Ilham Pemimpin Bijaksana
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” ucap Ilham saat salam selesai memimpin salat dhuha.
Semua jamaah kelas dua pun mengikuti salam. Ilham dan semua makmum bersama-sama membaca doa selesai salat dhuha. Setelah salat, semuanya bersalaman dan masuk ke kelas.
“Ustazah Ina, kenapa Ilham lagi yang jadi imam?” tanya Rio
“Karena, kemarin selama di sekolah, Ilham tertib dan tidak berkelahi,” jawab ustazah Ina.
“Terus kapan Rio jadi imam?” ucap Rio memelas.
“Kalau hari ini Rio mau setor hafalan, menulis dan tidak berkelahi, besok Rio boleh jadi imam,” jawab ustazah Ina.
Rio pun mengangguk. Benar saja. Hari itu, Rio berubah menjadi anak yang penurut dan tenang. Ia mau setoran hafalan, menulis, mengerjakan tugas sekolah dan tidak berkelahi dengan temannya. Ia ingin merasakan menjadi imam salat esok saat salat duha tiba.
Keesokan harinya, Rio diberi kesempatan oleh ustazah Ina untuk menjadi imam salat duha. Sayangnya, saat rakaat pertama, ia terlalu gugup saat menjadi imam dan tak sengaja membuang angin yang membuat dirinya batal.
Karena suaranya cukup keras, ada sebagian teman Rio yang menjadi makmum tertawa mendengarnya. Karena sudah batal, Rio pun langsung meninggalkan tempat imam dan pergi mengambil wudhu.
Saat Rio pergi ke kamar mandi, terdengar suara seseorang takbir. Ternyata itu adalah suara Ilham yang menjadi makmum Rio tepat dibelakang Rio.
Ilham rupanya telah menggantikan posisi Rio untuk menjadi imam. Setelah wudhu, Rio pun salah duha di barisan belakang makmun dan menambah satu rakaat salat karena ia batal saat menjadi imam.
Rio menyadari bahwa menjadi imam itu tidaklah mudah. Ia harus siap. Siap hati, pikiran dan juga ilmunya. Jika tidak siap, maka imam bisa mudah gugup dan batal ketika salat.
Setelah salat duha, Ilham mendatangi Rio.
“Rio, besok kamu jadi imam salat lagi, ya,” begitu kata Ilham.
Rio pun kaget. Ia terus bertanya, “Kenapa harus aku lagi yang jadi imam? Aku tadi kan batal?”
Ilham tersenyum dan memegang pundak kiri Rio sambil berkata, “Iya, kata ustazah Ina, karena tadi kamu batal, maka besok kamu harus jadi imam lagi. Sampai kamu bisa jadi imam yang tuntas dalam satu kali salat”.
Rio sangat senang. Ternyata, Ilham adalah pemimpin yang bijaksana. Ilham bukan hanya menjadi ketua kelas di kelas Rio. Ia juga pandai menghafal Al-Qur’an dan sangat sopan. Ilham tak suka berkelahi dengan temannya. Rio pun salut dengan kebaikan Ilham yang sudah mendukungnya untuk menjadi imam kembali.
“Terima kasih ya Ilham. Tolong untuk jadi imam besok, aku dibantu ya. Aku masih gugup. Sampai tadi, aku batal karena terlalu gugup,” kata Rio.
Ilham pun mengajak Rio mengobrol di kantin sekolah. Setelah bel istirahat berbunyi. Ilham bercerita bahwa menjadi imam salat harus dibiasakan di rumah. Ilham sering menjadi imam untuk adik-adiknya di rumah. Ilham juga selalu salat lima waktu tanpa bolong.
Mendengar cerita Ilham, Rio merasa malu. Karena, selama ini, ia masih salat bolong-bolong belum lima waktu. Rio akhirnya bertekad akan tertib salat meskipun ia masih kelas dua SD. Rio juga bersyukur punya teman seperti Ilham yang selalu mengajaknya kepada kebaikan.
Komentar