Mahasiswa Bunuh Diri, Wajah Kegagalan Sekularisme

SuaraNetizenIndonesia__ Kasus meninggalnya mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), akhirnya kini sampai di babak baru. Ayah dokter Aulia Risma Lestari, meninggal dunia di Rumah Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Selasa (27-8-2024). Diduga mental beliau tidak kuat menghadapi berita yang tersebar tentang kematian anaknya.

 

Apalagi hasil investigasi internal universitas menyatakan bahwa dokter Aulia tidak melakukan bunuh diri akibat perundungan senior, melainkan karena masalah kesehatan mental lainnya. Keluarga juga membantah korban meninggal karena bunuh diri melainkan karena sakit syaraf terjepit. (Inewsjateng, 27-8-2024)

 

Beragam berita yang ada seolah tak berpihak pada anaknya. Dugaan kasus bunuh diri sangat kuat sebab perundungan mahasiswi di PPDS memang kerap kali terjadi. Seperti budaya yang diturunkan kepada setiap angkatan, para senior membully adik kelasnya untuk mengikuti apa yang mereka minta, misalnya membelikan gawai, membayarkan makanan yang dipesan, dan beragam isu tak sedap lainnya yang beredar di tengah masyarakat.

 

Kondisi ini terus berjalan, tanpa perbaikan Seakan-akan terjadi pembiaran. Hingga tatkala kasus Aulia mencuat, sanggup membangunkan masyarakat yang selama ini tidur dininabobokkan sistem yang merusak . Aulia bukan satu-satunya. Ia bagaikan puncak gunung es, satu dari sekian banyak korban. Kasus lain tersembunyi, tak terlihat, sebab tak ada yang berani menyuarakannya. Sanksi sosial di kalangan tenaga medis, tak kalah menakutkannya ketimbang perundungan yang mereka lakukan.

 

Buntut kasus ini pun semakin panjang, bahkan bisa jadi menimpa keluarga, seperti ayah Aulia, yang tertekan, hingga mengembuskan napas terakhir. Pilu, sebab kondisi rusak tak mampu diubah. Tidak oleh Aulia, tidak pula ayahnya. Pun mereka tak tahu mesti melapor ke mana. Tak ada satu kekuatanpun yang menunjukkan kepedulian bahkan untuk menolong, menghilangkan kemungkaran yang terjadi di depan mata.

 

Sekularisme Tak Layak

Banyaknya kasus bunuh diri pada mahasiswa dilatarbelakangi oleh berbagai persoalan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi yang menimpa anak-anak negeri, benar-benar tidak baik-baik saja. Di semua sisi mereka tersudut, tidak hanya pembiayaan pendidikan, utang pinjol, pergaulan bebas, perundungan dan sebagainya yang berkelindan di dalam kehidupan.

 

Seluruh persoalan ini disebabkan kesalahan sistem hidup yang menjadi landasan pemikiran. Menegasikan peran Allah, meninggalkan tuntunan-Nya, membuat mereka gamang mengarungi kancah kehidupannya. Maka mengakhiri kehidupan, menjadi pilihan satu-satunya yang akan diambil oleh individu yang terjerat masalah.

 

Sistem pendidikan sekuler ini telah gagal melahirkan generasi tangguh. Bahkan tak hanya dunia pendidikan, sekularisme telah menciptakan benang kusut di setiap lini kehidupan. Tidak hanya itu, sekularisme pun tak mampu menyajikan solusi hakiki. Karenanya sistem ini tak layak diemban oleh suatu negeri.

 

Islam Solusi bagi Kehidupan

Islam memiliki sistem pendidikan unggulan yang berlandaskan akidah, akan menghasilkan generasi pemimpin. Dibarengi penerapan syariat secara kaffah, akan terbentuk pribadi baik yang siap memimpin peradaban. Tidak hanya memiliki keimanan yang tinggi, tetapi juga kemampuan dan ilmu yang mumpuni untuk menguasai peradaban.

 

Tidak hanya keluarga yang memperhatikan tumbuh kembang anak-anak, negara pun turut andil menjaga generasi. Dalam Islam setiap warga berhak mendapatkan pendidikan yang baik, berkualitas, tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi. Negara menjamin kebutuhan warga terhadap pendidikan, keamanan dan kesehatan, termasuk kebutuhan dasar lainnya seperti pangan, sandang dan papan.

 

Berbagai kemungkaran yang muncul di tengah masyarakat seperti perundungan dan sebagainya, akan segera diberi tindakan tegas berupa persanksian yang bersifat penebus (jawabir) dan pencegah (zawajir). Negara memiliki mekanisme peradilan (Al-Qadha) dan kepolisian (Asy-Syurthah) untuk memastikan tegaknya hukum Allah di muka bumi.

 

Pemimpin negara menjadi pemelihara (Ar-Ra’in) dan pelindung (Al -Junnah) urusan umat, hingga setiap perkara akan terpelihara dengan syariat. Dalam penerapan Islam kaffah, tidak akan ada manusia yang berani berbuat aniaya. Terbentuk rahmatan lil a’lamin dan suasana keimanan (jawul imani) menaungi kehidupan umat. Allahumma ahyanaa bil Islam.

 

 

Artikel Lainnya

Marak Perundungan Anak, Dimana Letak Masalah Utamanya ?

Kasus perundungan tidak akan menuai penyelesaian dengan seruan revolusi mental, pendidikan berkarakter ataupun kampanye anti bullying. Sesungguhnya akar utama masalah perundungan adalah sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak dan merusak. Sebaliknya, permasalahan generasi saat ini akan menuai penyelesaian dengan mengembalikan peradaban Islam yang komprehensif dalam lingkup keluarga, masyarakat dan negara melalui institusi Khilafah. 

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *