusia, ia tidak dapat mengetahui hal yang berada dibalik penginderaannya.

Selain itu, aturan yang berasal dari akal manusia tentu beragam. Isi dari kepala yang satu pasti berbeda dengan isi kepala yang lain. Aturan yang lahir dari akal bisa jadi cocok untuk akal yang lain tapi bisa juga tidak cocok dengan akal yang lain pula.

Walhasil, aturan yang dibuat oleh akal manusia semata akan cenderung menimbulkan perdebatan, perselisihan, pertentangan bahkan kesengsaraan hidup manusia. Apalagi, standar hidup dalam sekularisme adalah untuk mendapatkan keuntungan materi belaka.

Sehingga, bahagia dalam sekularisme adalah ketika seseorang mendapatkan materi atau hal yang diinginkan. Kalau ia tidak mendapatkan hak tersebut ia akan mudah putus asa, patah arah atau terkena gangguan kesehatan mental yakni mental illness. Na’udzubillahi min dzalik.

Oleh karena itu, problematika mental illness sebenarnya kembali kepada akidah yang benar. Yaitu akidah Islam. Kenapa? Karena akidah Islam menyandarkan Allah Swt sebagai Sang Pencipta dan Pengatur segala kehidupan manusia. Hanya Allah Swt saja yang paling tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. Maka, Allah Swt menurunkan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan menurunkan kitab suci alquran sebagai pedoman hidup.

Harapannya, agar manusia dapat menyelesaikan semua permasalahan dengan baik. Sehingga solusi Islam akan dapat memuaskan akal dan menenteramkan hati. So, yuk belajar Islam secara menyeluruh. Sebagaimana firman Allah Swt dalam alquran surat Al Baqarah ayat 208. Allah Swt berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam agama Islam secara keseluruhan. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”.

Belajar Islam, agar sobat tahu bahwa hidup ini terlalu singkat untuk di sia-siakan. Apalagi sekedar mikirin ayang, food, fun, fashion atau mikirin muka glowing. Sungguh sangat disayangkan. Wallahu a’lam bishawab.

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *