Islam Mengokohkan Bangunan Keluarga

SuaraNetizenIndonesia__ Seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun di Kota Pontianak, Kalimantan Barat ditemukan tewas dalam karung di rumahnya pada Kamis (22-8-2024). Korban tewas diduga kuat karena dianiaya ibu tirinya, IF (24). (Tribunjateng.com, 29-8-2024)

 

Rasanya sulit dibayangkan perempuan yang dipanggil ibu, yang seharusnya memiliki rasa welas asih, ternyata tega menyakiti seorang anak kecil. Meski bukan anak kandungnya sendirinya, namun sejatinya sangat mudah bagi seorang ibu menyayangi anak.

 

Kehidupan hari ini sangat jauh dari Al-Qur’an, hingga membuat manusia tak memiliki pedoman hidup. Kehilangan arah, tidak mengetahui untuk apa ia hidup, dan ke mana harus menuju. Bahkan tak lagi menyandarkan aktivitasnya pada perintah dan larangan Allah SWT.

 

Penerapan sekularisme kapitalisme membuat hubungan keluarga tak lagi bernilai. Kenakalan anak-anak yang mengiringi tumbuh kembangnya, seolah harus dihadapi dengan kekerasan. Lupa bahwasanya ada Allah Al-Khaliq yang Maha Mengawasi dan Memperhitungkan semua perbuatan manusia. Baik dan buruk ada dalam timbangan Allah SWT.

 

Tentu menjadi sangat menakutkan ketika rumah tak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak. Sosok ibu tiri menjadikan bocah berumur 6 tahun sebagai tandingan atau lawan seterunya. Anak kecil ini menjadi sasaran kemarahannya, hingga akhirnya iapun meregang nyawa.

 

Islam Menjaga Kasih Sayang dalam Keluarga

Berbeda dalam penerapan Islam. Seorang anak berada dalam tanggung jawab perwalian ayahnya. Harta dan kehormatannya menjadi tanggung jawab sang ayah. Sedangkan keselamatan dan pengasuhannya ada pada ibu kandungnya.

 

Ketika ayah dan ibu melalaikan perannya serta pelanggaran terhadap kewajibannya, maka negara memiliki mekanisme pengawasan serta sanksi melalui petugas negara yaitu polisi (syurthah) dan pengadilan (qadhi). Sanksi yang tegas bersifat penebus (jawabir) dan pencegah (zawajir) memastikan hukum Allah tegak.

 

Negara memegang peranan besar dalam penjagaan anak. Mulai dari sistem pendidikan yang berbasis akidah, untuk membentuk individu berilmu dan tunduk kepada Allah Ta’ala. Tidak akan ada warga yang berani berbuat aniaya. Mereka justru senantiasa berlomba dalam kebaikan dan takwa.

Penguasa memastikan setiap peran dalam keluarga, berjalan dengan baik. Para ibu memberikan pengasuhan bagi anak-anaknya dan pengatur rumah tangga (ummu wa rabbatul bait), serta sebagai ibu generasi (ummu ajyal). Ayah dan ibu bersinergi membentuk anak-anak salih dan salihah, generasi Qur’ani yang taat kepada Allah bahkan siap memegang amanah kepemimpinan umat.

 

Islam menjadikan negara sebagai pengatur (raa’in), yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga. Negara menerapkan Islam kaffah, sehingga terwujud ketakwaan pada setiap individu. Dengan maqashid syariah terbentuk pula sistem kehidupan yang baik, hingga bangunan keluarga pun tetap kokoh, terjaga.

Artikel Lainnya

Teroris Musiman yang Tak Berkesudahan

Jelaslah agenda WoT adalah sarana AS untuk melawan Islam dan kaum muslimin serta untuk kepentingan hegemoninya di negeri-negeri Islam. Bagian paling menyedihkan adalah dukungan penguasa negeri Islam yang berkhianat terhadap umatnya. Tidak ada keuntungan sedikitpun dari gerakan ini karena serangkaian penangkapan terduga teroris dan framing berita di media massa selama ini selalu menyudutkan Islam. Hari ini terorisme selalu diidentikkan dengan Islam.

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *