Potensi Hakiki Pemuda Terdiktrasi Kapitalisme

Suara Netizen Indonesia–Miss Jawa Timur sudah terpilih. Ajang pengembangan diri dan kecantikan regional bergengsi ini sukses digelar 13 Desember 2025 di Ballroom Suites Hotel Surabaya.

 

Kontes ini diklaim bukan sekadar adu kecantikan fisik, melainkan wadah seleksi regional bagi perempuan-perempuan inspiratif yang akan membawa nama Jawa Timur ke tingkat nasional. Mengusung visi beauty with a purpose, diharapkan para pemenang menjadi duta daerah yang akan mempromosikan potensi pariwisata, budaya, hingga industri kreatif Jawa Timur, sehingga mampu menginspirasi masyarakat luas melalui advokasi dan program kerja yang nyata.

 

Uniknya, pengumuman pemenang dari berbagai katagorinya ditentukan melalui sistem voting digital yang transparan dan akuntabel menggunakan platform Kreen Indonesia. Salah satu platform resmi dukungan online di Indonesia baik untuk penjualan tiket online maupun voting digital real-time untuk berbagai ajang kompetisi khususnya ajang pageant, pemilihan publik, dan penghargaan nasional maupun internasional (media.kreenconnect.com, 26-12-2025).

 

Potensi Hakiki Pemuda Terdiktrasi Kapitalisme

 

Sidoarjo, khususnya warga Kecamatan Buduran begitu bersukaria, salah satu kader Karang Taruna Village Desa Damarsi, Khurrotul Lutfiyah, sekaligus mahasiswi Program Studi (Prodi) Bisnis Digital Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), berhasil menjadi 2nd Runner-up Miss Jawa Timur 2025 (maklumat.id, 28-12-2025).

 

Kemenangan Lutfiyah dianggap sebuah prestasi yang membanggakan. Sebab selain berhasil melalui serangkaian tahapan seleksi yang ketat juga membuktikan suksesnya pembinaan dan pengembangan potensi generasi muda melalui wadah karang taruna.

 

Maygi Angga, salah satu aktivis pembina pemuda mengatakan, capaian tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya, terutama pemuda-pwmudi Desa Damarsi untuk terus mengembangkan potensi diri. Berani bermimpi, berprestasi, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat serta daerah.

 

Sungguh kedangkalan berpikir jika mengatakan menjadi pemenang di ajang kompetesi kecantikan ini adalah sebuah prestasi. Yang pasti tak cantik tak akan menang, penghargaan manusia hanya didasarkan fisik dan apakah cantik adalah sebuah prestasi? Bukankah bentuk fisik adalah ciptaan Allah yang manusia tak bisa memilihnya?

 

Dan apakah disebut prestasi jika secara sadar ia telah menghilangkan Identitas muslimahnya sementara ia tercatat sebagai mahasiswa aktif di sebuah perguruan tinggi Islam? Dan apakah fair jika pemenang ajang ini bukan semata ditentukan oleh penilaian juri tapi juga kecanggihan digital, voting terbuka secara online yang lebih rentan menggunakan logika algoritma. Yang bebas nilai terutama agama. Penilaian juri sendiri sulit dianggap murni menilai bakat semata, pasti akan ada muatan nilai ekonomis, apakah peserta punya nilai jual terutama dari fisik. Mengingat ia akan menjadi duta, mempromosikan berbagai dagangan dan program.

 

Inilah kemenangan semu dalam sebuah kompetisi yang menguras energi untuk sesuatu yang amat berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Potensi akal, waktu, jasmani yang dikaruniakan Allah semestinya bisa dioptimalkan untuk dakwah di jalan Allah, kini tergadai pada penilaian manusia dalam Sistem Kapitalisme.

 

Islam jelas hanya dimaknai ibadah ritual semata, bukan pengatur hidup sekaligus cara pandang manusia. Halal haram bukan lagi standar. Padahal Allah jelas berfirman yang artinya, “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS Al-Maidah:50). Hukum manusia yang hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan jasadiyah tanpa memikirkan akhirat, jelas bukan pilihan terbaik bagi seorang muslim. Sukses dan bahagia hanya diukur dari seberapa banyak perolehan materi, sanjungan, status dan jabatan. 

 

Hasil akhir yang dianggap sebagai reward, sejatinya semakin meneguhkan pemuda menjadi pekerja Kapitalisme. Hanya berfokus pada ekonomi, tak peduli standarnya halal atau haram. Selagi bisa menghasilkan uang maka akan dikerjakan bagaimana pun caranya. Iming-imingnya selalu untuk kesejahteraan, namun jika ditelisik, akar persoalan masyarakat mengapa belum sejahtera itu yang belum tersentuh. Gelar duta-dutaan hanyalah lips servis pemerintah yang belum terbukti keberhasilannya.

 

Lebih jauh, ajang kompetesi bagus-bagusan wajah dan “ prestasi” ini sangat berbahaya, sebab menjauhkan pemuda dari potensi hakikinya yaitu agen perubahan. Bukankah pemuda juga hamba Allah yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain sepanjang ia mengaku seorang muslim? Yaitu tunduk, patuh dan terikat dengan hukum Allah.

 

Sekulerisme yang menjadi asas Kapitalisme seharusnya menjadi musuh bersama, kemudian menggantinya dengan syariat Islam yang pasti lebih membawa maslahat kepada rakyat. Sekulerisme juga sukses membina generasi muda hanya fokus pada pencapaian diri sesuai apa kata media sosial. Mereka telah kehilangan profil pemuda luar biasa yang begitu gagah berani membela Islam.

 

Kita bisa melihat bagaimana sejarah menceritakan seorang pemuda Mushab bin Umair yang mendapatkan julukan duta Islam pertama yang berhasil menyatukan suku Aus dan Khazraj di Madinah sekaligus menyiapkan kota itu sebagai cikal bakal negara Islam pertama. Hanya dalam tempo satu tahun sejak ia diutus Rasûlullâh untuk mengikuti rombongan dari Madinah yang telah melakukan baiat Aqobah pertama, yaitu baiat taat.

 

Mushab bin Umair, seorang pemuda suku Quraisy di Mekah terlahir dari keluarga kaya. Tak hanya tampan, lembut tutur kata, namun juga selalu berpakaian indah, dilayani banyak pelayan bahkan ayah ibunya, rela memberikan seluruh hartanya kepada Mushab ketika tahu Mushab justru syahadat di hadapan Rasûlullâh dan menyatakan Islam. Semangat mudanya, mengalahkan kondisinya yang pas-pasan sejak diusir ibunya. Bajunya penuh tambalan, makanannya sangat sederhana, namun retorikanya dan dakwahnya kepada Islam sangat luar biasa.

 

Sa’ad bi Mu’adz, pemimpin Suku Auz adalah seorang yang tegas dan keras, mampu melunak ketika mendapatkan penjelasan Mushab tentang Islam, tak berapa lama ia pun bersyahadat dan mengajak seluruh kaumnya untuk masuk Islam. Sejak itu, Islam berkembang pesat dan memberikan Rahmat bagi seluruh alam. Kita pun boleh menikmati rahmat itu dengan mengenal dan memeluk Islam. Semua karena dakwah yang dilakukan para sahabat Rasûlullâh baik yang muda maupun yang tua.

 

Islam Mengukuhkan Potensi Agen Perubahan

Sungguh, berbagai even kontes dan yang semisal sesungguhnya bentuk usaha kaum kafir memerangi Islam, bukan lagi dengan senjata sebagaimana saat Perang Dunia Ke II yang menghabisi Khilafah Utsmaniyah di Turki tanggal 3 Maret 1942. Dengan merusak pemikiran dan mengubah cara pandang terhadap kehidupan, namun efeknya lebih mengerikan, sebab pemikiran generasi muslim hari ini benar-benar terdiktrasi, mereka hanya berputar pada upaya mengunggulkan sesuatu yang mengikuti pemikiran barat. Kecantikan wajah, kemolekan tubuh, dan jiwa sosial yang ingin eksis menjadi komoditas penghasil uang.

 

Maka, dalam Islam, ajang kontes kecantikan tidak diperbolehkan sebab haram. Islam memuliakan perempuan dengan melarangnya tabaruj, bercampur-baur, bahkan mencari maisyah ( penghasilan) hanya dengan kecantikannya. Sejahtera bukan didelegasikan kepada individu, tapi negara, dengan mewajibkannya menjamin pemenuhan semua kebutuhan pokok mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan.

 

Negara mengurusi jaminan itu tanpa melibatkan asing apalagi investor. Melainkan dari pengelolaan berbagai kekayaan alam yang menjadi harta milik umum( energi, minyak, gas, batu bara, tambang dan lainnya), harta milik negara ( jizyah, kharaj, fa’i dan lainnya) dan zakat. Para pemuda inilah kelak yang didorong untuk berkontribusi kepada negara sesuai kemampuan dan keilmuannya.

 

Generasi cemerlang yang didukung dengan pendidikan berbasis akidah. Menjadi garda terdepan amar makruf nahi mungkar kepada penguasa jika terjadi pelanggaran hukum syara. Menggandeng masyarakat untuk bahu membahu menjaga Islam, sehingga negeri Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur terwujud. Wallahualam bissawab. [SNI].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *