Demi Eksis, Konten Makin Miris
Oleh: Fahma Miftahun Najah A.
Digitalisasi besar-besaran yang harus dilakukan sebagai dampak dari pandemi COVID 19 membuat dunia per-konten-an tidak lagi menjadi hal yang asing. Kebijakan pembatasan sosial yang hampir dijalani selama kurang lebih dua tahun mau tidak mau membuat kita banyak ‘beralih’ dari dunia nyata menuju dunia maya. Yang paling melejit diantara semua itu adalah dunia hiburan yakni para content creator berkecimpung di dalamnya.
Pekerjaan content creator atau biasa disebut juga sebagai influencer pun makin menjamur. Tidak sedikit yang menjadikan ini sebagai jalan pintas untuk mendapatkan penghasilan yang banyak dalam waktu yang singkat. Semakin banyak follower yang mereka miliki akan semakin banyak pula peluang mereka mendapatkan tawaran endorsement yang berarti makin banyak pula penghasilan yang mereka dapatkan. Iming-iming itulah yang membuat para content creator rela melakukan apapun untuk membuat mereka ‘terlihat’ oleh mata netizen. Beragam konten pun tercipta, mulai yang membuat takjub hingga membuat miris.
Seperti yang terjadi di rumah kontrakan di Desa Cibeber, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (1/3/2023) pukul 21.30 WIB. Seorang wanita berinisial W tewas tergantung ketika ingin membuat konten bunuh diri.
Malam itu, W sudah benar-benar mempersiapkan semua peralatan mulai dari tali hingga kursi untuk bikin konten gantung diri. Ia kemudian memperagakan aksi gantung diri itu kepada temannya yang berada di ujung video call. W menyampaikan rencana untuk meng-upload video tersebut ke media sosial. Nahas, saat memperagakan aksi gantung diri, korban terpeleset dari kursi yang menjadi pijakan kakinya. Melihat kejadian itu, temannya histeris dan berlari mendatangi rumah kontrakan korban. (Kompas.com, 04/03/2023)
Atau konten mandi lumpur yang dilakukan oleh Sultan Akhyar. Konten ini sempat menuai kecaman netizen. Konten ini awalnya hanya melibatkan anak muda saja tapi sekarang justru talentnya beralih menjadi orang tua. Mereka dibiarkan kedinginan di ruang terbuka dengan terus menerus mengguyur tubuhnya dengan air. (magdalene.co, 06/02/2023)
Ketika Eksis Tidak Punya Jalan Persis
Setiap manusia diciptakan dengan dua potensi, kebutuhan jasmani dan naluri. Kebutuhan jasmani adalah apa yang harus dipenuhi agar dapat bertahan hidup, seperti makan, minum, buang air, dan sebagainya. Sementara itu, naluri adalah apa yang apabila tidak dipenuhi tidak akan menimbulkan kematian, hanya kegelisahan. Naluri terbagi menjadi tiga, naluri mempertahankan diri, naluri mengagungkan dan naluri berkasih sayang.
Dalam permasalahan ini, jelaslah naluri untuk mempertahankan diri mengambil peran. Untuk mempertahankan dirinya di tengah kehidupan sosial, manusia akan terus berusaha menunjukkan eksistensinya. Sampai di sini, jelas bahwa keinginan untuk eksis bukanlah kesalahan. Cara memenuhinya lah yang menentukan benar atau salahnya.
Namun, anak-anak muda ini, dengan dalih kebebasan, jalan menuju kata ‘eksis’ tidak memiliki standar yang pasti. Sebuah konten yang tidak bermanfaat dapat dianggap hasil kreativitas. Konten yang berbahaya dapat membuat sosok content creator-nya dianggap pemberani. Content creator yang dapat menarik perhatian viewers, tak peduli baik atau buruk kontennya itu bahkan diundang ke layar lebar.
Seharusnya kita lebih bijak lagi memilah dan memilih konten mana yang harus kita dukung. Apakah konten itu bermanfaat bagi kita atau hanya hiburan sementara yang bahkan membahayakan si pembuat konten. Jangan malah memberi panggung yang lebih lebar untuk mereka. Kita tidak pernah tahu konten yang terlihat sepele itu mungkin berdampak besar pada kondisi moral generasi penerus bangsa. Dukungan kecil kita mungkin akan semakin menginspirasi pembuat konten atau bahkan menginspirasi orang lain untuk membuat konten miris lainnya.
Islam Antar Eksis Menuju Kreatif
Disadari atau tidak, hal ini tidak akan terjadi apabila agama diikutsertakan dalam setiap segmen kehidupan. Namun hal itu tidak terjadi pada sistem yang kita jalankan saat ini. Mereka meneriakkan kata kebebasan yang layaknya fatamorgana. Yang apabila dibiarkan tidak terkontrol, justru dapat mengundang lebih banyak masalah.
Islam membina setiap individu masyarakat untuk memiliki benteng aqidah yang kuat. Berlandaskan pada ketaqwaan pada Allah SWT, prinsip amar ma’ruf nahi munkar akan tercermin pada kepribadiannya. Seseorang dengan bekal prinsip ini tentu tidak akan membuat sesuatu yang tidak bermanfaat bagi sekitarnya apalagi yang jelas melanggar aturan Allah SWT.
Islam juga lah yang memaksimalkan naluri setiap manusia. Keinginan untuk eksis diarahkan pada sesuatu yang positif. Setiap orang akan dibina melalui sistem pendidikan yang memaksimalkan setiap potensi para muridnya. Memberikan jalan kepada mereka agar dapat eksis sesuai dengan keahliannya dan menghasilkan karya yang positif. Sehingga lahirlah seorang Al-Khawarizimi yang eksis di bidang matematika, Ibnu Sina dengan para follower tenaga medisnya, Ibnu Khaldun sebagai influencer bidang ekonomi dan masih banyak lagi.
Islam juga lah yang akan menyediakan lingkungan hidup yang nyaman bagi masyarakat. Terpenuhinya kebutuhan pokok tidak akan ‘memaksa’ rakyatnya untuk membuat konten-konten miris untuk meraup pundi-pundi uang. Sebaliknya, Islam akan mendukung penuh kehidupan rakyat dengan berbagai fasilitas baik pendidikan, kesehatan dan lain-lain secara cuma-cuma.
Dengan demikian hanya Islam lah yang mampu mengantarkan manusia menjadi sebaik-baiknya ciptaan. Keinginan untuk eksis tidak dihilangkan, namun diarahkan menuju sesuatu yang positif. Seseorang dengan kepribadian Islam akan malu jika membuat konten yang tidak bermanfaat hanya untuk harta. Dengan aturan yang sempurna, Islam ikut terjun mendukung setiap individunya untuk memiliki semangat menjadi bermanfaat bagi sekitarnya. []
Komentar