Namanya Raya

SuaraNetizenIndonesia_ Raya, bocah kecil asal Sukabumi, Jawa Barat, akhirnya meninggal dunia pada 22-7-2025. Di perutnya ditemukan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang biasa hidup di tanah. Diduga kuat, telur cacing tertelan. Larvanya terbawa aliran darah ke organ internal termasuk paru-paru dan otak, hingga Raya tak sadarkan diri. (Detik.com, 20-8-2025)
Raya kecil tinggal di rumah panggung dengan kandang ayam di bawahnya. Kedua orang tuanya tak mampu mengasuh dan membesarkannya. Sang ayah sakit-sakitan dan ibunya ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Relawan sosial Rumah Teduh menemukannya dalam kondisi pingsan dan membawanya ke IGD RSUD Syamsudin sejak 13 Juli.
Rumahnya berdiri di lahan rawan longsor dengan sanitasi yang tidak layak. Tanpa wc, sirkulasi udara yang minim, serta berdekatan dengan kandang ternak, menambah berat kondisi kehidupannya sehari-hari. Dialah Raya, yang tak sanggup bertahan dalam kondisi semacam ini.
Kapitalisme Abai
Sungguh kasus yang sulit dipercaya menyaksikan seorang manusia kecil meregang nyawa dengan tubuh penuh cacing. Beranda media sosial sontak dibanjiri duka, menyaksikan kelalaian negara menjaga balita ini dari serangan parasit. Bayangkan jika itu terjadi pada anak kita. Bukan sekadar masalah cacing yang hidup di dalam tubuh kecil ini, namun sinyal kuat tentang betapa rapuhnya penjagaan negara terhadap generasi.
Mungkin Raya tak sendiri. Ada banyak anak-anak bangsa yang telantar tanpa pengasuhan yang benar, yang terangkat media. Tak cukup hanya keluarga, perlu penjagaan masyarakat hingga ke tataran negara. Sayangnya negeri yang mengemban kapitalisme, tak mampu mengakomodir kebutuhan rakyatnya.
Secara sistemik kerusakan telah menjalar dan berkelindan dalam kehidupan. Tidak dari perangkat desa, layanan kesehatan di tingkat terendah, dan tetangga sekitar tempat tinggalnya, yang segera menolong keluarga Raya. Akibatnya keluarga ini sendirian menanggung beban hidupnya.
Edukasi yang tidak memadai, sehingga tak dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta kemiskinan, membuat keluarga ini sulit menemukan jalan ke luar. Tak hanya itu, tembok birokrasi pun menghadang Raya, sehingga petugas medis tak segera menangani. Sungguh miris kehidupan masyarakat di negeri ini. Tidak hanya sulit memenuhi kebutuhan pokoknya, akses kepada kesehatan pun tak mampu dijangkau.
Islam Melindungi
Dalam Islam, penguasa adalah pengatur (ra’in) dan perisai (junnah). Maka khalifah bertanggung jawab mengelola urusan umat berdasarkan Islam. Amanah kepemimpinan mewajibkannya menjamin seluruh hak warga, hingga tercapai kesejahteraan bagi setiap individu.
Ayah Raya yang sakit-sakitan, tak mampu mencari nafkah. Maka bagi keluarga yang miskin, akan dipenuhi negara dari pos zakat di baitul mal. Kebutuhan akan rumah yang sehat dan bersih, pun akan dipenuhi oleh negara agar anak-anak dapat tumbuh dengan baik. Termasuk kedua orang tuanya, yang seharusnya mendapat bantuan medis.
Begitu pula pengasuhan (hadhanah) dapat berpindah menelusuri jalur ibu, jika sang bunda tak mampu membesarkan Raya dengan benar. Pun dapat diambil alih negara, bila tak terdapat seorangpun dari jalur tersebut, yang bisa melakukannya.
Setiap anak di negeri Khilafah berada dalam tanggung jawab negara, termasuk Raya. Seluruh kebutuhan pokok individu dan komunal menjadi tanggung jawab khalifah.
Ada syurthah dan qadi (polisi dan petugas pengadilan) yang akan berkeliling setiap saat memantau kehidupan masyarakat, memastikan hukum Allah tegak di sana. Para penguasa wilayah pun akan diminta pertanggungjawabannya oleh Khalifah. Sebaliknya masyarakat, melalui majelis umat, diminta pula masukannya tentang kinerja penguasa.
Orang sakit segera tertangani, orang miskin segera disantuni. Sehingga kemungkaran akibat kelalaian penguasa dapat segera dihentikan. Sayangnya Raya, tak sempat berteduh di dalam naungan Islam. Allahumma ahyanaa bil Islam. [SNI]
Komentar