Meningkatnya Wabah Demam Berdarah, Perlu Solusi Terarah

SuaraNetizenIndonesia__Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat endemic dengue yang paling tinggi. Pada proyeksi tahun 2024, diperkirakan bahwa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akan meningkat secara signifikan. Karena itu, masyarakat harus bersama-sama mengatasi masalah DBD ini. Dilansir dari Liputan6.com, Jakata dalam waktu satu minggu, jumlah korban meninggal akibat DBD meningkat sebanyak 81 kasus. Pada pekan ke-17 tahun 2024, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa terdapat 621 orang yang meninggal karena penyakit DBD. Pada pekan yang sama tahun lalu, jumlahnya sangat berbeda dengan hanya mencapai angka 209.

Strategi pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD sangat mematikan, apalagi sebagian besar dari mereka yang terinfeksi adalah anak-anak. Tingginya jumlah kasus DBD disebabkan oleh musim penghujan yang memfasilitasi perkembangbiakan jentik nyamuk secara cepat karena banyaknya genangan air yang tidak ditangani dengan baik di sekitar permukiman, seperti saluran air, ban bekas, kaleng, botol, sampah, dan lain sebagainya.

Meski begitu, DBD bisa dihindari dengan tindakan yang tepat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan strategi berikut ini, yang meliputi mengosongkan tempat penampungan air untuk mencegah sarang nyamuk, menutup rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapat masuk dan memanfaatkan kembali barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.

Pada akhirnya, kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan mereka menjadi penyebab utama terjadinya wabah DBD ini. Penting bagi kita untuk memahami urgensi melakukan tindakan pencegahan sejak awal agar kita dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Ini harus dikerjakan Bersama mulai dari keluarga, masyarakat, dan negara secara bersatu padu.

Apa yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus DBD?

Berdasarkan usaha-usaha yang telah dilakukan, mulai dari memberikan informasi mengenai pentingnya melakukan upaya-upaya pencegahan, hingga melakukan pengasapan luas dengan menggunakan insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa. Namun, mengapa jumlah kasus DBD justru terus meningkat?

Ada beberaa faktor yang menyebabkan terus meningkatnya DBD. Awalnya, kondisi tempat tinggal masyarakat sangat mengkhawatirkan. Menurut informasi yang diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sebagian besar penduduk di Indonesia tidak memiliki akses yang memadai terhadap rumah yang layak ditempati. Tidak hanya sulit untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, bahkan tinggal di rumah yang layak juga menjadi hal yang sulit. Selanjutnya, sebagian besar penduduk Indonesia memiliki tingkat penghasilan yang rendah atau dalam kondisi kekurangan ekonomi. Masih ada kesulitan dalam memberikan asupan gizi yang cukup pada anak, meskipun meningkatkan imunitas tubuh merupakan langkah penting dalam penanganan DBD. Sangat disayangkan, bahkan untuk mendapatkan makanan yang cukup saja sulit. Kemudian faktor selanjutnya, kekurangan perlindungan kesehatan yang memadai menjadi salah satu masalah utama. BPJS tidak dapat dianggap sebagai jaminan kesehatan karena pada kenyataannya masyarakat masih diwajibkan untuk membayar premi. Sebagai akibatnya, masih ada banyak warga yang tidak memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan. Selain itu, kompleksitas administrasi BPJS sering menjadi penghalang dalam memenuhi hak kesehatan masyarakat.

Kebijakan ekonomi kapitalistik

Mengingat hal-hal yang telah disebutkan di atas, pencegahan DBD tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan informasi, tetapi juga memerlukan sumber daya finansial. Bagaimana masyarakat bisa mempertahankan kesehatan mereka, memenuhi kebutuhan dasar mereka, menjaga lingkungan mereka dan mengonsumsi makanan yang sehat, jika keadaan ekonomi mereka lemah? Bahkan, sulit bagi mereka untuk membersihkan genangan air, apalagi mendapatkan akses terhadap air bersih. Itulah sebabnya, sekali lagi sumber permasalahan wabah DBD tak bisa dipisahkan dari penerapan kebijakan yang berdasarkan prinsip-prinsip kapitalis. Keterbatasan kebutuhan mendasar rakyat, termasuk tempat tinggal yang layak, menjadi hasil dari penerapan sistem ekonomi kapitalistik. Hal ini terjadi karena pemerintah telah mempercayakan tugas pengadaan perumahan kepada sektor swasta.

Apabila sebuah perusahaan telah berbentuk swasta, fokus utamanya akan beralih ke arah menghasilkan keuntungan, bukan lagi memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Selain itu, kebijakan ekonomi yang lebih condong ke arah kapitalisme semakin memperburuk keadaan ekonomi masyarakat dengan membuat mereka semakin miskin. Kebijakan yang menguntungkan pengusaha telah diberlakukan, seperti kebijakan upah dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja. Dalam kebijakan ini, terdapat formulasi baru yang menyebabkan upah buruh semakin menurun, sementara kebutuhan dasar semakin meningkat. Keadaan ini mengakibatkan masyarakat semakin terisolasi dari makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup.

Demikian juga dengan sistem kesehatan yang berorientasi pada keuntungan, menciptakan situasi di mana hanya sedikit orang yang bisa mengakses layanan kesehatan, meskipun penderita DBD harus segera mendapatkan perawatan untuk menghindari kemungkinan kematian. Fasilitas kesehatan dan jumlah staf kesehatan menjadi berlimpah di kota-kota besar, tetapi kekurangan di desa-desa. Alasan utama dari semua ini adalah, sekali lagi, pemberian tanggung jawab sistem kesehatan kepada sektor swasta.

Islam memiliki solusi terarah

Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam telah mengembangkan berbagai cara yang komprehensif dan juga terarah untuk mengatasi penyebaran wabah. Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab terhadap segala kebutuhan rakyatnya. Segala keperluan penting seperti pakaian, makanan, tempat tinggal, serta layanan kesehatan, keamanan, dan pendidikan akan tersedia untuk semua anggota masyarakatnya.

Sebagai contoh, pengurusan pembangunan perumahan harus dilakukan oleh pemerintah, sedangkan peran swasta diperbolehkan hanya sebagai bantuan demi memastikan bahwa fokus pembangunan adalah memenuhi kebutuhan perumahan warga, bukan tujuan bisnis. Baitulmal negara memiliki kemampuan untuk menunjukkan kekuatannya dalam membangun rumah yang layak bagi semua penduduknya. Sistem kebutuhan gizi juga akan dipenuhi oleh negara, dan semua pria yang mencari nafkah akan dijamin mendapatkan pekerjaan. Jika terdapat kepala keluarga yang tidak mampu mencari penghasilan karena alasan kesehatan atau kecacatan dan jika tidak ada anggota keluarga lain yang dapat memberikan bantuan, maka pemerintah dapat melibatkan diri dalam memberikan bantuan kepada keluarga tersebut.

Sistem kesehatan yang secara langsung dijalankan oleh pemerintah memungkinkan seluruh penduduk dapat merasakan manfaat akses kesehatan. Di segala daerah terdapat penyebaran yang merata dari fasilitas kesehatan dan tenaga medis. Sebagai akibatnya, pengobatan bagi pasien yang menderita DBD akan dapat dilakukan dengan mudah dan secara efisien. Karenanya, apabila kebijakan bertumpu pada kepentingan masyarakat, aspek-aspek fundamental kebutuhan masyarakat seperti kesehatan akan terjamin. Ditambahkan dengan pengajaran bahwa menjaga kesehatan merupakan perintah dari Allah Taala. Mengambil inspirasi dari rasa takut kepada Tuhan, masyarakat dengan mudahnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Inilah kepastian yang ditawarkan oleh Islam untuk sepenuhnya mengatasi wabah. [SNI]

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *