Mengapa Dunia Islam Lemah Bela Palestina?
Suara Netizen Indonesia–Israel terus melancarkan serangan dahsyat di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Serbuan tanpa jeda Israel telah menewaskan hampir 43.400 orang dan membuat wilayah itu hampir tidak dapat dihuni (republika.co.id, 6-11-2024).
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Palestina, Francesca Albanese mengatakan bahwa apa yang terjadi di Jalur Gaza motifnya tidak relevan jika dikatakan perang tetapi genosida. Hal ini karena niat atau tekad Israel untuk menghancurkan sangat jelas dan tidak terbantahkan.
Begitu jelas juga keterlibatan negara-negara lain. Banyak cara yang dilakukan Israel untuk menghancurkan warga Palestina di Gaza. Menciptakan kondisi kehidupan yang tidak dapat berkelanjutan dan tidak manusiawi adalah yang paling kompleks dan kejam.
Baca juga:
Pengangguran Butuh Pekerjaan Bukan Pernikahan
Pernyataan Francesca muncul setelah Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan harian untuk Gaza menjadi terendah dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Rata-rata hanya 30 truk yang masuk setiap hari pada Oktober, jumlah tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan 2 juta orang yang kelaparan dan sakit dan hanya mewakili 6 persen pasokan yang diizinkan masuk ke Gaza sebelum Oktober 2023.
Israel menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di daerah kantong yang diblokade tersebut. Namun apa kata dunia, terutama dunia muslim? Tak ada secuit pun kata-kata yang menggalang persatuan hakiki agar saudara seakidah di Palestina terbebas.
Lemahnya Literasi Terkait Palestina Jadi Sebab Lemahnya Pembelaan Kaum Muslim?
Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) Nur Ikhwan Abadi mengajak umat Islam untuk mengetahui lebih dalam tentang Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsa agar lebih peduli kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza di tengah gempuran Israel.
Ajakan ini disampaikan Nur Ikhwan pada saat pembukaan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) dengan tema “Urgensi Literasi dan Edukasi Untuk Pembebasan Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa”di Aula Al-Hamra Institut Tazkia, Sentul, Bogor, Senin (4/11). Menurut Nur Ikhwan, semua orang beranggapan umat Islam seolah tak berdaya membantu saudara di Palestina, hal itu karena rendahnya literasi, sehingga mereka tak paham Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsa begitu penting bagi kaum muslim.
AWG adalah lembaga yang dibentuk untuk mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin dalam pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina yang didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Konferensi Internasional Al-Aqsha di Wisma ANTARA pada 21 Agustus 2008 di Jakarta.
Palestina Membutuhkan Bantuan Nyata
Ada benarnya juga pendapat Nur Ikhwan, bahwa kaum muslim tak lagi paham urgensitas kedua masjid mulia di tanah Palestina itu. Apalagi persoalan akar adanya genosida di sana. Yang pasti bukan hanya rendah literasi, namun ada sebab yang lebih parah lagi, yaitu ide Nasionalisme. Sebuah ide yang dilatarbelakangi oleh kecintaan akan tanah kelahirannya, dimana mereka tumbuh dan berkembang di sana, sehingga mereka akan berusaha mempertahankan jika ada serangan.
Untuk fakta kaum muslimin pun terpapar ide itu karena setelah runtuhnya khilafah Utsmani pada 3 Maret 1942, seluruh wilayah kekhilafahan dibagi-bagi oleh sekutu. Menjadi jajahan mereka dengan iming-iming dimerdekakan, memiliki bahasa, bendera, lagi kebangsaan sendiri hingga pemerintahan sendiri. Tentu itu tidak seratus persen benar, sebab para penjajah eropa itu tetap mendominasi kekuasaan bahkan mengeksploitasi kekayaan di dalam negeri tersebut.
Baca juga:
Tanpa Syariat, Pengentasan Kemiskinan Hanya Ilusi
Alhasil ” hadiah ” dari penjajah ini melenakan bahkan menciptakan ketergantungan, terkait ratifikasi Kebijakan, akhirnya tidak bisa lepas dari apa yang sudah ditargetkan negara penjajah, dan rela melaksanakan begitu saja karena kebodohan hingga rela menjadi musuh bagi sesama saudara seakidah. Astaghfirullah.
Yang terjadi kemudian, penjajahan Zionis terhadap Palestina masih terus berlangsung, dan terus menelan korban. Diantaranya, anak-anak sekolah tak berdosa pun menjadi target serangan. Rusaknya sekolah-sekolah, banyaknya guru yang syahid membuat anak-anak Palestina tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak, dari sarana prasarana hingga kurikulum yang layak. Sungguh bentuk kekejian yang nyata.
Dunia, terutama dunia muslim tetap tidak memberikan bantuan nyata, padahal kecaman nyata-nyata tak mampu menghilangkan penjajahan itu. Apalagi bantuan kemanusiaan atau gerakan boikot. Sementara AS terus memberikan dukungan kepada Zionis, demi mengalahkan Palestina. Berbagai lembaga kerjasama sesama muslim pun seperti OKI dan lainnya mandul, tak bertaring melerai perang ini.
Para penguasa negeri muslim juga masih tetap mati rasa. Tak tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad membebaskan Palestina. Makin nyata pengkhianatan mereka terhadap muslim Palestina, padahal Rasulullah Saw bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh, umat Islam adalah saudara.
Baca juga:
GSN “Pestanya” nya Para Relawan, Yakin Untuk Rakyat?”
Palestina dan begitu pun negeri-negeri yang lain yang sedang dalam impitan penjajahan adalah persoalan bersama, terutama bagi negara yang berdekatan dengan Palestina, seperti Mesir, Yaman, Irak dan lainnya. Allah SWT. berfirman yang artinya, “Orang-orang kafir itu, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Jika kalian tidak melaksanakan perintah Allah (untuk saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar“. (TQS al-Anfal 8: 73).
Sistem sekuler kapitalisme telah mematikan makna persaudaraan karena iman dan Islam, atau yang disebut ukhuwah Islamiyyah. Kedudukan dan kekuasaan lebih mereka cintai daripada nasib saudaranya. Nasionalisme yang lahir darinya juga telah menghilangkan kepedulian karena ikatan akidah Islam. Mungkin ini pertanda hari akhir, semestinya kita bisa mengambil hikmahnya, mengapa tak bersegera memenuhi seruan Allah dari ayat di atas?
Perlu ada penyadaran umat terkait akar persoalan dan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina. Tidak diterapkannya syariat inilah akar persoalannya, sehingga solusinya kembali kepada syari’at dengan penerapan yang totalitas.
Umat yang sadar dan paham inilah yang kemudian bergerak untuk mendorong penguasa negeri muslim memobilisasi pasukan militer mereka untuk berjihad melawan Zionis penjajahan wilayah muslim dimana saja, tak hanya di Palestina.
Inilah bencana kaum muslim yang terbesar, ketiadaan pelindung umat yaitu Khilafah Islamiyah. Terlebih jihad fi Sabilillah hanya boleh diserukan oleh khalifah, jika ia belum ada wajib bagi kaum muslim mengangkatnya dari generasi umat terbaik. Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar