Joko Anak Petualang

Joko adalah anak seorang petani. Ia suka pergi ke sawah dan sungai. Ia juga suka menjelajahi alam sekitar rumahnya. Biasanya ia selalu mengajak teman-temannya untuk serta menjelajahi alam di dampingi kakaknya Tio.

“Mas Tio, besok anterin Joko ke bendungan ya Mas,” kata Tio kepada kakaknya.

“Lho, dek. Jangan. Kata Bapak, di bendungan itu berbahaya,” jawab mas Tio.

Joko berpikir kemana ia harus lagi menjelajah. Ketika ia sedang berpikir, mas Tio mengusulkan pendapatnya.

“Bagaimana kalau Joko ke peternakan Pak Heru saja. Nanti biar Mas Tio yang bilang ke Bapak,” kata mas Tio.

Joko pun mengangguk. Wajahnya senang karena besok ia akan ke peternakan pak Heru.

Esok harinya, Joko sudah siap berangkat ke peternakan pak Heru bersama mas Tio. Bekal makan dan minum, sepatu boots, topi serta sarung tangan sudah ada di dalam tas Joko. Semua itu sangat berguna untuk keperluan Joko di peternakan ayam milik pak Heru.

Ya, hari ini, Joko akan membantu pak Heru, tetangga depan Joko untuk memanen telur ayam. Joko sudah tak sabar. Sesampainya di tempat peternakan, pak Heru memberikan arahan agar Joko dan mas Tio bisa mengambil telur ayam dengan aman.

“Jadi Joko, kalau kita mau ambil telor ayam, ayamnya di kasih makan dulu. Nanti saat ayamnya makan, telornya baru kita ambil,” kata pak Heru.

Joko memperhatikan dengan saksama semua arahan pak Heru. Ia tidak ingin tangannya kena patuk ayam meskipun ia sudah memakai sarung tangan.

Dengan hati-hati, setelah Heru memberikan makan ayam-ayam betina yang telah bertelur, Heru segera berpindah ke bagian belakang kandang ayam pak Heru. Joko dan mas Tio mengambil satu persatu telur ayam dan memasukkannya ke dalam keranjang yang sudah disiapkan pak Heru.

Bau tahu ayam sangat menyengat. Membuat Joko ingin muntah karena tak tahan dengan baunya. Telur ayam yang diambil Heru, juga tak jarang tertempel tahi ayam pak Heru. Kepala Joko rasanya mulai pusing. Mas Tio lalu mengajak Joko untuk segera keluar dari kandang ayam yang seluas rumah Joko itu.

“Gimana Joko? Seru enggak kegiatan hari ini?” tanya mas Tio.

“Seru banget, mas Tio. Ternyata enggak gampang ya ngambil telor ayam langsung dari kandangnya. Enakan langsung makan,” kata Joko.

“Makanya, kita harus bersyukur kepada Allah dan berterima kasih ke Bunda, yang telah membantu kita agar kita bisa makan telor ayam dengan mudah,” kata mas Tio.

Joko pun mengangguk. Ia kini tak akan rewel ketika bunda memasakkan makanan untuknya. Ia juga bersyukur, petulangan hari ini bisa menambah wawasan dan pengalaman baru yang jarang didapatkan oleh teman-temannya.

Artikel Lainnya

Pupuk Sulit Dicari, Petani Gigit Jari

Satgassus Antikorupsi Polri mengungkapkan berdasarkan temuan pengalaman petani di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat juga NTT, mereka harus menempuh jarak sekitar 80 km untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Saat memantau pendistribusian pupuk bersubsidi di NTT pada 18-22 Juni 2024. Berdasarkan temuan tersebut, tim tersebut merekomendasikan agar Kementerian Pertanian menetapkan dalam petunjuk teknis (juknis ) jarak maksimal antar kios petani. Satgasus juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan BUMDes dan Koperasi Desa (KUD) sebagai kios yang lokasinya dekat dengan lokasi petani. (Berita Satu, 23 Juni 2024)

Dikutip dari laman Muslimah News, OPINI “Tujuannya ingin menyediakan subsidi, tapi tidak bisa menjadi solusi. Meski ingin membantu petani, tapi malah membuat mereka gigit jari. Akses terhadap pupuk bersubsidi masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Sulit sekali petani harus berjuang untuk mendapatkannya.

Seluruh rangkaian permasalahan itu karena sistem dan kebijakan penguasa yang masih berorientasi pada ideologi kapitalisme. Negara belum serius meriayah sektor pertanian. Berbeda dengan sistem kepemimpinan & kepemerintahan Islam (Khilafah) yang meninjau pentingnya sektor pertanian bagi ketahanan pangan, Khilafah akan berusaha meriayah dengan cara menerapkan berbagai mekanisme untuk membantu usaha dan kehidupan petani agar lebih sejahtera. Pertama, kemandirian bahan baku pupuk. kedua, Negara mendorong semua orang untuk bersekolah menjadi ahli di bidangnya termasuk bertani. Ketiga, negara mendistribusikan pupuk secara merata. Keempat, negara mengakui kondisi lahan mati yang layak dipulihkan melalui pertanian. Bagi pemilik tanah yang menelantarkan tanahnya dalam jangka waktu 3 tahun.

Sehingga bisa dilihat bagaimana rincinya sistem kepemerintahan dalam Islam yaitu khilafah yang sangat memperhatikan pada sektor pertanian, karena sektor ini merupakan sumber pangan negara. Ketahanan pangan akan terjamin & terwujud jika negara menerapkan sistem Khilafah yang dimana bisa menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Tata Kelola Pertanian untuk Ketahanan Pangan

Persoalan pupuk sejatinya hanya persoalan cabang yang berakar pada sistem tata kelola pertanian yang buruk yaitu kapitalisme no liberal, mengakibatkan minimnya kepemilikan lahan, keterbatasan modal, lemahnya penguasaan teknologi, hingga lemahnya posisi tawar dalam penjualan hasil panen. Sejatinya kalau sistemnya buruk harus diganti, Islam hadir dengan pengaturan yang benar, khususnya dalam bidang pertanian, bagaimana pengaturannya, yuk kita simak tulisan berikut!

Kelangkaan Pupuk, bukan Problem Baru

Kelangkaan pupuk bersubsidi bukan hal baru dan bukan problem baru, namun sudah sering terjadi ibarat kaset yang diputar berulang-ulang, hingga menjadikan putus asa para petani. Istilah kasarnya “petani tidak akan untung, bila masuk dalam kandang dengan aturan main binatang”. Petani justru akan dibuat pusing, mencari alternatif dengan pupuk-pupuk seadanya, untuk menutupi kebutuhannya.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *