Ilusi dalam Pendidikan Vokasi

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi

Siapa yang tak ingin sejahtera? Semua orang pasti ingin sejahtera. Apalagi zaman sekarang semua serba susah. Mau makan susah, semua serba mahal. Mau sekolah susah, sekolah Tinggi yang bagus juga mahal. Mau kerja pun susah, lapangan pekerjaan sedikit yang daftar banyakan.

Pendidikan Vokasi jadi Solusi?

Pendidikan Vokasi digembar gemborkan akan menjadi solusi juga peluang bagi masalah pengangguran. Para lulusan pendidikan Vokasi dianggap sudah memiliki keahlian khusus sehingga biasanya diserap langsung oleh industri tertentu. Bukan seperti lulusan lain yang dianggap belum memiliki keahlian khusus, mereka biasanya diserap oleh perusahaan alih daya atau outsourcing.

Dengan pemahaman seperti ini, pendidikan Vokasi dianggap bisa menjadi solusi wasilah menuju kesejahteraan rakyat. Karena dunia kerja mudah menyerap tenaga para lulusannya. Mereka pun jadi bisa produktif secara finansial.

Fakta di lapangan menyatakan pendidikan Vokasi kini diarahkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Hasilnya, jenis jurusan yang ada disesuaikan dengan permintaan industri. Sebagai dukungan dari pemerintah, ada intensif super tax deduction hingga 200 persen bagi perusahaan yang mengijinkan kegiatan Vokasi di perusahaannya.

Dengan kata lain, pendidikan Vokasi disetting menghasilkan pekerja bagi berbagai industri.

Membawa Kesejahteraan

Dalam sistem kapitalisme saat ini, materi jadi standar utama berbagai ukuran. Termasuk ukuran kesejahteraan. Oleh karena itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebut akan ada kenaikan UMP (upah minimum provinsi) dan UMK (upah minimum kota/Kabupaten) 2023. Persentase kenaikan ini akan disesuaikan dengan inflasi yang terjadi.

Bak angin segar, enak didengar walau rakyat harus kembali sadar akan kenyataan. Banyak pihak yang menyatakan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang gelap dan kelam. Ini karena resesi diramalkan akan terjadi tahun depan di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Gelombang PHK mengintai dimana-mana.

Sebelumnya sudah terjadi PHK dari beberapa perusahaan start up di Indonesia. Industri tekstil juga diisukan akan melakukan PHK. Perusahaan perangkat medis Belanda, Philips juga akan melakukan PHK sebanyak 5 persen tenaga kerjanya atau sekitar 4.000 karyawan.

Dengan begini harapan sejahtera semakin sulit untuk digapai. Bak pungguk yang merindukan bulan.

Ilusi Sejahtera

Opini yang digembar gemborkan tentang pendidikan Vokasi nyatanya hanya ilusi mendatangkan kesejahteraan. Ini karena negara dalam sistem saat ini hanya sebagai regulator, bukan pengurus rakyatnya. Hal ini bisa dilihat dengan bagaimana pemerintah menjembatani antara pendidikan dan pengusaha untuk harapan kesejahteraan.

Pemerintah menyerahkan kewajiban memenuhi kebutuhan rakyat, menyejahterakan rakyat, pada perusahaan. Tentu perusahaan yang memang berorientasi profit, enggan dibebani tanggungjawab ini. Sehingga lahirlah win win solution. Pemerintah tetap dianggap mengurusi rakyat dan perusahaan tetap bisa mendapatkan untung materi.

Wajar jika kita saksikan banyak kebijakan yang lebih pro terhadap para penguasa dibandingkan rakyatnya. Mengingat pengusaha pun memiliki andil akan jabatan yang dimiliki penguasa sekarang.

Islam Solusi Kesejahteraan

Berbeda dengan kapitalisme, dalam Islam ada aturan yang rinci tentang hal ini. Allah memberikan kewajiban kepada negara untuk mengurusi seluruh urusan rakyatnya, memenuhi seluruh kebutuhannya per individu. Inilah definisi sejahtera dalam Islam, yakni saat semua kebutuhan kita terpenuhi.

Kebutuhan disini diantaranya sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan juga keamanan. Bagaimana Islam memenuhi semua kebutuhan ini? Dalam Islam, ada kas baitul mal dari pos pemasukan yang banyak. Secara garis besar ada 3 pos dalam islam, yaitu zakat, kas negara dan kas umum.

Bagi pos zakat, sudah jelas peruntukannya hanya bagi 8 golongan. Sementara pos negara berasal dari kharaj, jizyah, ghanimah, fai, dll. Terakhir pos umum berasal dari sumber daya alam yang dimiliki umat, seperti sumber mata air, sumber energi, pertambangan, padang rumput, akan dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan pada rakyat untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Dengan jaminan pemenuhan kebutuhan dari negara rakyat tak usah stress lagi. Rakyat bisa fokus beribadah, belajar, juga bermanfaat bagi rakyat banyak.

Jika tidak mampu, maka mereka termasuk 8 golongan yang diberikan zakat. Kebutuhan akan dipenuhi dari pemberian zakat ini. Dengan demikian, perlahan mereka akan bisa berjuang menjadi sejahtera dan membayar zakat.

Inilah sempurnanya sistem yang datang dari Allah, sistem Islam. Yang sudah pernah diterapkan selama berabad lamanya. Tinta sejarah pun menuliskan kegemilangan penerapannya. Wallahua’lam bish shawab.

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *