Harga Pangan Naik Menjelang Ramadan, Jangan Dijadikan Tradisi!

Oleh : Yuchyil Firdausi

Beberapa hari lagi Bulan Ramadan tiba. Dengan penuh suka cita kaum muslim menyambut bulan mulia ini. Namun sayang, suka cita dalam menyambut bulan Ramadan ini terpaksa dibarengi dengan kenaikan harga pangan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan mendatang. Dikutip dari cnbcindonesia.com, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengatakan kenaikan harga itu disebabkan permintaan yang meningkat pada bulan Ramadan.

Adapun, beberapa komoditas yang berpotensi naik di antaranya, daging ayam, minyak goreng, dan gula pasir. Dia bilang kenaikan harga-harga komoditas tersebut akan mendorong tingkat inflasi secara umum (cnbcindonesia.com, 01/03/2024). Habibullah juga berkata komoditas pangan lainnya seperti beras juga berpotensi naik dan apabila harga beras naik, maka juga akan mendorong inflasi secara umum.

Seolah menjadi tradisi, menjelang puasa Ramadan, harga-harga pangan menjadi naik. Padahal kenaikan harga pangan ini justru menambah beban hidup masyarakat semakin berat. Hal ini tentu akan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini.

Tentunya ada banyak penyebab kenaikan harga pangan menjelang Ramadan, termasuk di antaranya adalah memanfaatkan semangat bersedekah dan berbagi pada bulan suci ini. Sebagian pihak memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan yang banyak.

Namun di sisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal salih selama bulan Ramadan sehingga berimbas pada naiknya permintaan. Masyarakat melakukan ekses konsumsi akibat dari pola konsumtif. Pola konsumtif akan meningkatkan jumlah permintaan. Ketika barang yang tersedia lebih sedikit daripada permintaan, maka harga akan naik. Kondisi ini semakin diperparah dengan aksi penimbunan bahan pangan oleh oknum tertentu. Akibatnya harga bahan pangan semakin tinggi.

Kenaikan harga pangan ini akan mendorong masyarakat disibukkan untuk terus mencari uang agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Sementara bagi yang memiliki uang, mereka akan sibuk dengan sikap konsumtifnya.

Bulan Ramadan ini hanya ada 1 bulan dalam setahun dan termasuk bulan mulia yang banyak keutamaan dan kekhususan di dalamnya. Bulan ini adalah bulan penuh ampunan, bulan penuh keberkahan, setiap aktivitas ibadahnya bernilai pahala yang berlipat ganda. Oleh karena itu, Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadan dengan memperbanyak amal salih dan beribadah.

Namun, akan berat jika yang menaati hanya di level individu. Oleh karena itu, Islam memerintahkan negara turut andil sebagai pelayan umat yang kehadirannya dapat memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan, fokus mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih rida Allah, dan nyaman menjalankan ibadah puasa.

Dalam hal kebutuhan bahan pangan di tengah masyarakat selama bulan Ramadan, Islam memerintahkan negara untuk melakukan pengawasan pada harga-harga pangan agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Memang tidak bisa dipungkiri jika jumlah permintaan bahan pangan di bulan Ramadan dimungkinkan akan meningkat drastis. Maka di sinilah peran negara yang harus memastikan harga bahan pangan mengikuti mekanisme pasar dan menghilangkan distorsi pasar seperti penimbunan, kartel, mafia, dan sebagainya.

Negara juga bisa melakukan intervensi stok bahan pangan untuk menstabilkan supply dan demand. Dari sinilah maka harga akan terjangkau oleh rakyat dan rakyat tentu akan senang dan tenang sebab kebutuhan pangan mereka akan tercukupi. Sehingga mereka bisa fokus dalam beribadah dan beramal salih.

Negara juga berperan memberikan pendidikan terbaik melalui sistem pendidikan Islam yang diterapkan. Sistem pendidikan Islam akan mencetak generasi-generasi umat yang berkepribadian Islam yakni memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan kepribadian Islam inilah, umat akan memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadan, termasuk pola konsumsinya yang tidak konsumtif. Umat akan terdorong untuk bersegera melakukan kebaikan, memanfaatkan bulan Ramadan sebaik mungkin dengan amalan ibadah.

 

Demikianlah seharusnya peran negara dalam mendukung dan menjamin rakyatnya untuk bisa fokus ibadah dengan tenang di bulan mulia ini, bulan Ramadan.

Wallahua’lam bishowwab.

Artikel Lainnya

Masifnya Tradisi Buruk Kenaikan Harga Menjelang Ramadhan

Seolah sudah tradisi, harga menjelang Ramadhan masif mengalami kenaikan. Akibatnya rakyat kesusahan dalam mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Negara yang seharusnya melakukan upaya antisipasif agar tdk ada gejolak harga dan rakyat mudah mendapatkan kebutuhannya. Di sisi lain, ada pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memonopoli perdagangan barang tertentu. Pemerintah seharusnya menekan serta menstabilisasikan harga pangan guna menjaga inflasi agar tetap kendali.
Fenomena yang terus terjadi ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yg cukup sesuai kebutuhan rakyat.
Berbeda dengan Islam yang memiliki mekanisme yang ampuh sehingga mampu menjaga gejolak harga sehingga harga tetap stabil dan rakyat mampu mendapatkannya. Islam dengan serangkaian hukumnya mampu merealisasikan swasembada pangan dengan menjaga kestabilan harga pangan.
Cara Islam menjaga kestabilan harga yaitu dengan menghilangkan mekanisme pasar yang tidak sesuai dengan syariat Islam . Seperti penimbunan, memonopoli komoditas sehigga mendapatka keuntungan yang besar, praktek curang, intervensi harga, dsb.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *