Jika Bangun Pencitraan Mudah, Mengapa Bangun Negara?

Suara Netizen Indonesia–Pasca diundangnya para influenzer artis Indonesia ke IKN, muncul berbagai kritik masyarakat terkait desain Garuda yang berbeda dengan gambar yang viral di media sosial sebelumnya. Dimana patung Garuda tersebut lebih gagah, dengan kepala mendongak ke atas dan berwarna terang, sementara kini yang terlihat lebih mirip kalong (kelelawar) berwarna hitam, gemuk dengan kepala menunduk.

 

Baca juga: 

Berharap Ada Keadilan Dalam Sistem Demokrasi, Ilusi!

 

Hal ini tidak masuk dalam konten para influenzer itu kecuali hanya acara makan-makan. Entah disengaja atau tidak, yang pasti sudah menjadi polemik dan bulan-bulanan netizen. Termasuk terkait agama sang arsitek. Arsitek Istana Garuda Ibukota Nusantara (IKN), I Nyoman Nuarta mengaku tak mempermasalahkan adanya kritik terhadap rancangannya itu. Namun, dia berharap agar kritik yang diberikan jangan dikaitkan dengan isu agama (Hindu, Bali).

 

Penjelasan I Nyoman Nuarta, hasil desain Istana Garuda IKN memang tak samadengan gedung-gedung lainnya. Agar menunjukkan kewibawaan, bukan mengarah kepada aura mistis. Warna yang terlihat gelap dari Istana karena berbahan kuningan yang akan berubah warna menjadi hijau. Tergantung kelembaban alam yang secara perlahan teroksidasi hingga berubah ke biru toska.

 

Sedang rangka di belakang dari perforated atau plat bolong-bolong dari bahan baja tahan cuaca, warna itu mampu tahan hingga ratusan tahun lamanya. I Wayan kemudian mencontohkan jembatan-jembatan di Amerika terutama yang di Newyork. Sering kali memiliki warna yang serupa dengan yang digunakan terhadap warna Istana Garuda IKN (tempo co, 11/8/2024).

 

Nyoman mengaku bahwa konsep dari desain Istana Garuda murni dari pemikirannya sendiri. Tak ada istilah ATM atau amati tiru dan modifikasi. Kata-kata yang viral dari Sang Desainer, “ Kalau baru bisa bikin ruko, gak usah ngomong “.

 

Infleuncer Ikut ke IKN, Membebani Negara!

 

Bukan IKN jika tak membawa kegaduhan, tentang batalnya 500 relawan ke IKN atas ajakan Presiden Joko Widodo juga menjadi viral, sebab sebelumnya Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga Ketua Umum Relawan Projo, Budi Arie Setiadi menyampaikan Jokowi akan memboyong relawan projo ke IKN pada awal Agustus ini dengan tidak melibatkan pembiayaan APBN samasekali. (tempo.co, 4/8/2024).

 

Soal pembiayaan ini masih berbeda pendapat dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, namun kebatalan rencana ini menurut Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno agar tidak mengganggu persiapan upacara 17 Agustus di IKN. Bagaimana pula dengan diundangnya para influenzer ke IKN?

 

Pasca influencer yang mayoritas selebritas itu antara lain; Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Irwansyah dan Zaskia Sungkar, Ferry Maryadi, Omesh dan Dian Ayu, Gading Marten dan Poppy Sovia, Sintya Marisca, Willie Salim, Meicy Villa, hingga Dian Ayu Lestari.

 

Pada pesohor pengaruh itu diundang Jokowi untuk meresmikan Jembatan Pulau Balang dan meninjau pembangunan jalan tol menuju IKN (tempo.co, 4/8/2024).

 

Sejumlah pengamat politik menilai, kehadiran influencer di IKN pada akhir pekan kemarin tidak begitu diperlukan bahkan tidak ada signifikansi sebagai publik relation. pengamat politik Adi Prayitno, mengatakan, yang harus menjadi prioritas Jokowi adalah bagaimana caranya investor datang ke IKN.

 

Sementara analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menganggap Jokowi mengajak influencer ke IKN hanya untuk memoles citra IKN agar positif. Padahal, pembangunan IKN tahap pertama belum sepenuhnya rampung menjelang akhir jabatan Jokowi. Bisa jadi ini luapan rasa panik presiden menjelang akhir masa kepepimpinannya sehingga mengambil jalan pintas mengundang para influenzer. Lagi-lagi untuk pencitraan membackup opini IKN adalah proyek mangkrak.

Baca juga: 

Nikah Dini Salahnya Dimana?

 

Beda lagi dengan respon Stafsus Presiden, Grace Natalie, pemerintah menurutnya mengajak pesohor ke IKN sebagai satu bentuk keterbukaan pada publik, kedepannya, selain pegiat media sosial, elemen masyarakat lain akan bergantian diundang ke IKN. Seperti pimpinan media, perwakilan tokoh-tokoh masyarakat lokal hingga ormas. Semua itu agar bisa menyaksikan sendiri pembangunan IKN dan menyampaikan informasi yang benar ke komunitasnya masing-masing.

 

Ada yang Salah Sehingga Harus di” Citrakan”

 

Berbagai hal yang terjadi pada IKN, baik undangan maupun kritikan desain menunjukkan pencitraan pemerintah sedemikian masif. Siapapun tahu, proyek raksasa yang akhirnya dibiayai APBN, hanyalah proyek menghambur-hamburkan uang rakyat.

 

Kunjungan ke IKN dengan membawa banyak influencer membebani anggaran negara. Langkah tersebut juga menguatkan pencitraan akan pembangunan IKN yang masih banyak persoalan dan terancam gagal. Yang luput dari liputan para influenzer itu adalah fakta masyarakat adat di sana belum mendapat keadilan samasekali tak disebut. Mereka menampakkan keberhasilan semu, terbukti dari pernyataan Presiden sendiri bahwa proyek IKN adalah proyek jangka panjang bertentangan dengan pernyataan beliau sebelumnya.

 

Baca juga:

Relaksasi Impor, China Rekor Indonesia Tekor

 

Hal ini menggambarkan kebijakan yang dilaksanakan tidak efelktif dan efisien. Demikian pula influenzer yang ikut pun seolah menutup mata atas semua persoalan pembangunan IKN. Pencitraan juga makin nampak ketika kunjungan tidak disertai dengan kunjungan kepada masyarakat terdampak pembangunan IKN.

 

Bukankah Ibukota Negara simbol adanya pemerintahan yang memimpin sebuah rakyat? Lantas, untuk apa dibangun ibukota jika rakyat yang menempati tak digubris samasekali? Bahkan terusir dari tanah kelahirannya?

 

Islam Sistem Sempurna

 

Islam mewajibkan negara menjalankan semua program pembangunan dan pengurusan rakyat dengan efektif dan efisien, termasuk dalam penggunaan anggaran negara. Demikian pula dalam pemilihan pejabat yang berwenang, akan sangat memperhatikan kapabilitas dan kredibilitas serta keimanannya. Tak sekadar omong sana omong sini, umbar janji demi sebuah pencitraan.

 

Di sisi lain, negara menjamin suasana amar makruf nahi munkar pada semua rakyat sehingga semua individu rakyat akan senantiasa melakukan muhasabah lil hukam (mengoreksi penguasa) agar sesuai dengan tuntunan Islam. Demokrasi-kapiltalisme sangat tak jelas terkait hal ini, seringnya siapa pun yang berseberangan dengan rezim pasti dibunuh baik karakter maupun personnya. Padahal, satu saja kebijakan tidak pro rakyat disahkan, maka yang terzalimi adalah seluruh rakyat.

 

Penguasa pun menjalankan peran sebagai pengurus dan pelindung rakyat, cinta pada rakyat dan rakyat pun mencintai pemimpinya. Rasulullah Saw. bersabda, “Pemimpin itu adalah perisai dalam memerangi musuh rakyatnya dan melindungi mereka. Jika pemimpin itu mengajak rakyatnya kepada ketakwaan kepada Allah dan bersikap adil, pemimpin itu bermanfaat bagi rakyat, tetapi jika dia memerintahkan selain itu, pemimpin tsb merupakan musibah bagi rakyatnya.”(HR. Muslim). Wallahualam bissawab. [SNI].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *