Pelucutan Gaza Bukti Kemunduran Ikatan Ukhuwah Islamiah

 

Oleh Arini Faiza
Pegiat Literasi

Sejak 7 Oktober 2023 seluruh mata dunia tertuju pada Palestina. Genosida dan penindasan terus dilakukan oleh Zionis tanpa ada satu negara pun yang mampu menghentikannya. Yang lebih mengejutkan, untuk pertama kalinya Mesir, Yordania, Turki, Qatar dan Arab Saudi serta negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim mengutuk serangan Hamas ke Israel. Bersama dengan negara-negara Uni Eropa mereka menandatangani deklarasi yang menuntut Hamas untuk melucuti senjatanya dan membebaskan sandera, serta menyerahkan kekuasaannya atas Gaza kepada Otoritas Palestina.

Perubahan sikap yang signifikan negara-negara Arab terhadap militan yang telah menguasai Gaza sejak 2007 tersebut disampaikan dalam konferensi PBB di New York, Amerika Serikat pada Selasa (29/7/2025). Pada saat yang bersamaan, Perancis, Inggris, dan Kanada berencana mengakui keberadaan Palestina pada September mendatang. Namun hal ini ditentang oleh Presiden Donald Trump, menurutnya hal itu sama dengan dengan memberikan penghargaan kepada Hamas yang telah menghalangi pembebasan seluruh sandera dan gencatan senjata. (cnbcindonesia.com, 31/7/2025)

Deklarasi oleh negara-negara Liga Arab, Uni Eropa dan negeri-negeri muslim sejatinya menunjukkan bahwa berharap kepada dunia internasional untuk menyelesaikan permasalahan Palestina adalah sesuatu yang sia-sia. Tuntutan untuk mengakhiri konflik yang telah terjadi selama delapan dekade, namun hidup berdampingan dengan Zionis adalah sesuatu yang absurd. Bagaimana mungkin penduduk Gaza hidup bersama dalam satu wilayah dengan penjajah yang telah melakukan genosida dan penindasan luar biasa keji terhadap mereka.

Penguasa Arab seolah buta dan tuli, bahkan bersikap seperti tidak ada ikatan persaudaraan dan keimanan dengan muslim Palestina. Alih-alih mengirimkan pasukan untuk menolong, mereka justru menyerukan pelucutan senjata Hamas yang merupakan satu-satunya benteng terakhir perlawanan warga Gaza. Bahkan, otoritas Mesir telah menekan Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb untuk mencabut pernyataannya yang mengecam pengepungan yang dilakukan oleh Zionis yang menyebabkan kelaparan massal di Gaza. Hal ini menunjukkan kepada siapa negara ini berpihak.

Sikap para penguasa negeri-negeri muslim ini merupakan malapetaka bagi penduduk Palestina maupun dunia Islam. Solusi dua negara yang mereka usung faktanya semu belaka dan hanya menguntungkan penjajah. Alih-alih membuka mata dan menjadi penolong bagi saudara-saudaranya, para pemimpin itu justru menjadi antek Amerika Serikat yang terang-terangan mendukung genosida. Demi mengamankan kepentingan masing-masing negara, mereka menormalisasi hubungan dengan Zionis dan melemahkan ukhuwah Islam. Maka, secara tidak langsung para penguasa ini terlibat dalam berbagai penindasan hingga kelaparan yang dialami warga Gaza.

Yang terjadi di Gaza adalah potret buruk kehidupan kaum muslim ketika tidak ada perlindungan dari seorang pemimpin Islam. Sejak runtuhnya pemerintahan Islam pada 1924, umat bagai anak ayam kehilangan induknya, tidak ada lagi perlindungan terhadap jiwa, harta, dan kehormatan. Palestina pertama kali dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab pada masa pemerintahannya, kemudian untuk kedua kalinya pembebasan itu dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Sepanjang sejarah negeri Syam itu telah menjadi bagian dari kaum muslim, bahkan Sultan Abdul Hamid II melindunginya dari segala tipu daya Zionis hingga tetes darah penghabisan.

Pada masa kejayaan Islam, jiwa, harta dan kehormatan umat terlindungi. Dahulu, Khalifah Al-Mu’tashim Billah pernah membela seorang wanita muslim yang dilecehkan oleh tentara Romawi di Kota Ammuriah. Ia pun kemudian mengirimkan puluhan ribu pasukan untuk membebaskan muslimah dan kota tersebut dari tangan Romawi.

Kehormatan, kemuliaan, dan kemerdekaan Palestina hanya akan terwujud dengan tegaknya kepemimpinan Islam. Allah Swt. berfirman dalam surat An-Nur ayat 55 yang artinya:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka Agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesudah (janji) itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Namun, Kemuliaan itu tentu tidak mudah untuk diraih. Akidah Islam semestinya bukan hanya sekedar diyakini tetapi diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah institusi negara. Umat Islam harus memiliki kesadaran untuk memperjuangkan kepemimpinan Islam dengan dakwah ideologis seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ketika memulai seruannya di Makkah hingga tegaknya negara Islam di Madinah.

Ada tiga tahapan yang beliau tempuh di antaranya: Pertama, tatsqif yaitu fase di mana para sahabat dibina di Darul Arqam oleh Rasulullah. Beliau juga membina akal mereka dengan pemikiran dan pemahaman Islam agar menjadi orang-orang yang tangguh, sabar menghadapi penderitaan, serta rida terhadap ketaatan dan kepemimpinan. Tatkala tsaqafah mereka telah matang, maka akan memiliki akal dan jiwa yang islami, kesadaran hubungan mereka dengan Allah pun tampak dalam perilaku mereka.

Kedua, tahap tafa’ul ma’al ummah (interaksi dengan masyarakat) yang merupakan momentum ketika dakwah dilakukan terang-terangan. Mulai dari kontak dengan orang-orang yang siap menerima dakwah hingga menyeru kepada masyarakat. Ketiga, tathbiq al-ahkam yaitu penerapan Islam dan mengemban risalahnya melalui kekuatan negara dan penguasanya. Tahapan ini ditandai dengan kedatangan rombongan dari Madinah yang beranggotakan 75 orang membaiat Rasulullah saw. dalam momentum Baiat Aqabah II. Peristiwa ini selain menjadi komitmen dakwah dan kesabaran dalam menghadapi penderitaan, juga menjadi simbol kekuatan yang mampu melindungi negara umum dan muslimin.

Seluruh tahapan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah bekal utama dan efektif untuk membebaskan warga Gaza dari penjajahan. Kemerdekaan Palestina hanya akan terwujud ketika institusi yang menerapkan Islam kafah tegak. Penguasanya akan menjadi komando pelaksanaan jihad fii sabilillah dan mengirimkan pasukan terbaik yang akan meluluhlantakkan Zionis laknatullah.
Wallaahualam bisawwab.

Artikel Lainnya

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *