Kupang Lontong, Sedapnya, Tolong!

Sidoarjo, salah satu kota kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di kabupaten Malang. Pecahan inilah yang membentuk delta, sehingga Sidoarjo juga dikenal sebagai kota Delta. Penduduknya pun lebih banyak pendatang karena menjadi salah satu kota penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

Sidoarjo berbeda dengan kota kelahiran saya, Banyuwangi yang berudara sejuk karena berada di bawah kaki Gunung Raung dan Ijen. Setiap hari suhu udara di Sidoarjo berkisar antara 21°-35°C lumayan kering dan lembab. Airnya pun lebih banyak payau. Saat pertama menginjakkan kaki di Sidoarjo, Desember 2001, ada satu kuliner khas yang tidak ada di tempat lain. Jika pun ada tak akan sama rasa. Yaitu Kupang Lontong.

Bahan utama yang digunakan adalah kupang putih (Potamocorbula faba H), yaitu hewan laut bertubuh lunak (moluska) semacam kerang berukuran kecil sebesar biji beras. Cara menangkapnya pun unik, nelayan harus masuk ke air laut dan mengeruk lumpur di bawahnya, karena Kupang hidup di dalam lumpur. Kupang yang telah dikupas dan dimasak, ditambahkan lontong dan lentho (gorengan ubi manis yang diparut) kemudian diberi kuah petis dan sedikit perasan jeruk nipis. Untuk menghidangkan biasanya dipadukan dengan sate kerang, serta minuman air kelapa muda.

Masyarakat di sini mempercayai apabila makan lontong kupang sambil minum air kelapa muda yang biasanya disajikan berupa es kepala muda dengan sedikit perasan jeruk, semua penyakit di dalam tubuh bisa hilang dan menjadi sehat. Sebenarnya jika ditinjau dari segi kesehatan, air kelapa mampu menetralisir alergi atau rasa begah di perut akibat makan seafood. Namun kepercayaan tetaplah kepercayaan, tak lekang oleh zaman. Malah menurut saya menjadi pasangan yang sangat pas jika makan Kupang lontong minumnya es kelapa muda.

Setra pengolahan Kupang sangat banyak, terutama di desa Balonggabus, tempat saya tinggal saat ini dan Balongdowo tetangga desa. Ada sungai yang langsung mengarah ke laut, dimana setiap malam nelayan mengambil Kupang. Dan ketika pagi, Kupang di bersihkan oleh para ibu di sepanjang sungai. Kupang tidak bisa dibudidayakan, namun masyaallah, dalam semalam Kupang tumbuh sangat banyak, sehingga setiap hari bisa dipanen.

Olahan Kupang sangat beragam, mulai Kupang Lontong, kerupuk Kupang, Petis Kupang , oseng Kupang dan lainnya. Yang terbanyak adalah Kupang Lontong, bagaimana rasanya, sangatlah nagih! Dengan bumbu uleg yang terdiri dari bawang putih mentah, cabe rawit, gula, garam dan asam Jawa. Setelah halus ditambahkan Petis Kupang, baru diguyur Kupang plus kuahnya, di beri perasan jeruk nipis. Hem, tolong! Nikmat banget.

Dari awal kenal langsung suka bahkan favorit. Sebenarnya ada jenis Kupang yang lain yaitu Kupang merah, rasa lebih gurih harganya pun lebih mahal. Hewan Kupang adalah hewan endemik, yang hanya ada di sekitar pantai Kenjeran Surabaya, Sidoarjo dan Pasuruan. Maka, bisa dimaklumi jika ada di daerah lain, bisa jadi rasanya berbeda. Dan memang lebih puas makan di tempat langsung.

Penjual Kupang Lontong di Sidoarjo cukup banyak, mulai yang dijual sambil jalan dengan bakul di kepala, menggunakan gerobak hingga warung makan. Namun, Kupang Lontong ada semacam sugesti “ilmu tangan” alias beda penjual beda rasa. Maka, meski bumbu dasarnya sama, rasa Kupang bisa berbeda.

Untuk Sidoarjo, menurut saya warung yang paling terkenal, hingga kini sudah turun generasi ke-2 adalah warung Kupang Lontong Pak Misari, berdiri sejak tahun 1993, terletak di Jalan Mojopahit nomor 62 atau berjarak sekitar 2 kilometer dari Alun-alun Sidoarjo. Kedai kecil yang berukuran sekitar 3×4 meter ini, selalu ramai pengunjung. Tak jarang mereka sampai rela berdiri untuk antre. Memang gak nyaman sih, karena makan harus cepat, dikarenakan tempatnya yang kecil dan antrean yang mengular, terlebih jika weekend dan jam makan siang.

Seporsi lontong kupang Pak Misari, dihargai Rp10.000, sedangkan sate kerang dan es kelapa muda masing-masing seharga Rp5.000 saja. Selain harganya murah meriah, rasanya lezat menggoda, pengunjung akan disuguhi dengan aksi pak Misari meracik bumbu, tak ada asisten, semua dikerjakan sendiri. Terlihat sangat terampil, setiap piring satu racikan. Dan ini bisa jadi yang nagih. Karena diuleg dengan cinta.

Tak lengkap jika datang ke Sidoarjo tak coba icip Kupang Lontongnya. Meskipun ada kuliner lain yang khas di Sidoarjo seperti Bandeng Presto, Bandeng Asap, Otak-Otak Bandeng, Kothok Asem, Klepon, Ote-Ote Potong dan lainnya, Kupang tetap istimewa. Nantikan cerita kuliner menarik lainnya, lantas apa kuliner istimewa di daerahmu?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *