Komunikasi di Era Kejayaan Islam

 

 

Komunikasi jarak jauh sempat terganggu beberapa saat, pada Selasa siang (25/10/2022) ketika WhatsApp down. Kondisi tersebut menjadikannya trending di twitter. Tak berapa lama, layanan WhatsApp bagi pengguna di Indonesia berangsur pulih kembali mulai pukul 15:51 WIB.

 

Berdasarkan pantauan KompasTekno, WhatsApp down terjadi sekitar pukul 14.10 WIB, baik untuk percakapan personal maupun grup. Situs navigasi platform Down Detector menunjukkan laporan WhatsApp error meningkat pada pukul 13.56 sebanyak 299 laporan. 

 

Ternyata tidak hanya di Indonesia, pantauan situs Downdetector, juga terjadi di Amerika Serikat (AS), Kanada, sebagian Eropa seperti di Italia, Inggris, serta di Asia seperti India, Malaysia, Jepang, dan Filipina.

 

Pengguna tak kurang akal, mereka akhirnya mulai mencari alternatif media komunikasi pengganti, jika nantinya whatsApp akan tumbang lagi. Maka telegram, Line, Viber, MiChat, WeChat, Signal, pun mulai dilirik netizen. Lalu bagaimana moda komunikasi di masa kejayaan Islam dahulu? Apakah menggunakan kendaraan seperti unta dan kuda, atau melalui burung merpati?

 

Sejarah Islam mencatat peristiwa menakjubkan di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ketika mengirimkan dua pasukan besar pada tahun ke 14 H. Keduanya menempuh perjalanan berbeda. Pasukan pertama futuhat ke wilayah Syam yang masih menjadi bagian Romawi, dan pasukan lainnya futuhat ke wilayah Persia.

 

Meski khalifah tetap berada di Madinah dan tidak menyertai kedua pasukan tadi, namun ia dapat memerintahkan pasukan yang menuju Persia agar berbalik ke arah Syam, untuk membantu pasukan yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah, yang sedang terdesak.

 

Berbagai spekulasi yang muncul disampaikan ahli sejarah, sebab jarak Syam dan Persia sangat jauh dari Madinah. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan dengan mengendarai kuda. Komunikasi tercepat kala itu, hanya melalui merpati pos.

 

Namun melalui sumber yang berbeda dikisahkan bahwa setiap hari Amirul Mukminin menunggu kabar dua pasukan tersebut di perbatasan Madinah. Beliau menanyakan adakah kabar dari dua peperangan tadi, pada musafir-musafir yang melintas.

 

Begitu pula halnya terdapat spekulasi tentang adanya karamah yang dimiliki Umar bin Khaththab. Sebagaimana al-Baihaqi dan Abu Nuaim dalam Dala’ilun Nubuwwah dan al-Khatib dalam perawi Malik meriwayatkan dari Nafi’ dari ibnu Umar, ia berkisah bahwa Umar pernah mengirim pasukan yang dipimpin Sariyah. Ketika sedang berkhutbah, Umar tiba-tiba berteriak, “Hai Sariyyah, ke gunung, ke gunung, ke gunung!”

 

Satu bulan kemudian, utusan pasukan menemui Umar dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, ketika kami terdesak, mendadak kami mendengar teriakan yang memerintahkan agar kami ke gunung. Perintah itu kami dengar tiga kali, maka kami mundur ke gunung hingga Allah hancurkan pasukan musuh.”

 

Ibnu Umar berkata kepada Umar, “Sesungguhnya engkaulah yang meneriakkan kata-kata itu. Sementara gunung tempat Sariyyah berada adalah di Nawahand, sebuah negeri di luar Arab.”

______________________

 

Tentu sulit jika komunikasi jarak jauh kita mengandalkan karamah seperti halnya Khalifah Umar. Maka pada tahun 1400 H, Ahmad al-Qalqasyandi dalam kitabnya ‘Subh al-a’sya’ menuliskan tentang teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang berupa bentuk pemampatan terkode untuk memperbesar kapasitas kanal.

 

Meski belum ada radio dan internet, akan tetapi dasar analisis frekuensi untuk kompresi data dalam komunikasi modern telah ditemukan. Bahkan jauh sebelum itu ibn al-Haytsam (Alhazen) pada tahun 1021 M telah menulis buku tentang teori cahaya yang menjadi dasar pelajaran gelombang elektro magnetik.

 

Dari sini mulai dihasilkan berbagai media komunikasi sebagaimana yang kita gunakan sekarang. Inilah negara bermartabat yang mencetak banyak ilmuwan dengan hasil temuannya yang digunakan untuk kemaslahatan umat.

 

Ketakwaan yang menjadi dasar keberlangsungan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak hanya melahirkan manusia yang menjadi umat terbaik, pun menghasilkan teknologi tepat guna yang menunjang penyebaran dakwah, agar Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Kuntum khoiru ummah, ukhrijat linnasi.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *