HLH Sedunia, Riuh Teori Miskin Solusi

Suara Netizen Indonesia–Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni. Ditetapkan oleh PBB pada tahun 1972. Dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan serta mendorong perhatian dan tindakan politik di tingkat dunia. Berjarak tiga hari sesudahnya, yaitu 8 Juni juga ada peringatan Hari Laut Sedunia.

 

Tahun 2024 peringatan HLH Sedunia fokus pada pemulihan lahan, penggurunan, dan ketahanan terhadap kekeringan sekaligus menetapkan Kerajaan Arab Saudi sebagai tuan rumah even dunia tahun ini. Pemulihan lahan merupakan pilar utama Dekade Pemulihan Ekosistem PBB (2021-2030), dengan seruan untuk perlindungan dan pemulihan ekosistem di seluruh dunia, yang sangat penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (UNEP.org).

 

Dengan embel-embel dunia dan diinisiasi oleh organisasi internasional, seolah menjadi legitimasi jika peringatan ini memang sudah seharusnya ada dan wajib mengisinya dengan berbagai kegiatan sosial seperti aksi membersihkan sampah di bantaran sungai Ciliwung, Kedunghalang, Kota Bogor, Jawa Barat, Ahad (9/6/2024), aksi ini diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor bersama Saung Alkesa bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah di sungai (republika.co.id, 9/6/2024).

 

Di Tanggamus, Lampung, ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) Area Ulubelu bersama-sama dengan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Margo Rukun Bestari melakukan penanaman 1.500 Pohon MPTS (multipurpose tree species) dan seminar rakyat di Pekon Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Lampung (12/6/2024).

 

 Bupati Tanggamus dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanggamus Kiemas Amin Yusfi menyampaikan apresiasi atas upay PGE, dimana ini merupakan upaya dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah dicanangkan oleh PBB (republika.co.id, 27/6/2024).

 

IKN pun tak ketinggalan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim) sekaligus mempromosikan sejumlah titik sebagai destinasi wisata di IKN dan kabupaten/kota sekitarnya. Dan titik nol IKN ditetapkan sebagai lokasi puncak peringatan HLH Sedunia.

 

Apapun yang terjadi, Menteri Siti Nurbaya menegaskan, Presiden RI, menteri, dan jajaran Otorita IKN terus bekerja keras untuk mengaktualisasikan Ibu Kota Nusantara ini. Sebab IKN mengandung tiga hal penting yaitu Pertama, pemerintahan itu sendiri yang menyangkut urusan, kewenangan, prosedur, tata kelola. Kedua, proses pembangunan yang sedang terus dikejar. Ketiga, pembinaan kemasyarakatan.

 

Proses pembangunan IKN menurut Menteri Siti Nurbaya akan seiring dengan program pemulihan lingkungan yang terintegrasi dengan pengembangan wisata. Masih menjadi PR besar bagi IKN , sebab masih menyisakan polemik 2.086 Ha di IKN terkait ganti rugi tanah terdampak milik warga adat, banjir bandang yang sempat melanda wilayah di sekitar IKN dan isu kencang tak ada investor yang benar-benar berinvestasi serius di sana (Republika.co.id, 12/6/2024).

 

Ibarat Riuh Tangkap Teri, Ikan Paus Terlepas

 

Persoalan lingkungan hidup sama dengan bicara tentang ruang hidup manusia. Tentulah butuh kelestarian tanpa ada pengaruh kerusakan, bencana maupun keterbatasan mengakses seluruh potensinya. Indonesia dengan kekayaan alamnya yang membentang dari barat ke timur, Utara hingga selatan sangat mengenaskan sebab tak berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyatnya.

 

Kemiskinan kian ekstrem, jurang si kaya dan si miskin kian dalam, bahkan mereka yang terusir dari tempat tinggal sekaligus tanah kelahirannya jumlahnya kian mengkhawatirkan, baik akibat penggusuran imbas pembangunan proyek strategi nasional maupun bencana alam yang juga akibat proyek eksploitatif dan ekstratif.

 

Di laut nelayan kehilangan ikan dan kian sempitnya teritorial penangkapan ikan akibat pencemaran limbah tambang dan industri. Di darat lahan kian sempit sebab tatakelola kota yang buruk dengan terus menerus memperluas pembukaan lahan untuk pemukiman dan industri atau pun perkebunan. Bukti nyata, IKN sendiri adalah mega proyek nirmanfaat. Apalagi Pulau Rempang yang tersuguh manis untuk pengusaha Cina, sementara rakyat menangis.

 

Segala kekayaan alam Indonesia, hampir semuanya tak memberi manfaat bagi rakyat, padahal amanat UUD 1945 jelas menyebutkan rakyatlah pemilik hakiki. Dengan alasan keterbatasan tenaga ahli, modal dan teknologi, asing lebih diberi porsi daripada rakyat sendiri. Inilah sistem kapitalisme yang keji tega memeras darah rakyat sendiri.

 

Berkelindan mesra dengan sistem demokrasi yang terus menerus memproduksi pemimpin tidak amanah. Padahal amanah adalah jaminan berjalannya pengurusan urusan rakyat kian mudah. Semua aktifitas sosial tak ada salahnya, bahkan perumusan dalam berbagai even internasional itu mubah, namun jika semua masih dalam frame berpikir kapitalisme sampai kapan pun tidak akan mendapatkan jalan keluar lingkungan hidup lebih baik.

 

Penjagaan Lingkungan Hanya Ada Dalam Islam

 

Kapitalisme jelas tak bisa menyelesaikan persoalan lingkungan hidup kecuali hanya mengambil keuntungan bagi segelintir manusia berhati culas. Butuh pemimpin amanah yang jelas hanya bersedia memimpin dengan syariat, bukan sekedar seremonial. Rasulullah Saw bersabda,”Sungguh manusia yang paling Allah cintai pada Hari Kiamat kelak dan paling dekat kedudukannya dengan Dia adalah seorang pemimpin yang adil. Sungguh manusia yang paling Allah benci dan paling keras mendapatkan azab-Nya adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR at-Tirmidzi). Wallahualam bissawab. [SNI].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Menyambut Ancaman Kekeringan Indonesia, Sudah Siapkah Kita?

Musim kemarau mulai menyapa Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi potensi bencana kekeringan pada musim kemarau.  Dilansir dari laman Republika.co.id (7/6/2023), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, fenomena El Nino semakin menguat dan ditambah adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan di Indonesia.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *