Ironi Surga Pornografi Anak, di Negeri Muslim Terbanyak
Suara Netizen Indonesia, Pornografi anak semakin marak dengan ditangkapnya 58 orang oleh Bareskrim Polri selama periode Mei hingga November 2024. Di bulan Oktober saja Bareskrim Polri mengungkap penyebaran konten pornografi via aplikasi Telegram yang berisikan adegan asusila anak di bawah umur serta adegan asusila sesama jenis dengan ribuan anggota grup Telegram tersebut. (cnnindonsia.com, 14-11-2024).
Terungkapnya kasus pornografi untuk kesekian kalinya yang melibatkan anak-anak semakin membuat masyarakat waswas akan bahaya yang mengintai anak-anak dari pelaku kejahatan seksual. Para pelaku menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengeksploitasi anak-anak dengan membagikan gambar dan video porno yang diperankan anak-anak tersebut kepada komunitas mereka.
Data Pusat Informasi Kriminal Polri mencatat sebanyak 17,13 persen dari total 1410 korban pornografi, pornoaksi, dan eksploitasi seksual adalah anak-anak di bawah umur. Data lain menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 4 dunia dan ke 2 di ASEAN sebagai negara dengan kasus pornografi yang melibatkan anak-anak terbanyak. (Kemenpppa.go.id, 10-10-2024).
Anak-anak memang rentan menjadi korban kejahatan seksual dan terpapar konten pornografi bahkan tidak sedikit yang menjadi pelaku tindak asusila. Kebebasan tanpa batas dalam mengakses internet sering kali berujung pada rusaknya mental dan moral anak-anak ini. Usia yang belia dan pemikiran yang belum matang memudahkan para predator seksual untuk mengeksploitasi mereka meski dengan iming-iming recehan.
Baca juga:
Terowongan Simbol Toleran, Betulkah Dibutuhkan?
Menurut para pakar, efek pornografi jauh lebih mengerikan dari bahaya narkoba karena merusak otak anak bagian Pre Frontal Cortecs (PFC). PFC sendiri berfungsi sebagai pusat pengendali diri, konsentrasi, berpikir kritis, dan segala hal yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian mental, dan perilaku sosial. Padahal bagian otak tersebut merupakan bagian terpenting bagi manusia yang membedakannya dengan hewan.
Maraknya pornografi dan pornoaksi tak lain dikarenakan liberalisme seksual yang selama ini dipropagandakan atas nama HAM dan kebebasan berekspresi. Virus liberalisme ini sangat membahayakan karena dapat mengakibatkan bangsa ini terancam lost generation. Karena anak-anak adalah gambaran suatu bangsa di masa depan. Bagaimana nasib negara ini bila generasinya adalah anak-anak berpikiran porno?
Peran agama sebagai salah satu tameng untuk menangkal maraknya pornografi dan pornoaksi pun dipinggirkan. Kemuliaan agama dikebiri atas nama radikalisme dan moderasi. Prinsip Kapitalisme yang dianut negara ini melahirkan cara pandang materialisme. Hubungan rakyat dengan negara layaknya penjual dan pembeli. Tak heran jika bisnis syahwat merebak bagai jamur di musim hujan dan dipandang sebagai shadow economy dengan pemasukan yang menggiurkan.
Negara selalu menawarkan solusi-solusi parsial seperti sex education, pendidikan karakter dan budi pekerti, wacana membagi-bagi kondom di tempat penyelenggaraan pendidikan, dan lain sebagainya. Program-program tersebut tidak mampu menghadang deras lajunya arus pornografi dan pornoaksi. Bahkan Indonesia terlanjur dicap sebagai surganya pornografi anak.
Baca juga:
Moderasi Pendukung Pembangunan Bangsa, Penyesatan!
Menilik kondisi inilah, mewajibkan negara hadir untuk mengembalikan fungsi keluarga, masyarakat serta menjadikan negara sebagai garda terdepan dalam mengurusi dan melindungi seluruh kehidupan warga negaranya. Keluarga dikembalikan sebagai tempat yang aman dan nyaman. Karena sebagian pelaku kejahatan seksual yang menimpa pada anak-anak saat ini adalah keluarga terdekat.
Perkembangan dan pendidikan anak-anak didampingi secara langsung oleh kedua orang tua. Tidak ada lagi orang tua yang terlalu sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga mengabaikan anak-anak, yang pada akhirnya keberadaan orang tua digantikan oleh gawai tanpa pengawasan sama sekali. Keluarga juga menanamkan keimanan yang mengakar kuat agar anak-anak bisa terhindar dari perilaku buruk yang merusak.
Sebagai institusi yang paling bertanggung jawab untuk melindungi dan menjaga rakyat dari berbagai kejahatan baik di dunia nyata maupun di dunia maya, negara mengerahkan semua kemampuan dan seluruh perangkat serta elemen negara untuk memblokir informasi apa pun yang mengancam dan membahayakan moral anak-anak bangsa. Negara harus memiliki sistem aturan yang kuat dan tegas untuk mengadang serangan virus asusila ini.
Baca juga:
Kapitalisme Mendatangkan Bencana, Umat Butuh Pemimpin Amanah
Visi pendidikan karakter dan budi pekerti Islami harus diterapkan di sekolah dan harus menyentuh kehidupan masyarakat agar aktivitas pornografi dan pornoaksi bersama-sama diawasi dan terus dipantau. Seluruh media sosial dan media massa diawasi secara ketat. Apabila terindikasi menyiarkan dan menyebarkan konten yang berisi pornografi dan pornoaksi segera diberikan sanksi tegas.
Sehingga fitrah anak-anak terjaga dengan berlapis-lapis perlindungan, mulai dari institusi keluarga, masyarakat, atau lingkungan juga penyelenggara pendidikan hingga negara. Celah untuk masuknya kejahatan seksual melalui dunia maya pun dapat dicegah dan diminimalisir secara optimal. Dan keniscayaan ini dapat terwujud apabila negara menganut sistem Islam.
Karena menggantungkan harapan pada sistem kapitalisme sekuler hanya membuang waktu dan energi. Jelas-jelas sistem inilah yang merusak dan membahayakan generasi bangsa. Sistem Islam memiliki metode yang paripurna. Tidak akan ada celah yang menjadi penyebab kerusakan generasi. Sistem politik, ekonomi, sosial, sanksi, pendidikan, sistem pergaulan, dan media massa bertumpu pada syariat Islam yang sumbernya langsung dari Allah Swt, Tuhan semesta alam.
Peradaban Islam dipenuhi bukti empiris bagaimana Islam membentuk karakter anak-anak menjadi generasi terbaik sepanjang masa. Anak-anak yang lahir pada era kegemilangan peradaban Islam adalah mutiara umat yang membawa kaum muslimin menjadi bangsa tertinggi dan terbaik. Jadi, mengapa masih ragu dengan sistem Islam yang jelas-jelas membawa rahmat bagi seluruh alam? Sudah saatnya kembali pada sistem sahih, pencetak generasi unggul yaitu sistem Islam dalam naungan Khilafah. Wallahualam bissawab. [ SNI ].
Komentar