Rajab, Momentum Persatuan Umat Islam

Suara Netizen Indonesia–Bulan Rajab adalah salah satu bulan mulia bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Makna Rajab secara bahasa yaitu mengagungkan, menghormati, mengokohkan atau menguatkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kemuliaan bulan Rajab juga telah disebutkan dalam kalam Allah SWT. yang artinya,“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa”. (TQS. At-Taubah :36).

 

Keempat bulan haram yang disebutkan yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Rajab adalah pintu pembuka bulan-bulan mulia. Rajab disebut juga bulan menanam berbagai amal kebaikan mulai dari yang sifatnya individu dengan memperbanyak ibadah hingga amalan-amalan yang berdampak dan bisa dirasakan kaum muslimin di seluruh dunia.

Baca juga: 

Tes Kehamilan, Sesat Pikir untuk Generasi

 

Ada berbagai peristiwa penting yang terjadi di bulan istimewa ini. Bulan bersejarah ini merupakan bulan dibebaskannya Baitul Maqdis untuk pertama kali pada tahun ke-15 H (637 M). Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab ra, Baitul Maqdis saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi.

 

Dalam perang Yarmuk, pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Al Jarrah ra berhasil mengalahkan dan mengepung tentara Romawi di Baitul Maqdis. Pada akhirnya Pendeta Sophronius sebagai pemimpin Kristen Baitul Maqdis menyerahkan kunci kota tersebut kepada Khalifah Umar.

 

Khalifah Umar kemudian menjamin keamanan dan kebebasan beragama bagi penduduk non muslim di Baitul Maqdis sebagaimana tercantum dalam Piagam Umar ( Al Baladuri, Futuh Al Buldaan hal 44). Namun pada tahun 1099 M, Baitul Maqdis jatuh ke tangan Tentara Salib di bawah pimpinan Paus Urbanus II.

 

Kemudian Baitul Maqdis kembali ke pangkuan kaum muslimin setelah dibebaskan oleh Salahuddin Al Ayyubi pada Jumat, 27 Rajab 583 H atau bertepatan dengan 2 Oktober 1187 M. Baitul Maqdis merupakan kota di wilayah Palestina, Tepi Barat dan Jalur Gaza yang hari ini diklaim sebagai wilayah negara Yahudi.

 

Pada bulan istimewa ini keimanan kaum muslim juga diuji dengan peristiwa Isra Mi’raj. Yaitu perjalanan Rasulullah SAW. dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina kemudian naik ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu semalam saja mampu mengguncang umat Islam saat itu.

 

Peristiwa ini digunakan oleh kafir Quraisy Mekah dan kaum munafik untuk menghembuskan keragu-raguan di kalangan umat muslim bahwa apa yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW sebagai suatu kebohongan besar. Sehingga banyak dari kalangan umat Islam tidak percaya dan tidak bisa menerima peristiwa tersebut.

 

Kecuali Abu Bakar ra, bagaimana seorang Abu Bakar langsung meyakini dengan penuh keimanan bahwa apapun yang disampaikan oleh sahabat tercinta sekaligus utusan Allah SWT, itu adalah suatu kebenaran. Hal ini menyadarkan kaum muslimin bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj adalah merupakan ujian keimanan.

 

Allah SWT telah memperlihatkan kebesaran dan mukjizatNya kepada Nabi SAW yang mereka imani. Dalam peristiwa ini Allah telah menurunkan perintah salat secara langsung kepada Rasulullah agar dilaksanakan oleh umat Islam. Setelah peristiwa ini, Rasulullah diangkat sebagai seorang pemimpin yang mulai menyebarkan keagungan dan kemuliaan Islam ke seluruh dunia.

 

Namun pada bulan ini pula, umat Islam ditimpa musibah besar dengan keruntuhan Daulah Khilafah pada 28 Rajab 104 tahun yang lalu. Ini mengakibatkan terpecahnya wilayah Islam menjadi 56 negara kecil yang lemah dan terjajah. Perpecahan pun terjadi, berbagai kezaliman dan kejahatan merajalela.

 

Baca juga: 

Sulitnya Bertahan Hidup, PMI Jadi Pilihan

 

Keterpurukan dan kemunduran juga dirasakan umat ini dengan tiadanya Daulah Khilafah. Hilanglah junah atau perisai kaum muslimin. Berbagai pengkhianatan terhadap Islam terus dilakukan para penguasa negeri-negeri Islam. Hari ini para penguasa itu menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi.

 

Mereka mengakui dan berdiam diri atas tindakan Yahudi yang menguasai Baitul Maqdis yang berada di wilayah Palestina. Padahal entitas ini tak segan menumpahkan darah, memorak-porandakan rumah dan fasilitas umum. Sebut saja penguasa Mesir Yordania Uni Emirat Arab Bahrain Maroko bahkan Sudan tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kesengsaraan umat muslim di Palestina.

 

Bukan hanya Palestina saja yang mengalami kesengsaraan dahsyat, sebutlah Pakistan yang diam menyaksikan Kasmir dianeksasi kaum musyrik Hindu India. Atau Rohingya dibantai di Myanmar sementara penguasa Bangladesh diam seribu bahasa. Atau membisunya negeri-negeri Islam saat rezim Cina melakukan pembantaian atas muslim Uighur di wilayah Turkistan Timur.

 

Oleh sebab itulah persatuan umat Islam di seluruh penjuru dunia dalam institusi Daulah Khilafah merupakan perkara agung yang wajib disegerakan. Dalam satu kepemimpinan seorang imam atau khalifah, umat Islam kembali memiliki perisai untuk melindungi dari berbagai bentuk kezaliman yang menyakitkan dan menyengsarakan.

 

Di bawah komando seorang Khalifah segala bentuk agresi atas kaum muslim dilawan dengan “tajamnya pedang” dan “pukulan dahsyat” yaitu jihad fisabilillah. Bukan hanya sekedar diplomasi semu atau gencatan senjata yang selalu dikhianati oleh para musuh Islam.

 

Dalam satu kepemimpinan Islam, akan menghilangkan sekat nasionalisme yang selama ini membelenggu dan memecah belah kaum muslimin, menghapus para penguasa boneka yang merupakan antek-antek Barat dan para pengkhianat yang menodai Islam.

Baca juga:

Bagi-Bagi Bansos, Demi Kebutuhan Warga atau Raihan Suara?

 

Rajab adalah momentum awal bersatunya kaum muslimin. Dengan spirit Rajab, Kekhilafahan yang runtuh ditegakkan lagi dan Baitul Maqdis kembali ke pangkuan kaum muslimin dengan ruh jihad seperti yang dilakukan para Panglima Islam terdahulu.

 

Menghapuskan kesengsaraan dan kezaliman, mengokohkan ukhuwah diantara kaum muslimin dan Islam kembali memimpin dunia. Menebarkan rahmat yang akan dirasakan oleh seluruh makhluk tanpa kecuali. Wallahu’alam. [SNI].

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *