Perilaku Cabul Rusak Integritas Kaum Intelektual

Suara Netizen Indonesia–Beberapa waktu terakhir muncul berbagai kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para dokter, bak fenomena gunung es, bisa jadi yang tampak hanyalah sebagian kecil kasus, sementara yang tak terlaporkan jauh lebih banyak.
Masyarakat dibuat jijik dengan perilaku dokter residensi program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Priguna Anugerah Pratama (31 tahun) yang melakukan pemerkosaan terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) beberapa waktu lalu.
Direktur Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Pol Surawan mengatakan korban bertambah dari satu orang menjadi tiga orang. Satu orang keluarga pasien dan dua orang lainnya merupakan pasien (republika.co.id, 10-4-2025). Pihak Polda Jabar mengamankan sejumlah barang bukti seperti kondom, obat-obatan, infus, jarum suntik dan lainnya. Dan Tersangka dijerat pasal 6c undang-undang nomor 12 tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual dengan ancaman 12 tahun penjara.
Dari kronologis yang terungkap, pelaku mengakui memiliki kelainan seksual , nafsunya muncul saat melihat orang pingsan, tanpa berpikir lagi, risiko terhadap korban yang sebelumnya sudah disuntik bius dengan kadar tidak normal.
Baca juga:
PayLater, Gaya Hidup Konsumtif Kian Meluber
Merespons hal ini, Menkes Budi Gunadi Sadikin membekukan selama satu bulan PPDS Anestesi FK Unpad (11-4-2025). Ia juga memastikan pihaknya akan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) milik pelaku. Hal tersebut ia lakukan untuk memberikan efek jera kepada tenaga kesehatan. Demikian pula dengan Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Arief Kartasasmita, ia menegaskan tidak akan menoleransi segala pelanggaran hukum yang dilakukan mahasiswa, dosen bahkan karyawan. Arief mengatakan sudah mengeluarkannya sebagai mahasiswa spesialis. Sebab yang bersangkutan sudah terbukti melakukan tindak pidana.
Kasus kekerasan seksual ini tak berhenti di Bandung, apa yang dilakukan oleh seorang dokter kandungan di Garut menyita perhatian publik. Bermula dari video yang beredar di media sosial memperlihatkan dokter bernama Muhammad Syafril Firdaus (MSF, 33 tahun) melakukan pelecehan kepada pasiennya saat sedang melakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Kronologi yang terungkap sang dokter alumni kerap menawarkan USG gratis untuk lebih ekslusif. Kemudian seorang dokter program pendidikan dokter spesialis (PPDS) PPDS dari Fakultas Kedokteran Gigi UI berinisial MAES, alumni Universitas Indonesia yang merekam mahasiswa praktik kerja lapangan (PKL) mandi. Kebetulan tempat kos mereka berdekatan (metrotvnews.com, 18-4-2025). Pihak Universitas Indonesia (UI) menyesalkan perbuatan asusila tersebut.
Hilangnya Keberkahan Ilmu Niscaya Dalam Sistem Kapitalisme
Kasus pencabulan, kekerasan seksual yang dilakukan oleh para dokter ini sebenarnya tidak sedikit, mirisnya tak hanya melanda profesi dokter, tapi juga Hakim, guru, polisi yang notabene profesi mereka di mata masyarakat sangatlah terhormat.
Jelas hal ini menciderai integritas profesional sekaligus menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut. Karena masyarakat banyak berharap ilmu yang mereka miliki sekaligus kewenangan kekuasaan yang ada pada mereka bisa menjadi sarana untuk menolong orang banyak.
Mereka memegang legitimasi dan legalitas untuk memutuskan urusan-urusan yang dialami rakyat di lapangan. Namun, alih-alih menjalankan profesi dengan penuh integritas, mereka justru mencederai amanah yang ada di pundaknya. Dan kasus demi kasus bermunculan tidak hanya di perkotaan tapi juga di daerah, yang menunjukkan kasus ini menjadi kerusakan yang sistemis. Tak bisa lagi dikatakan kasuistik.
Mereka orang berilmu, namun ilmunya tidak berkah. Kehidupan yang pragmatis dan sarat standar materi menyebabkan mereka berpikir pendek sehingga hal-hal yang sifatnya fisik diposisikan menjadi indikator untuk mencapai kebahagiaan.
Akar persoalannya dimana? Tentu saja pada penerapan sistem kapitalisme di negeri ini yang kian akut. Terlebih sistem ini asasnya sekular, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga ilmu yang mereka miliki tidak bersambung langsung dengan kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT.
Baca juga:
Politik Nasionalisme Mematikan Gaza Perlahan Tapi Pasti
Meski mereka bekerja di bawah sumpah profesi, menggunakan kitab suci Alquran, tetap saja tak bisa membantu mereka taat dan takut kepada Allah. Kapitalisasi profesi dokter sudah terjadi sejak mereka menempuh pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan, hanya bisa ditembus oleh mereka yang berada dalam circle dokter dan lainnya.
Meski profesi selain dokter pun terbilang mahal dan sulit, paling nyata Sekularisasi dan kapitalisasi pada sistem pendidikan dokter serta kapitalisasi sektor kesehatan adalah tiga hal yang seolah-olah membuat para dokter terjepit di antara tiga kepentingan yang berpeluang besar menghancurkan nilai moral dan kehormatan profesi mereka.
Bahkan parahnya, kapitalisasi dunia kesehatan berdampak peran strategis para dokter tersebu, turut terbelokkan oleh paradigma materialistis yang memandang dokter sekadar profesi untuk bisa mendatangkan gengsi dan gaji mentereng, apalagi untuk gelar spesialis dan subspesialis. Begitu juga dengan profesi lainnya. Apakah ini yang dimaksud generasi unggul?
Dalam Islam, Iman Harus Sejalan dengan Amal
Penting sekali untuk mencabut asas sekular ini, sebab sudah terbukti tak membawa maslahat. Sebagai gantinya, yaitu menerapkan syariat Islam. Alasan utama karena syariat berasal dari Allah, yang jelas-jelas menciptakan manusia, dunia, alam semesta berikut isinya, sekaligus memerintahkan untuk senantiasa menyandingkan amal dengan iman.
Allah swt. berfirman, “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS Al-Mujadalah 58: 11).
Juga sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” (HR Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruquthni). Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Aku mengadu kepada guruku (Imam Muwaqi) mengapa hafalanku menjadi buruk, lalu beliau mengajarkan aku agar senantiasa meninggalkan maksiat karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada para pelaku maksiat.” (I’anatu ath-Thalibin, 2: 190).
Baca juga:
Stabilitas Ekonomi Hanya Ada dalam Syariat Islam
Negara akan membangun suasana yang mendukung setiap orang beriman dan beramal secara bersamaan, hal itu terbukti kita hari ini mengenal Ibnu Sina, Bapak Kedokteran yang karyanya menjadi rujukan dunia kedokteran modern dan lainnya.
Dunia barat banyak berutang pada para ilmuwan muslim, tak hanya di bidang medis. Artinya, dukungan negara sangat luar biasa hingga bermunculan manusia berkualitas unggul sekaligus berkepribadian Islam, yang ilmunya bermanfaat bagi manusia bahkan dunia.
Sistem pendidikan dalam Islam sangat menentukan kualitas output. Yaitu setiap kurikulum wajib disusun berasaskan akidah Islam. Negara juga memblokir tuntas keberadaan dan peredaran konten-konten porno. Akses pendidikan mudah bagi setiap individu rakyat, baik kaya maupun miskin. Semua pendanaan berpusat pada Baitulmal. Wallahualam bissawab. [SNI].
Komentar